4: OppositE (Ika Zordick)

2.3K 250 41
                                    

Opposite
By:
Ika Zordick

Bila jauh terasa rindu, bila dekat akan kubunuh!

.
Ika. Zordick🍁

Langkah terburu, mencari tempat berteduh adalah prioritas utama. Xiao Zhan dengan balutan jas semi formal menantang alam, tas kulit digunakan untuk menutupi kepala. Tak banyak guna, akhirnya dia akan merasa dingin. Sedang sial.

Caramel coklatnya menatap langit gelap, gesekan ranting dan dedaunan akibat angin meramaikan suasana. Tidak ada suasana romantis, setidaknya seperti beberapa tahun lalu, saat dia masih mengenakan seragam sekolah. Tepat ketika sepatu fentofelnya berhenti di salah satu emperan toko, dia teringat. Nostalgia.

Ketika itu dia sendiri, menerjang hujan layaknya badai. Para pasangan kekasih saling berdempet di kiri kanannya ketika dia-yang sendiri-berhasil menemukan tempat berteduh. Di salah satu halte bus di daerah H, dia mengutuk sepi di tengah keramaian. Siapa juga yang mau dengan pria yang menghabiskan waktu membaca literatur demi mendapatkan salah satu kursi di perusahaan nanti.

Ini salah ibunya. Selalu memprioritaskan masa depan dan merusak sistem otak yang berperan sosial. Bukan artinya dia antisosial, mungkin hanya tak pintar bergaul. Tahu teori-dari buku motivasi bangsat seharga puluhan dollar-tak bisa praktik. Tak guna. Persis seperti hidupnya.

"Aku ingin pacaran." Desahan berisi keluhan. Tuhan dengar dan mungkin marah, suara halilintar menyambut. Jika Xiao Zhan tak ingat gendernya, dia akan berteriak persis wanita yang bersembuyi di ketek para kekasih. Sial. Dia iri lagi.

Kini, dia konflik batin-antara berdiam diri menjadi manusia kesepian penuh rasa dengki atau menerobos hujan-lalu matanya membulat ketika salah satu pasangan saling berciuman. "Apa mereka tak bisa mencari motel terdekat?" gumaman sengaja diperkeras. Agar mereka dengar kalau dia terganggu. Hanya saja, semua bak angin lalu. Kalau pacaran tentu saja dunia milik berdua, Xiao Zhan adalah salah satu yang ngontrak.

Dia melangkah pergi. Pipinya menggembung tanda dia tak suka.

Namun, baru tiga langkah air membasahi seragamnya, sebuah bantuan dari langit datang. Xiao Zhan punya kekuatan super mengendalikan cuaca, tentu saja bukan. Seseorang menghalangi hujan, payung besar melindungi pria kesepian itu. Tak datang sendiri, paket lengkap dengan seorang pria dengan senyum manis.

"Mau kuantar?" suaranya berat, seragam mereka berbeda, tapi ada sebuah kesamaan.

Mereka sama-sama sendiri.

"Terima kasih." Rasanya malu ketika mata saling bertubrukan. Menyelami dan mengagumi. "Aku Xiao Zhan."

"Wang Yibo."

Ika. Zordick🍁

Xiao Zhan rindu, maka dia mempercepat langkah. Pulang ke apartment mereka-dia dan Yibo-meski harus basah kuyup diterjang hujan. Masih merasa beruntung karena halilintar tak ikut serta menindas.

"Yibo!" Dia berteriak memanggil. Suaranya menggema ke seluruh penjuru ruangan.

Tak menemukan Yibo, lantas hatinya bergemuruh. Antara takut dan waspada. "Yibo, kau di rumah?" Mengendap-endap, seingatnya Yibo itu tak pernah keluar apartment mereka kecuali untuk keadaan darurat, untuk membeli makan misalnya.

Suara gramophone terdengar sayup. Kewaspadaan menurun digantikan dengan decak kagum bersama perasaan bahagia membuncah. Sosok Yibo terlihat, dengan setelan yang berbeda dari biasanya-pria ini biasanya hanya menggunakan kaus dan jaket-kemeja yang dimasukkan ke dalam celana kain. Rambutnya ditata klimis, mata sipitnya menjadi segaris dengan senyum lebar menghiasi bibir merah menawan.

DECALCOMANIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang