18. Face to Face

252 49 19
                                    


Aku yakin kalian tau bagaimana caranya menghargaiku sebagai penulis, aku harap kalian bisa Vote dan atau Comment, terima kasih 🙇








Jeane terbangun dan menyadari kalau dia lagi berada di kamar orang lain. Tubuhnya terbaring di sebuah kasur, dengan sprei yang tidak dia kenal. Kepalanya menunduk kebawah untuk memastikan apakah pakaiannya masih lengkap atau tidak, mengingat bahwa terakhir dia sedang bersama Javier.

Bukannya berprasangka buruk, bisa saja ada kejadian yang tidak diinginkan apabila Javier memanfaatkan momen tidur cewek itu, namun melihat pakaiannya masih lengkap dan agak lembab terkena air hujan sebelumnya, Jeane berusaha berpikir kalau Javier bukan cowok bejat.

Ia melirik ke kiri, nampak kepala seseorang dengan cahaya yang berada didepannya, tangannya juga seakan sedang sibuk mengetikkan sesuatu di handphonenya. Wangi Apel bercampur Lemon menguar dari tubuh seseorang itu.

“Hm ? Javier ?” batin cewek itu.

Mereka tidak sedang berbaring berhadapan seperti yang banyak di gambarkan di drama-drama, melainkan Javier tidur dengan posisi tubuhnya menghadap utara, sementara badan Jeane menghadap selatan, kalau Javier menengokkan kepalanya ke Jeane, dia bakalan melihat wajah Jeane dalam posisi terbalik.

Mereka tidak sedang berbaring berhadapan seperti yang banyak di gambarkan di drama-drama, melainkan Javier tidur dengan posisi tubuhnya menghadap utara, sementara badan Jeane menghadap selatan, kalau Javier menengokkan kepalanya ke Jeane, dia baka...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jav ?”

Javier menengok kearah Jeane, sadar bahwa cewek itu sudah terbangun, cowok itu mengalihkan perhatiannya sejenak dari handphonenya.

“Udah bangun ? Kamu gapapa ?” Javier menghadapkan tubuhnya terhadap Jeane.

“Gapapa kok, maaf ya ngerepotin.”

Sebenarnya ada satu pertanyaan yang ingin sekali keluar dari mulut Jeane, kalau mendengar jawaban dari Javier nantinya, kedua pipi cewek itu bakalan merah kayak kepiting rebus. Tapi dalam keadaan kamar gelap begini mana mungkin cowok itu bisa melihat pipinya kalau memerah.

“Jav ehmm, kamu tadi gendong aku kesini ?”tanya Jeane membuang rasa malunya.

Cowok itu mengangguk, yang kemudian disusul senyuman tipis dari bibirnya, dia rasa bisa membaca pikiran Jeane yang nampaknya makin merasa enggak enakan.

“Udah gapapa, di sofa ruang tamu banyak nyamuk, mending aku bawa Kamu ke kamar aja.”

Suara AC kamar Javier menemani keheningan mereka, Jeane menatap langit-langit kamar cowok itu, warnanya putih polos, dinding disekitar kamarnya bernuansa warna biru tua. Jeane juga baru sadar kalau dariujung kaki sampai bahu tertutupi oleh selimut tebal milik Javier.

“Jav.”

“Kenapa Jen?”

“Lagi chattingan sama Windy ya ?”tanya Jeane, ini pertanyaan kedua yang beberapa hari ini menghantui pikiran cewek itu. Dia pengin tahu apa sebenarnya hubungan cowok itu sama Windy.

478 (Set Me Free) | Lee Jeno (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang