23. Marah

1.1K 84 9
                                    

"Injunnnn! Itu kan rahasia... Hng.." Haechan menunduk setelah ditatap mark.

Mereka menepi di tepi jalan dan kebetulan ada bangku disana.

"Haechan, kita pulang sekarang."

Nada dingin mark. Haechan harus bersiap siap setelah ini.

"Makeu hyung-" Renjun ditarik Jeno untuk kembali duduk.

"Aku sudah pesan taxi untuk mark hyung. Kita bicarakan ini nanti ya?"

*
*
*
*
*

Pagi jam 2 tadi, haechan bilang dia hamil. Dan renjun harus merahasiakannya.

Tapi karena kelewat polos, kata kata itu terlontar begitu saja. Padahal maksud haechan, dia mau renjun berahasia agar bisa menyusun rencana kejutan untuk mark.

Tentunya mark marah, siapa yang tidak marah jika pasangan mereka menyembunyikan berita bahagia? Mereka akan merasa tidak dihargai dan tidak dipercaya.

Jeno dan renjun pulang, memakan sarapan yang dibeli mereka tadi di rumah.

"Nono... Maaf.."

"Tidak, tidak perlu meminta maaf. Lagi pula njun, seburuk buruknya masalah mereka, aku yakin mark hyung akan bisa menyelesaikannya. Dia bisa melakukan apa pun."

Renjun merenggut sedih. Bagaimana juga, haechan itu sahabatnya. Dan dia hampir menghancurkan rumah tangga mereka.

"Jadi tadi pagi haechan ngomong sama kamu?"

Renjun mengangguk. Memikirkan satu pertanyaan yang baru terlintas di kepalanya. "Kalo injun hamil juga gimana no?"

Seketika kegiatannya terhenti, tatapan Jeno beralih ke renjun. "Apa maksudmu? Kamu takut?"

"Hng..." Renjun menaruh tangannya di atas pahanya.

"Injun takut nono ga suka."

"Mana mungkin?" Pria itu meminum segelas air di meja.

"Mark suka, sayang. Dia hanya salah paham soal kejadian haechan yang ingin merahasiakan itu. Ini masalah biasa untuk mereka. Salah paham sering terjadi kan?"

Jeno mendekati renjun, memeluk kepalanya. Yang dibalas pelukan di perut Jeno oleh renjun. "Mark akan mencintai anaknya. Begitu juga denganku. Aku tidak akan marah."

"Baiklah..." Balas renjun diberi kecupan di dahinya.

"Mau ikut aku? Aku memiliki jadwal untuk pergi ke sebuah restoran."

"Aniii~. Injun mau di rumah..!"

"Oke, sayang. Hati hati ya."

Renjun mengantarkan Jeno sampai depan. Mengecup pipi Jeno sebelum pria itu berangkat kerja.

"Injunie mau nggambar!"

"Gambar.. Gambar..."

*
*
*
*
*

"Beginilah kehidupan seseorang yang sudah menemukan cinta sejatinya."

Jeno menepis tangan bangchan yang hendak menyentuh pipinya. Sialan. Bekas ciuman renjun tidak boleh hilang.

"Kasar banget kamu mas." Kali ini changbin.

"Sialan lo." Balas si Jeno.

"Katanya mau bawa bini nya kesini, tapi ga ada tuh."

"Engga. Engga. Jangan ngadi ngadi itu mulut siapa tadi hah?"

Seseorang datang sambil terengah. "Nape lu jun?"

NoRen: YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang