15: Hari pertama, Cita-Cita, Dan AC (Ika Zordick)

708 88 17
                                    


Cerita ini masih dan akan selalu menjadi miliknya Ka,  IkaZordick


Sorry for typos

Jangan lupa vote dan komen









"Mama! Mama! Mama!" tiga kali panggilan, itu artinya Xiao Zhan berada di suatu keadaan yang ia anggap 'terdesak'. Xuanlu mendesah letih ketika mendengar suara cempreng Xiao Zhan—si bungsu keluarga Wang yang selalu suka membuat keributan itu melangkahkan kaki mungilnya menuruni anak tangga demi anak tangga rumahnya. Dia sedikit bersungut karena anak tangganya sangat landai, dia harus menghabiskan dua langkah untuk satu anak tangga.

Xuanlu menegakkan tubuhnya yang sedang bersandar mesra pada sang suami—Wang Haikuan. Laki laki yang menjadi kepala rumah tangga Wang sekaligus lelaki idaman Xuanlu itu hanya tersenyum maklum. Fokusnya yang tadi mengarah pada TV beralih pada si bungsu Wang yang membawa tas sekolahnya. Tas sekolah barunya.

Besok adalah hari pertama si kembar memasuki taman kanak-kanak. Tentu saja itu hal yang sangat membuat Xiao Zhan gugup. Hingga ia takut dirinya meninggalkan buku, pensil atau penghapusnya. Xiao Zhan itu seseorang yang suka kesempurnaan. Dia akan berusaha memberikan kesan baik untuk gurunya nanti—kata ibunya anak baik dan pintar itu yang berkesan baik pada guru.

"Ada apa Xiao Zhan?" Tanya Xuanlu. Dia melirik jam dinding di ruangan TV, mendesah karena bocah nakal bernama Xiao Zhan itu belum tidur meski jarum pendek sudah menunjuk ke angka sepuluh. Xiao Zhan harus tidur dan tak mengganggu adegan bermesraannya dengan sang suami.


Si bocah berpipi gembil dengan rambut acak acakan kecoklatannya serta piyama biru di tubuhnya tampak merengut. "Di mana buku mewarnaiku? Apakah aku harus membawanya?" lihatkan, dia mempertanyakan sesuatu yang tidak penting. Kalau dia mau tinggal bawa, jika tidak mau, ya tidak usah.

Xuanlu mungkin tipe yang kadang tidak sabaran dalam mendidik anak tapi Haikuan adalah tipe ayah pengertian. Dia selalu menjaga keadaan mental anaknya agar siap menjadi anak yang cerdas di era globalisasi. "Kau boleh membawanya, Xiao Zhan." Ucap Haikuan dengan senyum di wajahnya. "Tapi kalau tasmu menjadi berat, kau boleh meninggalkannya di rumah, gurumu akan memberikan buku bergambar lain."

Xiao Zhan mengangguk mengerti. Wajahnya terlihat serius menanggapi perkataan ayahnya. Dia buru-buru menyimpan buku bergambarnya di dalam tas, dia rasa tasnya masih ringan-ringan saja. Tas yang bergambar tokoh kartun kesukaannya. Gambar Shiro—anjing milik Shinosuke pada serial Shinchan. Tokoh ibu dalam serial itu mengingatkannya pada Xuanlu. Rambut Xuanlu yang hitam  sebahu diikalkan dan sifatnya yang mengerikan menjadi panutan Xiao Zhan untuk menyamakan ibunya itu dengan tokoh Misae.

"Kalau begitu tidurlah, Xiao Zhan!" perintah Xuanlu. "Ini sudah jam sepuluh malam!" katanya yang membuat Xiao Zhan buru-buru menaiki tangga dan masuk ke kamarnya bersama Yibo. Xiao Zhan belum berani tidur sendiri, jadinya dia menumpang kamar Yibo dulu. Kalau Yibo sih, dia sepertinya tidak sadar jika ada yang tidur di sampingnya.

Membuka pintu kamar perlahan. Xiao Zhan takut membangunkan Yibo yang sepertinya sudah sangat lelap. Lagipula bocah itu—tidak pernah tidak lelap. Dia tampak tidur dengan pose berantakan, memeluk selimut dan bantal gulingnya yang sudah jatuh ke lantai. Xiao Zhan memungut bantal guling itu, meletakkannya diantara tubuhnya dan Yibo. Xiao Zhan merabahkan tubuhnya, ibunya menyiapkan selimut yang lain. Xiao Zhan sudah sering protes tentang Yibo yang punya kebiasaan memeluk selimut ketika tidur, dia memakai selimut kebanggaannya.

DECALCOMANIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang