• nebula

682 122 4
                                    

"Bulannya cantik, bukan?"

Mata bulat bercahaya itu mengerjap-ngerjap, terpana akan cahaya putih di atas sana. Tangan mungil mengudara, mencoba menggapainya. Bibir mungilnya sibuk menggumam, bingung

Bibir si ibu melengkung ke atas, tersenyum lembut. "Anakku, matamu sama bercahaya nya dengan bulan itu"

"Ma..." ucapnya seakan-akan setuju dengan ujaran sang ibu

"Aku... aku pasti akan menemukan obat untuk mu, pasti sayang" bisik sang ibu, mata cantiknya sudah berkaca-kaca

"Selena... kau butuh istirahat" lontar seseorang, ia sama rupawannya dengan si bulan

"Helios aku..."

"Aku sungguh mengerti perasaanmu na, tapi kau butuh istirahat" tegas Helios, sang kakak

Mata bercahaya lembut itu mulai redup, kelelahan. Perlahan-lahan Selena mengulurkan anaknya pada Helios, berjalan linglung ke arah tempat tidur

Helios hanya menatap adiknya iba, tak ada yang bisa ia lakukan. Ini sudah menjadi takdir mutlak bagi bayi ini

"Anak yang malang"

Mata bulat bercahaya itu mengerjap, tangannya kembali mengudara, mencoba menggapai cahaya lain, tapi kali ini berwarna merah

"Ma..." ucapnya

Ia bingung, kenapa cahaya putih tadi bertukar. Apa itu? Kenapa semua kabur, kenapa ia tak bisa melihat dengan jelas bahwa cahaya putih bersinar tadi

Mata bulat bercahaya itu mulai kelelahan, tangannya juga letih mencoba menggapai hal yang tak bisa ia lihat

Semua orang mengatakan bahwa cahaya putih itu cantik, mirip ibu. Semua orang sibuk menghadapkan ia dengan sesuatu yang tak bisa ia lihat, mengatakan bahwa itu sangatlah cantik

Bayi kecil itu mulai menangis, ia frustasi. Telinganya bisa menangkap dengan jelas suara apa pun, tapi kenapa ia tidak bisa melihatnya

Tangisannya mulai membesar, Helios menepuk punggungnya pelan, mengatakan bahwa semuanya tak apa-apa. Mereka berdua berjalan menjauh, sengaja agar Selena tak terbangun

"Tidurlah Winter." Seperti kalimat mantra, bayi mungil itu jatuh tertidur

"Hm? Dimana aku?"

"Ma..."

Mata bulat bercahaya itu mulai berkaca-kaca, dimana wanita dengan mata bercahaya itu, ia selalu datang saat bayi mungil ini mulai menangis

"Maa..." tak ada sahutan, hanya dirinya di temani kesunyian.

Bayi mungil itu mulai menangis, Ia takut sangat takut, tapi tak ada yang bisa ia lakukan, ia hanya bayi kecil yang bahkan belum bisa berjalan dengan benar

"Ma..." panggilnya lagi, tetap tidak ada sahutan

Mata bulat bercahaya itu mengerjap, ada sebuah cahaya. Dengan semangat ia menggapai ke segala arah, merangkak kesana kemari mencari cahaya tadi

Tak ada. Cahaya itu bagai bintang jatuh, hanya lewat dan tak akan kembali

Bayi mungil itu kembali menangis, seolah-olah usahannya sia-sia. "Maa...!" ia kembali memanggil kali ini lebih keras

"Maa...!"

"Maa...!"

"Maa...!"

"Maa...!"

"Maa...!"

Lagi dan lagi, tak ada sahutan hangat lagi. Hanya kesunyian yang membalas panggilannya

Mata bulat itu tak bercahaya lagi. Redup, sangat redup. "Lihat apa yang aku temukan" sebuah suara muncul di belakangnya

Lembut, tapi bukan dia.

Bayi mungil itu merangkak, mencoba mendekat. Tapi satu hal yang membuat akhirnya orang itu terdiam

Bahwasan nya bayi itu buta.

Ia melewati orang itu begitu saja, seakan-akan ia orang itu sangatlah jauh dibelakang nya

"Bayi yang malang" gumam orang itu

Tangan orang itu terangkat, menyentuh rambut hitam legam sang bayi. "Anakku, aku akan menemani mu agar kau tak sendirian"

Bayi itu terdiam, mata bulat bercahaya nya menatap kesegala arah. Mencari orang yang menyentuh rambutnya

Tapi makin lama, matanya makin berat. Ia tertidur sangat amat nyenyak, saat matanya terbuka, bukan sebuah sesuatu yang hitam yang ia lihat

Mata bulat bercahaya itu melotot, mengedarkan penglihatannya kesegala arah, kenapa... kenapa semua terlihat. Bayi itu menangis, sangat keras sampai-sampai membangunkan sang ibu

Lihat, cahaya putih yang selama ini tak bisa ia lihat, kini terlihat amat begitu jelas. Semuanya sangat jelas... ia bisa melihat

Kemana orang itu, kemana orang yang menyentuh kepalanya saat di kesunyian tadi

"Saat kau sembuh, tolong temani anakku juga ya, sayang" hanya itu yang ia ingat, bisikan lembut di telinganya sebelum jatuh tertidur

Siapa dia? Kenapa ia bisa menyembuhkan penglihatan ku? Selama ini ibu susah payah mencari obat tapi kenapa... kenapa dengan mudahnya orang itu menyembuhkannya?

Siapa?

Siapa?

Siapa?

"Hm? Dia menyukainya" kekeh seekor rubah

"Ibu!!" Sebuah panggilan dari dua ekor rubah kecil di belakangnya

Rubah yang paling besar tersenyum, berjalan mendekat ke arah anaknya. "Ibu dari mana? Kami lelah mencarimu tau! Nenek tua itu bilang kau di makan ikan besar di laut!"

"Hm, benarkah?"

"Iyaa! Katanya kalau kami nakal, kami juga akan diberi kepada ikan besar itu!!" Celoteh dua rubah kecil itu

"Tapi, sebenarnya ibu dari mana?" Tanya yang paling besar memotong

"Ibu? Ibu hanya berjalan-jalan sebentar" balas sang ibu

"Benarkah? Kenapa ibu tidak mengajak kami!!" Rajuk mereka

"Hm, aku keluar angkasa"

"NEBULA!? AKU JUGA INGIN KESANAAAA!!" Pekik yang paling kecil

"Tunggu sampai kau besar ya gigi kelinci!"Ucap si ibu gemas

"Ibuuu aku ini rubah tauuu! Aku bukan kelinci!!" Serunya kesal

"Ya, kalian adalah seekor rubah"

__

Telatt! Tapi Mohon Maaf Lahir dan Batin semuaaa!!

LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang