21. Bermain

1.4K 114 31
                                    


"Injun, kamu masih ngantuk hm?"

"Kenapa belum bangun? Udah siang, njun."

Renjun membuka matanya. "Nono... Injun mau sama nono..."

"Iya, injun sama Jeno. Sekarang bangun dulu ya njun."

Renjun mengangguk. Dia tidak bisa tidur tadi malam. Jadi hanya membuka mata memandangi wajah Jeno yang tampan. Dia baru tidur sekitar 2 jam kemudian.

Ya. Dua jam tidak akan cukup untuk menampung semua ketampanan Jeno.

Jeno tau renjun tidak bisa tidur. Jadi dia diam saja.

Injun lagi mandi. Jeno di bawah lagi minum kopinya.

"Hai cantiknya Jeno. Mau makan?" Renjun mengangguk.

"Nono kerja?"

"Iya. Tapi pulang lebih awal nanti. Sabar ya."

"Injun sabar kok." Renjun memakan sarapannya.

Dalam hati dia bertanya apa Jeno mau melihat lukisannya. Tapi tidak. Jeno pasti sibuk.

"Ah, aku berencana mau tidur di apartemen mu. Aku belum lihat lukisan mu kan?"

Jeno mengernyit karena wajah si cantik memerah. "Kenapa?"

"Injun kirain nono ga mau liat gambar nya injun."

"Gambar injun bagus. Jeno harus liat. Tenang aja, Jeno pasti liat."

Renjun tertawa pelan. Ini berjalan lancar.

"Nanti Haechan mau kesini katanya. Mau nemenin kamu."

"Ookey.."

*
*
*
*
*

"Eh njun, kamu ulang taun kapan?"

"Kenapa chan?"

"Sssssst. Kamu udah pernah di cium sama Jeno belum?"

"Cium?" Tanya si cantik bingung.

"Iya, cium. CIUM!!" Haechan berteriak frustasi.

Tambah frustasi lagi karena gelengan yang ia dapat.

"Cium di mana?" Tanya Renjun.

"Apa maksudmu cium dimana? Memangnya Jeno pernah cium kamu dimana aja?"

Renjun menunjuk bibirnya. "Waktu itu nono cium-"

"NAH!" Teriak Haechan.

Dia masih fokus memberi warna pada kuku kakinya. "Itu namanya kamu udah pernah dicium si Jeno."

"Udah pernah ha'es belum."

"Ha es? Apa itu?"

Haechan mengangguk. Artinya belum pernah. Mwehehe.

"Echan!"

"Apa sih njun? Hs itu artinya kamu, kamu sama Jeno. Kalian di kasur- eh."

"Di kamar mandi juga bisa, di sofa, di lantai, di tembok- bentar bentar." Haechan menghentikan kegiatannya sesaat.

Cara menjelaskan ini pada anak kecil seperti renjun memang butuh kerja keras.

"Kamu. Sama Jeno. Kalian ga pake baju. Terus kalian- terus.. Terus kamu teriak."

"Kenapa harus ga pake baju?"

"Karena-"

Haechan menatap langit langit. "Karena memang gitu mainannya, njun."

"Waktu itu injun pernah ga pake baju."

"AKH! TERUS?!"

Renjun berusaha mengingat ingat. Dengan Haechan yang beberapa kali mengguncang tubuhnya.

NoRen: YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang