Attention!!
1900-an kata. Py reading 🌪🌪¤¤
"Emm ... Angga aja. Dia pasti mau kok."
"Enggak ah Pah." tolak Metta dengan cepat.
"Lah, kenapa?"
"Gak mau aja, mening sama Balqiss aja, sama cewek kan jadi lebih enak."
"Oh yaudah, kalo gitu terserah kamu aja asal kamu merasa senang dan antusias," ujar pak Radiman, "papah ke dapur dulu yah, mau minum," tambahnya mulai melangkah ke arah yang ia tuju.
Setelah ditinggal kedua orang tuanya ke dapur, Metta menarik napas panjang dan berusaha menarik garis senyum di bibirnya. Ia harus siap menerima keputusan bapaknya, dan juga harus siap jika kapanpun bisa terdengar suara pertengakaran dari orang tuanya yang mendebatkan kembali masalah motor itu. Di sisi lain senang keinginananya punya motor terlaksana, disisi lain ada resikonya juga karena akibat uang keluarganya di tukar dengan motor, keluarganya pasti makin kekurangan misalnya saja soal makanan.
Setelah berhasil tersenyum, karena nyatanya senyum itu mudah, sekalipun dipaksaan, makanya berpura-pura bahagia itu semudah itu, tingal menarik garis senyum dan akan terlihat bahagia, semudah itu menipu orang lain dengan senyuman.
Oke.
Metta pun melangkahkan kakinya ke kamarnya.
Baru beberapa anak tangga Metta naiki--
PRENGGK!
Dari arah dapur terdengar suara seperti orang mengamuk, memainkan piring berbahan stainless dan dipukul ke tembok saat emosinya menyulut sehingga menimbulkan bunyi nyaringg.
Metta sudah menduga, keduanya orang tuanya pasti melanjutkan perdebatannya di dapur, agar tidak melibatkan Metta. Tapi ya... tetep saja Metta akan tahu jika suara bising selalu terdengar. Yaa namanya juga orang berdebat, berantem, pasti ada emosinya lah. Mana mungkin suaranya akan pelan.
Padahal baru beberapa detik Metta berusaha senyum, akhirnya ia harus berusaha membuat senyum lagi.
"Ahhhh kenapa lagi sih mamah sama bapak! Pasti berantem lagi," kesal Metta.
¤¤
Hari ini hari sabtu, Metta sudah menghubungi Balqiss untuk mengajarinya motor dan Balqiss sudah menyetujuinya.
Kini Metta sudah menunggu kehadiran Balqiss di depan rumahnya, duduk manis dengan pakaian santainya, baju lengan panjang belang hitam putih, dan celana kulot berwarna cream, dengan rambut yang sudah ia kuncir.
Tak lama, Balqiss datang terlihat ia keluar dari pintu rumahnya yang cukup berjarak dari rumah Metta. "Mettaaa ..." Balqiss melangkah dengan wajah sumringahnya, ada raut yang tidak biasa terbit dari wajah seorang Balqiss yang biasanya garang, sepertinya ia ingin membicarakan hal menyenangkan kepada Metta. Tapi langkah dan ucapan Balqiss tertahan saat memperhatikan baju Metta, begitupun Metta, ia menatap lekat baju yang dipakai Balqiss.
Bisa menebak apa yang terjadi antara keduanya??
Iya. Keduanya memakai baju dengan warna yang sama. Belang. Tidak janjian, tapi kejadian seperti ini sering terjadi. Apalagi baju belang banyak yang punya kan?
"TA!" Balqiss tertohok.
"QISSS!" Begitupun Metta.
"Kenapa lo pake baju belang?"
"Yaa mau aja. Lo ngapain? Ganti gih, kayak anak kembar kita nanti," suruh Metta.
"Ah gak mau lo aja. Gue juga gak mau sama, apalagi warna baju kita belang, jadi kayak kantong kresek kita. Gue juga sebenernanya males pake baju ini, tapi sayang aja udah lama gak dipake," jelas Balqiss.

KAMU SEDANG MEMBACA
AngGaTta [ON GOING]
Teen Fiction"Ga? Lo bisa gak sih jangan terlalu deket sama gue?!!" "Lah, kenapa?" "Lo kan udah punya pacar anjir! Pake nanya. Ntar cewek lo ngamuk lagi gimana?!! "Gue gak bisa." "Kenap--" "Karena gue juga suka kan sama lo?" "STOP BERCANDA GA!" "Gue gak bercand...