REVISED26/6/2022
Jeane
Jika hari senin merupakan transisi berat dari berleha-leha dalam kesenangan yang ditawarkan oleh menghabiskan serial drama korea atau berdansa dalam club malam, maka transisi dari hari senin menuju hari selasa tidak seberat dari hari minggu menuju hari senin.
Aku menyimak penjelasan metabolisme protein yang mengundang kerutan besar pada dahi, bagiku untuk mengawali hari selasa dengan materi biokimia sama besarnya dengan transisi dari hari minggu menuju hari senin.
Kemarin materi kuliah jauh lebih mudah dipahami daripada hari ini. Biokimia mencakup 4 jam kuliah dengan membawa dua topik, satu saja sudah membuat kepala pusing apalagi dua.
"Kelas saya tutup ya, sekian." pamit dosen yang barusan mengakhiri kelasnya. Aku menjerit lega dalam hati langsung memasukkan pulpen merah ke kotak pensil dan buku catatan dan kotak pensil tadi kedalam tas ransel kesayanganku.
"Jeeennnn ke kantin yuk, laper nih.” Suara Danny memekakkan telingaku dari samping bersamaan dengan lengannya yang melingkar dileherku. Kami menuruni tangga menuju lantai dasar yang menjadi letak kantin Fakultas Kedokteran.
Dari pihak fakultas selalu menentukan jadwal agar mahasiswa angkatan senior dan junior tidak bentrok memadati area kantin, walau sebagian besar dari mereka bisa makan di kantin fakultas lain.
Tapi berhubung malas karena gedung Fakultas Kedokteran letaknya terbelakang daripada fakultas lain, dan jarak untuk jalan kaki ke kantin Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang bisa memakan waktu 10 menit, akhirnya banyak mahasiswa Fakultas Kedokteran makan berhimpitan kayak ikan sardin dalam kaleng.
"Penuh dah disini, emang deh dari kampus enggak ada inisiatif bikin kantin yang lebih lebar apa.” gerutu Danny dengan sepiring nasi lalap ditangannya.
Aku setuju dengan perkataan Danny dalam diam sembari melirik ngeri mangkuk Mie Ayam yang aku bawa, jangan sampai ketumpahan kena orang lain.
"Gazebo aja, paling mereka udah duduk disana duluan.” usulku yang lalu membuat kami melangkahkan kaki menuju gazebo.
Disana ‘mereka’ sudah duduk di posisi masing-masing dan memainkan ponsel sebab menunggu agar formasi anggota lengkap, kalau sudah baru makan.
“Sayang, lama banget sih.” Haikal cemberut dan menggoyangkan kakinya tanda protes karena aku dan Danny yang telat datang.
“Kal, aku iki berusaha buat enggak marah-marah buat hari ini. Please jangan mancing aku sek, Okay ?” Danny menyunggingkan senyum paksa yang langsung dibalas anggukan kepala Haikal yang menatapnya congak.
“Iya say-AAA SAKIT DAN.” Haikal menunduk memegangi perutnya yang habis menjadi korban cubitan maut Danny.
“Sayang, sayang, aku iki bukan pacarmu.”
Reyna tertawa keras seperti baru pertama kali melihat mereka bertengkar. Cewek rambut pendek itu menyesap es jeruknya dan menaruh kipas elektronik kecil di hadapannya. Cuaca Kota Surabaya kalau siang hari panas banget.
“Cok, mangan sek ae lah.” Julian menatap malas pada Haikal yang enggak kunjung jera menjahili Danny. Sudah tau Danny kalau lagi badmood gini Rektor kampus aja bisa diomelin sama dia.
Aku berpura-pura untuk tidak melihat kejadian tadi dan terus menyantap Mie Ayam yang rasanya jadi berlipat kali lebih enak ketika mengobati rasa lapar yang sudah ditahan dari waktu kelas dimulai.
Beginilah keseharian kami sebagai mahasiswa semester 6 Fakultas Kedokteran dari salah satu universitas di Surabaya.
Kalau mahasiswa jurusan lain mungkin tinggal mengerjakan proposal lantaran sudah mengambil banyak kelas untuk semester sebelumnya agar memenuhi SKS, jadi kalau urusan skripsi bisa dikerjakan lebih santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
478 (Set Me Free) | Lee Jeno (SEDANG REVISI)
Fanfiction"Ketika Panic Attack kamu datang, latihan teknik bernafas 478, 4 detik kamu hirup nafas dari hidung, tahan nafas itu 7 detik, hembuskan nafas itu dari mulut 8 detik." Tentang Jeane dengan Panic Disordernya dan Javier dengan Toxic Relationshipnya dan...