28. Dua Sisi

161 33 4
                                    

"Ups! Berantakan!"

Alma sesegera mungkin membereskan kamarnya saat Jean sudah berada diambang pintu. Gadis itu dengan lincah memasukkan pakaian kedalam lemari,
menendang kaleng soda dan merapikan tatanan buku-bukunya.

"Tak apa, jadi kau hanya tinggal sendiri?" tanya Jean membantu Alma membereskan kamar berukuran 5x5 meter yang sudah dilengkapi dengan kasur, kamar mandi dan juga dapur.

"Ya, jarak antara rumah dan kampus bukankah sangat jauh," kekeh Alma mempersilahkan Jean untuk duduk dikursi.

"Aku sangat berterimakasih karena kau mengijinkanku untuk tinggal disini," ucap Jean pelan.

"Kau ini! Memangnya kau orang asing!?" tanya Alma memberikan minuman soda dan juga beberapa cemilan pada Jean hingga Jean tersenyum pada gadis itu.

"Lagi pula aku juga jarang berada dikamar ini, kadang menginap dirumah teman, kadang semalaman di lapangan kasus," keluh Alma duduk dikasur meraih remote televisi kemudian menyalakannya.

"Kau sangat hebat!" puji Jean bangga.

"Kau lebih hebat dariku! Aku ingin mendengar ceritamu selama berada disana! Tunggu, apa kau mempunyai kekasih!? Hahaha!" Alma tertawa mengejek lalu mendekatkan duduknya dengan Jean.

"Tentu saja tidak!" jawab Jean memalingkan wajahnya. "Kau sendiri?" tanyanya pada gadis itu.

"Aku tak punya waktu untuk memikirkan hal itu," ucap Alma jujur.

Pandangan mereka beralih pada televisi, penayangan berita tentang seseorang bernama Mr. Ale yang sekarang menjadi buronan kepolisian.

"Hei, jangan diganti!" cegah Jean saat Alma hendak memindah stasiun televisinya.

"Kau tertarik dengan cerita itu?" tanya Alma.

"Cerita?" tanya Jean balik.

"Ya. Mr. Ale itu hanya cerita karangan beberapa wartawan amatir, entah dari mana mereka mendapatkan nama Mr. Ale, aku tidak percaya." Alma terkekeh membuat Jean menggelengkan kepala.

"Ada apa?" tanya Alma ragu.

"Tidak," jawab Jean. "Entah berita itu benar atau tidak, tetapi aku membenci pria bernama Mr. Ale itu," ucap Jean pada Alma.

"Wah! Ternyata instingmu hebat juga, hanya dengan mendengar nama kau bisa langsung membencinya!" Alma tertawa bangga atas perkembangan Jean.

Ketukan pintu terdengar, Alma langsung menghampiri pintu kemudian membukanya. Berdiri lah seorang pemuda tampan yang dimana ia membawa banyak tumpukan buku.

"Rom! Ada apa!? Dosen kelas memberimu tugas lagi!?" tanya Alma membantu pemuda itu untuk masuk. Saat buku-buku yang dibawanya berada dimeja, pemuda itu menatap Jean begitu pun sebaliknya.

"Oh, kenalkan. Dia Jean, teman kecilku yang sekarang sudah besar!"

"Jean, dia Roman. Teman kuliahku, ah tidak. Lebih tepatnya beban kuliahku!"

Jean bangkit dari duduknya. "Alma, aku harus pergi. Aku akan kembali, sampai nanti!" ucap Jean pada Alma hingga membuat Alma bingung begitu pun Roman.

Sepeninggal Jean, Roman duduk ditempatnya. Alma memberikan minuman lalu duduk didekat pemuda itu.

"Ada apa? Banyak sekali buku yang kau bawa," tanya Alma menatap sekilas barang-barang bawaan Roman.

"Bolehkah aku meminta bantuanmu?" tanya Roman, tentu saja Alma mengangguk.

"Bantu aku menghapus semua berita tentang Mr. Ale," ucap Roman membuat Alma menyerngit.

"Rom, tenang saja. Aku juga tak mempercayai berita itu, kau ini. Berita itu paling lama bertahan satu bulan, setelah itu akan lenyap oleh kejahatan-kejahatan baru," ucap Alma santai.

"Memangnya ada apa?" tanya Alma penuh selidik.

Roman berpikir sejenak. "Aku hanya tak suka, berita itu selalu ada di stasiun televisi, bukan kah terlalu berbahaya untuk kalangan anak muda, bisa saja mereka menjadi terobsesi menjadi Mr. Ale," ucap Roman menerangkan.

Alma mengangguk. "Benar juga, sangat benar! Baik lah, akan ku lakukan sebisaku." Alma tersenyum pada Roman.

"Pria tadi?" tanya Roman menatap pintu yang sudah tertutup.

"Teman lamaku, bukankah sudah ku jelaskan," ucap Alma bangkit dari duduknya kemudian mengambil sesuatu dari dalam lemari.

"Apa tidak berbahaya jika ia bersamamu? Penampilannya saja seperti brandalan," kekeh Roman garing.

Alma menunjukkan sebuah album pada Roman. "Dia Jean, teman lamaku. Lihat lah, kami sangat akrab."

Roman mengambil album tersebut, menatap satu persatu poto yang terpasang disana.

"Apa dia juga berkuliah?" tanya Roman tanpa menatap Alma.

"Tidak, dia menempuh jalan hidupnya sendiri." Alma menjawab.

"Hah, maksudmu?" tanya Roman menaruh album tersebut.

"Jaga rahasia ini ya, aku sudah sangat mempercayaimu. Kau 'kan juga sangat membantuku jika ada kasus kejahatan." Alma menarik kursi Roman hingga mereka berada dijarak yang sangat dekat.

"Ada apa?" tanya Roman penuh rasa ingin tahu.

"Jean, dia masuk kedalam organisasi rahasia. Kau tahu kasus yang baru saja terjadi ditempat perbelanjaan kemarin. Nah! Mereka itu kawanan dari Jean," tutur Alma tanpa ragu sedikit pun.

Roman berkeringat dingin dengan tatapan tak percayanya. Ia masih menatap Alma yang nampaknya biasa-biasa saja.

"Kau 'kan juga suka dengan hal-hal seperti itu, mungkin kau akan belajar banyak darinya." Ucap Alma menepuk bahu Roman.

Roman masih membeku ditempat bahkan saat jemari Alma mengusap lembut wajahnya.

"Kau cemburu ya?" tanya Alma merayu.

Roman menggeleng menepis tangan Alma. "Tidak, aku hanya..."

Roman menatap gadis itu yang nampak terkejut dengan sikapnya.

"Aku hanya kagum, padanya. Siapa namanya, Jean?" tanya Roman membuat Alma kembali tersenyum lalu mengangguk.

"Hebat!" puji Roman gelagap mengalihkan pandangannya pada buku-buku yang dibawanya.

Jean duduk terdiam dibawah pohon, sesekali umpatan terdengar dari mulutnya.

"Pemuda itu! Dia teman dari Agent Van!" ucap Jean pelan.

"Apa dunia ini terlalu sempit! Ah sial! Aku tak dapat tinggal bersama Alma jika ada dia didekatku! Rencanaku akan gagal!!"

Jean bangkit dari duduknya menatap tempat tinggal Alma yang berjarak tak jauh dari tempatnya. Mungkin pemuda bernama Roman itu sudah pergi, ia pun kembali dan mendapati Alma tengah sibuk dengan komputer.

"Jean, aku takut kau tersesat," kekeh Alma.

"Lebih baik aku pergi saja," ucap Jean membuat aktivitas Alma terhenti.

"Maksudmu? Bukankah kau akan tinggal disini, aku tak masalah," tukas Alma menatap Jean.

"Maafkan aku, ku tarik lagi kalimatku. Aku tak bisa tinggal bersamamu," ucap Jean lagi mendekati Alma.

Alma nampak sedih, ia berbalik menatap Jean yang juga tengah menatapnya. "Tinggal lah," pinta Alma.

"Kau mau kemana lagi?" tanya Alma lagi. Jean menggeleng tak tahu.

"Maka dari itu! Kau disini saja, ayolah!?" ajak Alma memaksa.

"Alma, maafkan aku. Aku---"

"Tunggu, apa ada hubungannya dengan Roman!?" tanya Alma percaya diri.

Jean menggeleng cepat.

"Kau ini, Roman hanya teman kampusku! Dia bukan pacarku, astaga. Aku tak menyangka kau memikirkan perasaan pemuda itu!" Alma tertawa lantang membuat Jean bingung bagaimana menjelaskannya.

"Hm..." Jean duduk dikasur menatap kearah tembok. Hingga saat Alma duduk disampingnya bahkan memeluknya. Jean masih diam.

"Tinggal lah bersamaku, temanku." Pinta Alma membuat Jean mengangguk membalas pelukan gadis itu.











TBC
Roman vs Jean

Te Amo 3 ( Selena Aneska )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang