"Pertemuan ini pun bukan tanpa sebab, melainkan Allah SWT sudah mencantumkannya dalam takdir"
Ramaikan yuk :)
Vote + Komen
🍂🍂🍂
Happy reading 😊
"Abi, ini tehnya"ucap Syilla sambil meletakkan secangkir teh dimeja makan.
"Wahh terima kasih yh"ucap abi sambil menyeruput tehnya.
"Iya, sama-sama Abi"
"Oiya, Maura mana? Belum bangun juga?"tanya abi
"Masih dikamar abi"jawab Syilla
"Terus Maura sudah salat subuh belum?"tanya abi
"Syilla tidak tau Abi"jawab Syilla yang masih sibuk menyiapkan sarapan untuk abinya.
Sudah menjadi kebiasaan jika Maura selalu bangun kesiangan dan lupa untuk menunaikan kewajibannya yakni salat.
Abi binggung harus mendidik Maura bagaimana, Abi takut jika salah langkah dalam mendidik Maura nanti akhirnya akan berakibat buruk, jadi Abi berusaha sabar dan mengajak Maura agar bisa menjalankan kewajibannya.
Oke kembali ke Syilla dan abi yang sudah naik kelantai atas untuk membangunkan Maura.
Tok tok tok
Abi mengetuk pintu kamar Maura untuk ketiga kalinya, namun tidak ada sahutan, abi pun mengetuk sedikit keras dan memanggil putrinya itu.
"Maura, bangun nak sudah jam enam kamu nggak salat?"tanya abi dari balik pintu kamar Maura.
Namun nihil tidak ada jawaban apa pun dari Maura.
"Maura bangun nak, kamu sudah besar jangan tinggalin kewajiban kamu"ucap Rafiq dengan nada bicara sedikit tegas.
Syilla yang merasa tidak tega dengan Maura pun mencoba membujuk Abi agar tak tersulut emosi.
"Abi, biar Syilla aja yang bangunin Kak Maura, nanti Abi bisa telat kekantor"pinta Syilla
Abi menghela napas, "Yasudah, tolong bangunin kakakmu yah, Abi buru-buru mau kekantor"
"Iya Abi"
Setelah abi berangkat bekerja, Syilla menyiapkan sarapan untuk Maura. Saat tiba dikamar Maura ternyata pintunya tak dikunci lantas Syilla langsung masuk untuk mengetahui keadaaan kakaknya.
"Kak, ini sarapannya udah Syilla buatin, dimakan yah"ucap Syilla sambil meletakkan makanya dinakas.
Dengan kasar Maura menumpahkan semua makanan dan minuman kelantai, membuat Syilla terkejut.
"Astaghfirullah"
Maura memandang Syilla sinis, "Lo nggak usah pura-pura peduli sama gue didepan Ayah, gue tau kok kalo lo itu sebenernya munafik, muak gue liat Lo"sarkas Maura
"Astaghfirullah, kak aku nggak ada niatan buat pura-pura peduli didepan abi, aku benar-benar peduli sama kakak"ucap Syilla dengan jujur
"Oyah? Lo kira gue percaya sama omongan lo? Nggak semudah itu dan nggak akan pernah, sampai kapan pun gue nggak akan anggep lo sebagai saudara ataupun adik gue, paham?!"bentak Maura
Maura dengan penuh emosi pergi meninggalkan Syilla sendirian.
Apa yang salah dari Syilla? Selama ini Syilla selalu baik dengan Maura dan selalu sabar dengan perilakunya. Apakah Maura tak punya rasa sayang terhadap Syilla? Entahlah hanya waktu yang bisa menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Syilla
Ficção Adolescente"Bisakah kita seperti Matahari dan bumi yang saling menjaga jarak agar terlindungi" Arsyilla Nur Rafiqah adalah gadis berusia 17 tahun, sejak ia lahir sudah ditinggal pergi oleh ibu kandungnya. Sebelum ibunya meninggal, ibu Syilla (Nur) meminta suam...