5 - Salah Paham?

223 177 102
                                    

"Btw, lo emang beneran udah jadian sama Mira?"

"Ha?" tanya Angga cengo, lalu mengangguk. "Udah, waktu balik dari rumah lo waktu itu gue langsung nembak dia,"- Metta mengaggguk tidak heran dengan ungkapan Angga- "Eh ternyata langsung diterima," Angga mengangkat bahu. "Gak aneh sih," ucapnya bangga.

"Lo jangan bawa-bawa gue lagi ya kalo pacaran?" Metta menunjuk tajam Angga.

"Bawa-bawa lo apa?"

"Suka keceplosan panggil gue 'yang', gak sengaja gombalin gue, atau paling parah ngaku gue pacar lo lagi, tadi pagi aja ke satpam lo kayak gitu. Akhirnya pacar lo benci sama gue." curhat Metta membuat Angga merasa salah.

"Yaudah maaf, gue berubah deh," Angga menunjukkan dua jarinya. Tanda peace.

Metta melanjutkan memilah-milih cemilan di rak, tidak terlalu percaya dengan sumpah Angga.

**

"Gue harap lo berubah Ga. Biar gue gak ikut campur lagi dalam urutan asmara lo." Metta memulai pembicaraan di atas motor menuju jalan pulang.

"Iya, gue bakal berusaha berubah mulai saat ini. Gue janji." timpal Angga tetap fokus ke jalanan Bandung yang masih ramai di jam setengah 9 malam ini.

Setelah itu, hening kembali, setelah mendengar jawaban Angga yang tidak jauh berbeda saat di minimarket tadi, sudahlah Metta tidak terlalu yakin.

**

"Wahhhh makanan datang nih," sambut Satya antusias melihat kedatangan Metta & Angga. Tentu saja ditraktir itu sangat nikmat.

Sementara Luna menyambar 2 kantong putih besar yang diasongkan Metta.
"Nih es krim punya siapa?" tanyanya setelah memeriksa isinya.

"Punya Balqiss, dia tadi kan pesen." jawab Metta santai. "Oh iya, Balqissnya mana kok gak ada?" Metta memandang sekitar.

"Tadi sih dia balik, lari-lari ke rumahnya mau nelpon lo buat pesen es krim." jelas Luna, tangan terus mengorak-arik kantong belanjaan.

"Lah, ngapain? Kan dia udah teriak buat gue pesenin es krim tadi secara langsung." Metta mengernyit.

"Ya kita kira kan lo gak denger, orang motor Angga berisik gitu." Luna bercerita. Ditanggapi Satya dan Karel sebagai pelaku yang menakut-nakuti Balqiss.

"Makanya dia tadi riweuhhh banget, rebut hp orang sana sini buat nelpon, karena dia tadi lupa bawa hp. Sampai akhirnya dia ambil hp nya sendiri ke rumahnya." tambah Luna.

"Wah ini udah mau cair nih es krim nyah," Satya rusuh.

"Emang kemana sih Si Balqiss, kok lama banget." Karel penasaran melihat ke arah rumah Balqiss. Paling ujung. Dideretan rumah keenamnya yang berjajar.

"Yaudah deh gue makan aja kali yah eskrim nyah? Udah mau cair nih." Satya kekeh. Senang kebagian jatah orang.

"Eh ntar-ntar, gue coba telpon Balqiss dulu deh." cegah Metta menghentikan Satya yang akan membuka es krim yang berbentuk corong itu.

Metta sangat peduli kepada satu sama lain. Ia tahu betul Balqiss tidak bisa hidup tanpa es krim. Bahkan es krim adalah pembangkit semangatnya. Sama seperti dirinya yang suka salad buah. Es krim adalah menu harian Balqiss. Karena itu, jika mungkin hari ini Balqiss tidak jadi makan es krim, mungkin malam ini akan hampa baginya. Sebegitunya bagi seorang Balqiss.

Mungkin ini terlihat lebay. Tapi begitulah manusia. Punya sifat dan sikap yang berbeda-beda. Termasuk soal makanan.

"Ahhh, yaudah dehh" keluh Satya. Bahunya yang tegap melorot.

AngGaTta [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang