15 - Lo. Gue. END

27 6 0
                                    

Attention! Chapter ini hanya 1300-an kata. Jadi, ya... santai ajalah bacanya.

¤¤

NGENGGK!

Angga melajukan kencang motornya dari halaman depan rumahnya yang amat sangat besar, sedangkan Metta sepertinya sudah berangkat sejak tadi, setelah menasihati Angga, gadis dingin itu langsung berangkat ke sisi jalan raya untuk menunggu angkot.

¤¤

"Oke, berarti sekarang gue harus jemput Mira, kayaknya dia juga belum berangkat karena masih jam enam ebih lima belas menit." Angga melajukan motor sambil melihat arloji hitam mahalnya.

NGENGG BRUMMMMM RMMM!!

Angga memaut gas, melajukan motornya seperti kilat. Biasa hiperbola guys.

¤¤

"Emm, permisi Pak, saya pac--eh temannya Mira, Miranya ada?" tanya Angga kepada seorang satpam penjaga rumah Mira.

Jangan salah paham, Angga tidak mengakui Mira sebagai pacarnya karena takutnya Mira belum diizinkan punya pacar oleh orang tuanya, kalo satpamnya melaporkannya ke orangtua Mira, dan terjadi sesuatu buruk pada gadis itu, di marahi, dikekang, atau lainnya, ooooow! Angga tidak ingin itu terjadi.

Apalagi setahu Angga dari Metta, Mira itu anak polos yang baru pertama kali pacaran, dan sewaktu bermain bisbol kala itu, ia juga melihat ayah Mira sangat memperhatikan keberadaan anaknya, seolah takut gadis itu tiba-tiba hilang, diculik, ditelan bumi, ahh atau apapun, anaknya seperti tidak boleh lolos dari tatapannya.

Jadi untuk lebih aman, ia mengaku sebagai teman saja dulu. Kalo ia sudah tahu keluarga Mira tidak seperti itu, baru ia akan mengakui gadis kaya itu sebagai pacar. Itu akan lebih baik menurut Angga.

"Oh, ada Dek, tunggu ya biar saya panggilin dulu ke dalem."

"Y-yaudah deh Pak saya telpon aja, kayaknya akan lama deh kalo harus ke dalam rumah dulu, lumayan kan jaraknya jauh."

Tentu saja benar saran Angga, lihat saja jarak dari gerbang rumah Mira sampai ke pintu utama rumah, wahhh halaman dan parkirannya saja seluas... ya luas bangetlah pokoknya.

Angga merogoh ponsel di saku celananya.

"B-bagus deh dek, biasanya juga saya telpon kalo ada yang cari non Mira, tapi saya lagi gak punya pulsa, is very good deh kalo adek mau nelpon non Mira," ujar satpam yang terpampang nama di nametag-nya 'Budi' itu. Ia menyengir kuda dan sedikit kikuk.

Angga mengerutkan dahi. Kenapa sih orang-orang pada sok Inggris ngomongnya?

"Pak satpam gak salah panggil saya adek? Aden dong Pak," protes Angga.

"Oh yaudah deh, A.den."

Angga pun mulai berkutat dengan ponselnya. Tujuannya menelpon Mira.

"Ga?" tanya Mira saat menjawab telpon Angga, ia sedang memakai sepatu, sehingga ia meletakan ponselnya di antara bahu dan ditahan oleh jepitan kepalanya yang dimiringkan.

"Mir, aku ada di depan gerbang rumah kamu, ayuk berangkat sekolah,"

"Hah? Yang bener? kenapa gak ngasih tahu dari tadi? Chat atau apa kek, yaudah aku kesana sekarang lagi pake sepatu dulu." Mira mempercepat aktivitasnya. Satu alesan ia jadi antusias, si pacar tentu saja.

"Ok--"

TUT. Panggilan diakhiri.

"Sayang," lanjut Angga bergumam karena Mira sudah memutuskan sambungan teleponnya.

AngGaTta [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang