12 - Perkara Jalan Kaki

66 40 42
                                    

Angga sedang duduk di lazybug-nya, lagi-lagi pikirannya masih berisi Metta, Metta, dan Metta.

"Ini gara-gara gue gak balik bareng sama Metta sih!" gerutu Angga memarahi dirinya sendiri.

Ia kemudian mengubah posisinya, merebahkan tubuhnya di atas lazybug, matanya menatap langit berbintik bintang di balkon.

¤¤

"Met?"

"Apa Mah?" Metta menjawab sembari berjalan menuju kursi makan dapur.

"Kenapa gak balik bareng Angga?"

"Angga balik sama ... " Jawaban Metta menggantung. "O-orang lain." jelasnya.

"Orang lain siapa?"

"Mana Metta tahu Mah, bukan urusan Metta." Metta sudah mencapai kursinya, ia mendarat duduk di sana.

"Yaudah, cepetan kamu makan, ada telur goreng tuh." Bu Wina menunjuk meja makan dengan dagunya, lalu kembali sibuk membersihkan kulkas dengan kain lap-nya

"Ah enggak deh, Metta mau makan mie aja yah?" Metta memohon.

"Jangan makan mie mulu dong Met! Ntar kalo sakit gimana?" larang Bu Wina.

"Tapi Metta lagi gak nafsu makan nasi Mah."

"Paksain aja lah, daripada mie mulu kan gak sehat."

"Metta sehat selalu kok, kan sering makan salad buah. Yaudah minta uang dong mah?" pinta Metta mengulurkan dan membuka tangannya. Walaupum dalam hati ia terselip rasa tidak enak hati.

"Buat apa?" tanya bu Wina dengan raut datarnya.

"Kan buat beli mie Mah."

"Gak ada uang Met, ngutang dulu aja lah ke warung Karel yah?" Bu Wina masih dengan raut datar, berkutat dengan kain lap.

"Malu dong Mah, masa mie satu aja harus ngutang."

"Yah mau gimana lagi,"

"Masa sih gak ada banget?"

"Kamu mah banyak nanya, yaudah deh mamah aja deh yang beli--ngutang mie nya," ralat Bu Wina. Ia langsung melangkah menuju warung Karel yang berada di sebelah rumahnya.

¤¤

Malam hari di basecamp yang berbentuk lebih seperti gazebo dan sudah banyak coretan vandalisme ulah keenam orang penghuninnya ini. Tepat pukul 8 malam ini keenamnya sedang berkumpul.

"Ta?" tanya Balqiss.

"Hmm,"

"Bener lo tadi jalan kaki?"

"Hmm," jawab Metta mengangguk samar.

"Kenapa lo gak minta bantuan kita-kita aja sih, telpon atau apa kek," tegur Balqiss.

"Tahu lo Ta." Luna ikut mengomeli Metta.

"Hape gue lobet," jelas Metta dengan wajah lesu. Dari tadi lesu aja.

"Rumah kita semua kan jauh dari sekolah. Berapa lama lo jalan?" tanya Karel ikut penasaran.

"Du-dua jam-an lah," jawab Metta mengira-ngira.

"Gillaa sih, pasti capek kan lo Ta." Satya menepuk-nepuk bahu Metta. "Elo sih Ga, kalo lo mau balik sama Mira, bilang kek ke gue, gue kan bisa balik sama Metta." Mata elang Satya memarahi Angga.

"Maksud lo? Bukannya motor lo gak ada bang?" tanya Metta mengernyitkan dahi.

"Iya gue balik aja sama lo naek angkot, gak perlu balik sama motor butut si Karel."

AngGaTta [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang