10. Sepeda

1.8K 181 13
                                    


"Ren, hati hati. Jalan disana itu ga rata."

"Iya iya jenooo.. Memangnya aku nanti kenapa kalo ga hati hati?"

Jeno terus memerhatikan Renjun yang tengah mengayuh sepedanya itu. Dia baru belajar 10 menit yang lalu.

Mendengar suara gedebuk keras, Jeno langsung menghampiri tempat Renjun berada. Anak itu bangkit dari tanah, masih dalam posisi duduk. Melihat kaki dan tangannya terluka, dia menangis.

"Tadi aku bilang apa hm? Hati hati kan."

Jeno menggendong Renjun masuk ke dalam rumah. "Huaaaa sakit- hiks. Nono... Njun minta maaf- hiks."

Lelaki itu mengangguk angguk. Meletakkan Renjun di dapur di dekat wastafel. Renjun memegang bahunya kuat dengan mata berkaca kaca.

"Sakitt..."

"Iya sakit. Kamu diam biar ini cepet selesai. Paham?"

Renjun memejamkan matanya takut. Lukanya di bersihkan, saat mulutnya terbuka hendak memarahi Jeno, sebuah ciuman ia dapatkan.

Kini gantian tangannya, dia sempat menarik tangan karena takut. Tapi ciuman Jeno benar benar menenangkannya.

Jeno melepas ciuman, membawa Renjun ke sofa. "Duduk di sini. Jangan kemana mana."

Dia kembali datang membawa kotak P3K. "Noo... Jangan keras keras hiks."

"Aku pelan."

"Sssh." Desis Renjun.

"Kan tadi aku bilang jalan taman disitu nggak rata... Kenapa njun ngebut? Njun kan baru bisa naik sepeda tadi."

"Hngg injun cuma mau nyoba ngebut! Memangnya ga boleh?"

"Boleh. Tapi hasilnya jadi kayak gini."

"Aduh! Nonoo- hiks. Huaaa sakitt..."

"Selesai." Jeno menatap Renjun.

"Terus injun ngapain sekarang?" Tanya Renjun sambil melihat lukanya. "Nono ga marah sama njun?"

Jeno mengangguk. "Marah."

Dia tersenyum kecil saat Renjun mempoutkan bibirnya seperti anak kecil. "Terus kenapa nono ga marahin injun? Nono katanya marah."

Rambut Renjun diusapnya dengan pelan. "Injun mau dibentak hm? Injun penasaran gimana Jeno kalo marah?"

"Hng... Injun ga mau dibentak... Tapi- tapi cuma pengen tau aja."

Sebuah gumaman terdengar dari Jeno. "Renjun, Jeno ga suka kalo Renjun ga denger kata kata Jeno. Sekarang Renjun jatuh, siapa yang susah? Renjun nangis tadi kan? Jeno ga suka liat Renjun nangis."

Benar saja. Renjun kembali menangis keras. Menggemaskan untuk Jeno. "Injun masih penasaran hm?"

Jeno memberi sebuah pelukan untuk si cantik. "Udah udah. Injun ga usah nangis."

"Nono- hiks. Nono marah sama injun ya... Injun- minta maaf. Hiks."

"Njun... Kan injun yang minta Jeno marah."

Jeno tersenyum, masih sambil mengusap punggung sempit Renjun yang bergetar.

"Oke, oke. Jeno ga marah lagi ke injun. Udah ya?"

*
*
*
*
*

Oh. Sekarang makan malam. Dan tebak apa? Renjun memaksa Jeno agar mengijinkannya menyentuh dapur.

Seperti yang kalian tau Jeno sangat takut Renjun akan terluka lagi. Anak kecil butuh perhatian lebih kan?

Renjun menyalakan kompor, memasukkan minyak ke dalam wajan. Tentu minyak itu diharuskan panas terlebih dahulu. Dan tentunya juga minyak itu akan mengeluarkan suara karena sedang dimasak.

NoRen: YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang