⚠️ Mention of Panic Disorder ⚠️
Dimohon pencet tombol ⭐, dan atau meramaikan dengan komentar, aku sangat mengapresiasi respon kalian.
Recommended Songs To Listen While Read This Chapter :
1. Coldplay - Sparks
2. NCT Dream - Puzzle Piece
3. Iqbaal Ramadhan - Hello You
Anyway, apa kalian bakal tertarik kalau aku bikin au twitter ? Kalian suka tema yang gimana biasanya ?
Surabaya, 2024
Jeane
Aku menemukan diriku duduk dihadapan seorang wanita paruh baya yang parasnya masih pantas mengenakan jas almamater daripada snelli putihnya yang baru bisa dipakai setelah resmi menyelesaikan seluruh rangkaian pendidikan kedokteran. Dia selalu menyambutku dengan senyum sumringah, akan tetapi hari ini berbeda, dia cukup terkaget dengan kedatanganku.
"Selamat siang, dokter Anna." Aku menahan tawaku melihat ekspresinya yang lucu.
"Hey Jeane, lama tidak berjumpa." dokter Anna menatapku dengan mata berbinar dan menutup mulutnya agar ekspresinya tidak menjadi bahan godaanku.
Dua tahun yang lalu aku menyelesaikan terapi dengan dokter Anna, aku mengobati panic disorder yang aku punya secara paripurna. Yang pertama adalah dengan obat-obatan, dimulai dengan jumlahnya yang banyak di depan tapi makin berkurang seiring berjalannya waktu. Yang kedua dengan psikoterapi, sederhananya sama seperti curhat, bedanya curhat ini dilakukan oleh tenaga profesional yang bisa membantu untuk menangani keluhan atau masalah yang dihadapi pasien.
"Apa kabar ?"
Aku tersenyum lebar tak lupa menunjukkan gigiku. Kemudian dokter Anna menyipitkan matanya seakan sudah bisa tau bagaimana kabarku.
"Terakhir kali waktu kamu berobat terus sama saya, muka kamu tuh keliatan banget sedihnya, kadang juga datar mukanya, dengan senyum kamu yang kayak gini, saya yakin keadaan kamu sudah jauh lebih baik dari sebelumhya, gimana ?, bener enggak ?" tebak dokter Anna sambil antusias mendengar jawabanku.
Aku mengangguk dengan mantap dengan tetap mempertahankan senyum lebarku. Wanita itu menyandarkan pungguhnya pada sandaran kursi, tangannya menyentuh dada sembari menghembuskan napas tanda lega.
"Saya bersyukur sekali kamu benar-benar improve dari kamu yang dulu."
"Itu semua berkat dokter salah satunya." Aku menepuk lembut punggung tangannya yang tergeletak diatas meja.
Dalam sekejap benakku kembali memutar memori dua tahun yang lalu, dipertengahan tahun 2022, yaitu waktu konseling yang keberapa kali pun aku tidak ingat, hari dimana aku bertanya apakah aku harus membuka hati akan kehadiran seseorang kala itu.
Dokter Anna mengatupkan mulutnya yang semula terbuka, saat itu dia terdiam sebentar guna menyusun kata.
"To love others, you must first love yourself."
Ujarannya sangat singkat tapi sarat makna. Diriku saat itu yang masih buta tertutupi oleh hasrat untuk dicintai oleh orang itu bertanya-tanya, apakah kita tidak punya hak untuk dicintai ?.
"Apa kamu sudah melakukan itu sama dirimu sendiri ?"
"Bukannya membangun diri sendiri bersama orang lain akan jauh lebih mudah dijalani dok ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
478 (Set Me Free) | Lee Jeno (SEDANG REVISI)
Fanfiction"Ketika Panic Attack kamu datang, latihan teknik bernafas 478, 4 detik kamu hirup nafas dari hidung, tahan nafas itu 7 detik, hembuskan nafas itu dari mulut 8 detik." Tentang Jeane dengan Panic Disordernya dan Javier dengan Toxic Relationshipnya dan...