REVISED
25/3/2023Sejatinya tolong memberikan apresiasi seperti like,vote dan atau comment, senang sekali melihat antusiasme kalian :), terima kasih.
Jeane
"Kalau nilai ujian blok kamu beberapa minggu kedepan masih kurang dari 85, rerata nilai kamu tidak mencukupi buat syarat pertukaran pelajar dari fakultas."
Bebatuan kecil di sepanjang jalanan aspal menjadi sasaran tendanganku akibat memendam rasa frustasi gara-gara dokter Henry-Wakil Dekan fakultas yang mengurus kemahasiswaan, termasuk urusan pertukaran pelajar yang diadakan semester depan.
Aku akhirnya duduk dibangku taman kampus untuk merasakan hembusan angin dan sinar matahari yang tidak begitu terik sebab ditutupi awan putih. Saat seperti ini membuatku sedikit bisa menikmati hidup sejenak sebelum kembali mengerjakan hal lain.
Waktu terasa berjalan dengan lebih lambat. Dekat dari sini juga ada terminal bus kampus, aku sekalian menunggu bus itu yang akan mengantarku menuju gedung kampus Fakultas Kedokteran.
"Denger gak kabar Mark mutusin Jeane ?"
Sontak aku menutup wajahku dengan tas ketika mendengar namaku disebut. Aku sedikit mengintip keberadaan mereka, sepertinya aku mengenal dua laki-laki ini, mereka seangkatan dengan Mark. Tunggu, bahkan Mark sendiri tidak pernah meminta kami untuk berpisah.
"Serius ta ?"
"Iyoo, wong dia sendiri yang ngomong begitu."
Aku terdiam ketika ucapan itu keluar dari mulut Jerome, teman satu kelompok koass dengan Mark. Semua bantahan yang siap menepis apa yang dia sebut sebagai fakta lenyap seketika dalam kepalaku.
Aku yang terlalu bodoh untuk menyadarinya atau aku yang belum bisa merelakan kalau suatu saat kami akan sampai pada titik ini ?.
"Lagian pacarnya itu emang sibuk nggak sih ?, Mark udah stress koass, waktu mau ngajak jalan Jeane, anak itu ternyata malah lebih milih belajar daripada quality time sama pacarnya, kalau aku jadi Mark sih, dari lama tak putusin."
Belum pernah ada orang yang dengan gamblang mengeluhkan prioritasku dalam belajar, teman-teman terdekatku, keluargaku, semua mengenalku sebagai anak yang rajin belajar, namun mereka tidak pernah melihat itu sebagai suatu kekurangan.
Hari ini aku terpancing untuk mempertanyakan sesuatu yang jelas-jelas menjadi tanggung jawab terbesarku saat ini-Belajar.
"Mark itu udah lama cerita sama aku kalau udah nggak tahan sama Jeane, mereka udah bukan kayak orang pacaran."
Aku tersenyum getir setelah mengetahui sifat aslinya. Beda dengan yang dipikiran, beda dengan yang dihati, air mataku tertahan di pelupuk mata. Aku tidak bisa menyangkal lagi kalau Mark lelah menjalani hubungan seperti ini, tapi fakta bahwa aku harus mendengar ini dari orang lain alih-alih dirinya sendiri jauh membuatku lebih kecewa.
Bus kampus tiba diwaktu yang tepat, daripada berlama-lama menguping, aku kemudian masuk kedalam bus dan duduk ditepi jendela. Bus berjalan menjauhi terminal seiring dengan tetesan air mata yang jatuh satu persatu.
Ada tissue yang disodorkan dari samping, dengan cepat aku menggunakannya untuk menyeka pipiku. Penumpang dalam bus sedang berkutat dalam aktivitasnya masing-masing, aku jadi lega tidak ada yang mengenalku dalam keadaan menyedihkan seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
478 (Set Me Free) | Lee Jeno (SEDANG REVISI)
Fanfiction"Ketika Panic Attack kamu datang, latihan teknik bernafas 478, 4 detik kamu hirup nafas dari hidung, tahan nafas itu 7 detik, hembuskan nafas itu dari mulut 8 detik." Tentang Jeane dengan Panic Disordernya dan Javier dengan Toxic Relationshipnya dan...