12. Siksaan

243 42 8
                                    

Seorang gadis yang tengah terikat pada kursi itu terbangun saat seseorang menyiram air kewajahnya. Matanya terbuka, yang pertama kali dilihatnya adalah seorang pria berjas yang memegang pistol.

"Sudah cukup tidur indahmu."

Ale menyeringai.

Buk!!

Agent Van dengan sigap menendang pistol ditangan Ale hingga terlempar cukup jauh. Ia mencoba berlari namun kekuatannya terbatas sebab ia masih terikat pada kursi. Ale mendorong punggung gadis itu hingga mereka berdua terjatuh kelantai.

Kening Agent Van mengeluarkan cairan merah. Ale kembali memposisikan gadis itu duduk dihadapannya.

"Kau berdarah, apakah itu terasa sakit? Tenanglah, kau akan mendapatkan yang lebih sakit dari itu," ucap Ale meremehkan.

Agent Van hanya diam, saat Ale menarik wajahnya, ia menatap pria itu dengan tatapan yang sangat mematikan.

"Mari aku tebak, pasti teman-temanmu sangat mengkhawatirkan dirimu. Aku merasa tersanjung dapat membawa dirimu meninggalkan pulau itu, apa kau menyukai kembang api tadi malam? Itu semua cuma-cuma hanya karena aku ingin mendapatkanmu----"

"Tutup mulutmu!" Agent Van bersuara, saat itu Ale langsung menampar wajah gadis itu.

"Tidak biasanya aku mengotori tanganku," ucap Ale menyapukan kepalan tangannya pada jas hitamnya.

Ale mengambil kembali pistol yang sudah ditendang oleh Agent Van. Ia menodongkan pistol itu pada kepala Agent Van.

"Siapa namamu?"

Agent Van tak menjawab.

"Ayolah, aku bosan jika harus memanggilmu dengan sebutan wanita sialan." Ale menarik kursi Agent Van hingga jarak diantara mereka semakin menipis.

"Siapa namamu?" ulang Ale, kali ini nada bicaranya terdengar begitu dingin.

"Van."

Ale terdiam cukup lama, ia menjatuhkan pistolnya kelantai.

"Bukan itu, aku lupa!!"

Gadis itu kembali bicara, hingga membuat Ale menyerngit.

"Dan kau? Mr. Kuno?" tanya Agent Van.

"Berhenti memanggilku dengan sebutan itu!! Wanita sialan!" Ale kembali mengangkat tangannya hendak melayangkan tamparan, namun saat ia mengingat nama yang diucapkan gadis itu, ia mengurungkan niatnya.

"Sepertinya ini memang antara aku dan kau, bukan akademik. Lalu mengapa kau sampai menyerang akademik? Aku sangat ingin membunuhmu saat ini!" ucap Agent Van membuat Ale tertawa.

"Dengan tangan terikat seperti sekarang?" tanya Ale. Pria itu menarik rambut Agent Van hingga kepala gadis itu terdongak keatas.

"Mari kita pikirkan, dengan cara apa kau akan mati ditempat ini..."

Agent Van meneguk ludahnya dengan susah payah, napasnya tercekat membuat Ale kembali tertawa. Ale mengambil sesuatu dari balik jasnya, benda itu adalah sebuah suntikan.

"Suntikan ini akan menyebabkan kelumpuhan sementara waktu, kau tak dapat berlari bahkan jika aku melepaskan ikatanmu."

Ale menyuntikannya pada lengan Agent Van, dalam dua menit cairan pada suntikan sudah bereksi.

"Keparat!!" ucap Agent Van dengan gumamannya.

Ale melepaskan ikatan Agent Van, ia menggendong gadis itu dan merebahkannya dikasur. Ale pergi sejenak, ia kembali membawa suatu benda yang membuat Agent Van ingin segera menghilang dari tempat ini.

Te Amo 3 ( Selena Aneska )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang