"Sial!!!"
Jean mengumpat meluapkan emosinya pada pohon ditepi jalan.
"Mengapa aku memukulinya! Bagaimana kalau dia memang tak tahu keberadaan Agent Van!!!"
"Jean! Kau sangat bodoh!!"
"Alma akan membencimu!!"
"Arghhhhh!!!"
Pemuda itu mulai memukuli wajahnya sendiri sebagai bentuk kekesalan atas tingkah lakunya beberapa saat lalu. Hingga seorang anak kecil mendekat, anak lelaki itu menatap Jean dengan kebingungan.
"Pergi kau!" usir Jean.
"Milo! Menjauh darinya!!"
Mungkin itu adalah teriakan dari sang ibu, Jean menatap wanita itu sejenak kemudian memilih pergi dari tempat tersebut masih dengan wajah kesal dan napas yang terburu-buru.
"Bagaimana caranya agar aku dapat membunuh Mr. Ale! Bahkan tempatnya berada sekarang saja aku tak tahu, belum lagi Agent Van ada dipihak pria itu!" racau Jean disepanjang jalan hingga ia tiba didekat televisi besar yang kembali menayangkan berita pencarian orang.
"Hei."
Jean menoleh pada seseorang yang menegurnya.
"Max!?"
Pria itu adalah Max, ia langsung memeluk Jean dengan senyum lebar sembari memukul punggung pemuda itu sebagai bentuk kerinduannya.
"Sialan! Kau meninggalkanku!" rutuk Max mengeraskan pukulannya hingga membuat Jean meringis.
"Sedang apa kau disini!?" tanya Jean menoleh sekitar.
"Mencarimu," jawab Max santai menuntun Jean memasuki sebuah rumah makan.
"Aku serius! Maksudku, tunggu! Apa kau mengikutiku!?" tanya Jean saat mereka sudah duduk berhadapan.
Max tersenyum kemudian mengangguk. "Akademik terasa hampa tanpa si gila dan si bodoh," ucap Max membuat Jean terdiam.
"Aku serius! Aku meninggalkan pangkatku, memilih jalan hidup sendiri seperti dirimu!" ucap Max bangga.
Jean menggeleng. "Akan jadi apa akademik tanpa dirimu?" tanya Jean pelan.
"Tenang saja, kenaikan pangkat terjadi semalam. Banyak pendatang yang berkemampuan luar biasa," jawab Max lalu memanggil seorang pelayan.
"Namun tetap saja tak ada yang menandingi agent terbaik akademik," sambung Max murung.
"Dimana dia sekarang?" tanya Max sambil memilih menu.
Jean menggeleng tanda tak tahu.
"Aku mau yang ini, dua piring. Minumannya yang ada saja, juga dua," ucap Max ramah dan pelayan itu pun pergi. Mereka kembali pada pembicaraan.
"Kau benar-benar tak tahu?" tanya Max dengan senyuman yang berbeda.
"Ya, ada apa denganmu? Apa kau tahu sesuatu?" tanya Jean mendekat.
"Tak banyak, aku hanya tahu kalau pria berambut putih rekannya Mr. Ale sering mengunjungi apartemen diseberang sana," tunjuk Max membuat Jean menoleh.
"Diseberang sana!? Hei! Aku tinggal tak jauh dari gedung itu," ucap Jean sedikit kesal.
"Sejak kapan kau jadi penguntit?" tanya Jean pada Max.
"Aku sudah meninggalkan akademik lima hari terakhir, aku juga sering melihatmu
mabuk tengah malam. Tidak mengajak," cibir Max malas. Jean langsung memanglingkan wajahnya."Apa kau pernah masuk ke gedung itu?" tanya Jean.
Max menggeleng. "Aku malas jika sendirian, kau mau menemaniku?" tanya Max bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 3 ( Selena Aneska )
AcciónMereka menyebutnya, "Agent Van." Sebagian lagi menyebutnya, "Gadis Gila." Ya, gadis belia 17 tahun itu adalah Selena Aneska. Ia tumbuh menjadi gadis cantik, pandai dan cekatan. Ia sudah menangani banyak kasus kriminal yang dimana dalang dibalik semu...