18. Ancaman

205 44 12
                                    

Agent Van terbangun mendapati Jean sudah tak ada disisinya. Ia bangkit kemudian membersihkan diri dengan keadaan komputer yang masih menyala, saat ia selesai dengan pekerjaannya. Gadis itu melangkah menghampiri komputer karena mendapatkan sebuah pesan masuk.

"Apa ini!?"

Agent Van melangkah keluar dari kamarnya dan ternyata beberapa pejuang juga melakukan hal yang sama. Tanpa mendapatkan bunyi alarm, mereka berkumpul diruang rapat sambil beradu argumen.

"Kita serahkan saja dia, daripada Mr. Ale itu memberitahu lokasi markas kita pada para mafia!" ucap John membuat beberapa pejuang mengangguk.

Agent Van terdiam disudut ruangan dengan tatapan kosongnya kembali mengingat isi pesan ancaman dari Mr. Ale, si gila yang membuat hidupnya menjadi sebuah puzzle.

"Jika kalian tidak menyerahkan gadis manis itu padaku, maka aku akan memberitahukan markas kalian pada para penjahat dunia, menarik bukan."

"Menyebalkannn!!!" Agent Van berteriak.

"Tutup mulut kalian! Aku akan pergi kepadanya!! Jangan berbisik karena aku mendengarnya! Sialan!!!"

Max menganga lebar mendengar teriakan gadis itu, baru kali ini sejak pertama kali ia bertemu dengan Agent Van, mendengar gadis itu berteriak sambil meracau.

"Aku tidak akan membiarkan itu," ucap Jean dengan tatapan dinginnya.

"Yang menghalangiku! Lawan aku sekarang!!"

Bugh!

Agent Van tersudut mengusap darah yang keluar dari hidungnya. Max panik langsung mendekat menahan Jean yang masih ingin melayangkan pukulan pada gadis itu.

"Kau tak apa?" tanya Mila membantu Agent Van berdiri.

"Apa kau ingin kematian Brian dan Mikaila hanya sia-sia!? Bukan 'kah kau akan melawan pria itu!?" tanya Jean berteriak penuh amarah.

"Sudah... cukup!" pinta Max menengahi.

"Jangan menyerahkan dirimu! Dasar gadis gila! Bodoh!" maki Jean tepat didepan wajah Agent Van.

"Hei, tutup mulutmu!" ucap Petrick pada Jean, ia datang bersama Emma disusul Lucky.

Saat suasana sedang panas-panasnya, tiba-tiba layar besar di ruangan tersebut menampilkan tayangan seseorang yang duduk dikursi dengan wajah tertutup topeng.

"Apa kalian tidak bisa membaca? Aku sudah mengirimkan pesan ancaman sepuluh menit yang lalu. Mengapa belum ada pergerakan apapun dari pulau tempat kalian berada."

Pria di layar, tiada lain dan tiada bukan adalah, Mr. Ale. Pria itu berputar-putar dengan kursinya, satu tangan memegang pistol dan satu lainnya memegang gelas wine.

"Serahkan gadis itu padaku, karena dia adalah milikku!"

Agent Van mengepalkan tangannya menatap Rudeus yang baru datang bersama Grover. Diikuti oleh Harvey dan juga Floyd.

"Dia membajak keamanan kita!" ucap Floyd mulai mengetik sesuatu pada keyboard besar yang berada diatas panggung.

"Jangan takut, aku hanya menginginkan gadis itu. Aku tidak akan melukai kalian jika kalian mengikuti perintahku."

Rudeus membeku ditempat, menatap layar besar tempat tertujunya titik pandang semua orang.

"Apakah..." gumam Rudeus pelan.

Te Amo 3 ( Selena Aneska )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang