16 - Nyamuk

27 6 0
                                    

Attention : 1900-an kata. Py reading guys~~~

¤¤

"Mau pipis ya lo Qiss?" tebak Metta.

"Tuh bener kata Metta," aku Balqiss membenarkan tanggapan Metta.

"Yaudah pipis di toilet sekolah aja, udah tahu rumah kita cukup jauh, emang lo kuat nahan?" tanya Luna memastikan.

"Gak mau ah, jijik, banyak bekas pembalut di toilet, pada jorok-jorok yang pake, males gue, udah tahu gue super higienis orangnya, gak kayak lo jorok!" pekik Balqiss sekalian menyindir Luna.

"Yaudah deh, tapi tetep hati-hati ya lo, gue masih mau hidup," semprot Luna.

"Iya." Balqiss berancang-ancang untuk memaut gas.

"E-eh tar, gue pegangan kemana?" Luna bertanya khawatir.

"Ke belakang motor lah!" sanggah Balqiss.

"Kayak emak-emak dong!" protes Luna.

"Yaa bodoamat itu kan lo!" tandas Balqiss tidak peduli.

NGENGGGGGK!

Balqiss memaut gas kencang membuat Luna refleks berpegangan ke behel belakang motor.

Metta hanya geleng-geleng kepala meliht tingkah kedua sahabatnya itu.

1, 2, 3 detik kemudian ia celingak-celinguk menunggu angkot, dan akhirnya angkot itu datang setelah penantian panjangnya.

¤¤

Akhirnya Metta sampai di rumah setelah menaiki angkot selama setengah jam lebih. Akhirnya ia bisa merebahkan tubuhnya di sofa, tidak lagi berdesakan dengan orang-orang seperti suasana angkot yang sumpek tadi.

"AHHHHKKKK!" teriak Metta saat membantingkan tubuhnya ke sofa, kini kepalanya sudah ada di bangsal sofa. Nikmat seperti menerpa dirinya.

"Met?" tanya Bu Wina yang tengah berjalan menuruni tangga dari loteng.

"Apa?"

"Naek angkot lagi?"

"Iya Mah, mulai sekarang Metta bakal naik angkot gak bareng Angga lagi, lumayan juga kan hemat biaya kalo naek angkot."

"Bukannya kalo sama Angga lebih awet, kan Angga gak pernah nyuruh kamu bayar."

"Iya, tapi tetep aja lah gak enak Mah kalo gak bayar, yaa ... walaupun Angga maksa buat gak bayar, Metta lebih maksa Angga agar Metta bisa nyumbang setidaknya bayar bensin Angga."

"Emang kenapa sih gak sama Angga?"

Metta bangkit dari berbaring, mencoba menarik napas untuk menjelaskan.
"Pertama, Metta mau hemat. Kedua, Angga suka lelet. Ketiga, Angga bawa motor kayak setan, Keempat---" omongan Metta terhenti.

"Keempat apa?"

Karena pacarnya Angga, batin Metta. Walaupun sebenarnya alasan utamanya 'karena pacarnya Angga', ah mana mungkin alasan itu harus diceritakan kepada ibunya, Metta segera mengerjap.
"Ahh banyak deh alasannya, Metta naik ke kamar yah, mau kipas-kipas." Metta pun melangkah ke lantai atas.

Bu Wina hanya mengangguk dan melangkah menuju dapur. Iyain ajalah.

¤¤

"Angga?" seru Metta sembari masih setia menyapu lantai balkonnya yang tidak lebih besar dari balkon di sebelahnya, sedangkan Angga sedang bermain gitar, kali ini Angga bermain dengan merdu dan melow. Tidak semengerikan seperti sebelumnya, sepertinya suasana hati Angga sedang dalam kondisi normal dan tenang.

AngGaTta [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang