Library 1

156 11 16
                                    

Sudah semangatkah hari ini? Jangan lupa bersyukur

×××


Sebelum matahari muncul, sosok hujan bersama awan hitamnya sudah meneyelimuti matahari dan menyisakan tangisan di pagi hari berserta angin yang begitu dingin namun sekaligus menyejukan di kota yang padat seperti ini. Gerimis di awal bulan memang cukup membuat para pekerja, pelajar dan masyarakat malas menjalani aktivitas seperti biasanya, Ya siapa juga yang gak malas kalo pagi-pagi hujan, lebih enakan rebahan di kamar, ngemil makanan sambil nonton film. Kenikmatan apa lagi coba? Saat bergelung dengan selimut di musim dingin ini? Namun sepertinya hujan ini bukan halangan untuk seseorang yang bekerja keras, hujan di pagi ini bukan halangan besar bagi sang pemimpi. Mereka akan bergegas pergi di bawah guyuran hujan dengan segenap impian yang membakar jiwanya.

Riya begitu senang sekali pagi ini, hujan menurutnya adalah rezeki dan penyemangat hidup begitulah prinsip seorang Riya. Gadis sederhana dengan semua kesederhanaan yang membuat dirinya begitu unik di pandang mata.

"Kak Riya."

"Ya Chae?"

"Anu ka, itu ...?"

"Ada apa adik ku yang tampan?" Riya berjongkok di hadapan adiknya, laki-laki manis yang masih duduk di kelas 2 Sekolah dasar

"Ean harus beli buku hapalan, tapi ..."

"Stt nanti pulang kakak beliin yak, berapa harganya?" Riya tersenyum, mengelus rambut adiknya penuh kasih sayang.

"20 ribu tapi Ean harus bayar bulanan juga." Riya menatap wajah murung adiknya, ia pun mencubit pelan pipi gemul nya. "Nanti kakak bayar ya, jangan cemberut oke?"

"Terimakasih kak."

"Hm." Riya mencium puncak kepala Chean. Chean adalah adik bungsunya, anak lelaki satu-satunya di keluarga ini bersama tiga kakak perempuannya.

Riya, Yeri, Yorim dan Chean mereka tinggal bersama di kontrakan kecil yang Riya sewa. Mereka sudah tidak mempunyai orangtua dan hanya Riya yang bisa menghidupkan keluarganya kembali karena itu Riya tidak pernah putus asa dalam hal apapun termasuk dalam pekerjaan ia akan selalu bersemangat setiap hari untuk mencari uang, membiayai sekolah mereka.

Riya memakai sepatu bot nya dan tak lupa ia memakai jaket yang selama ini menemaninya dalam kehujanan dan kepanasan. Meski jaket itu sudah terlihat jelek dan sepertinya tidak pantas untuk di pakai tapi Riya begitu menyayangi jaket pemberian ayahnya, tidak. Sebenarnya itu jaket ayahnya

"Baiklah adik-adik ayo berangkat sekolah ..."

"Yo!" Mereka berempat pun berjalan menuju ke sekolah di pagi yang dingin dan gerimis melanda namun mereka tidak pernah pantang menyerah

"Yeri dan Yorim berdua ya pakai payungnya." Adik kembarnya mengangguk.

"Dan Chean bersama kakak ya."

"Oke kak!"

###

Jarak kontrakan ke sekolahnya tidak terlalu jauh jadi mereka memutuskan untuk jalan kaki, lagi pula jika naik kendaraan itu berbayar, itu sungguh akan boros.. Sesampainya di sekolah Riya berpamitan dan mereka bertiga segera masuk kelas Riya sendiri segera pergi meninggalkan sekolah mereka untuk bekerja di mall terbesar di Jakarta ini kalian ingin tahu apa yang di kerjakan Riya? Oh Riya tidak berkerja sebagai kasir, tukang akut barang ataupun OB apalagi jadi CEO nya

Riya mempunyai pekerjaannya sendiri ialah menjadi ojek payung dan di musim hujan seperti ini mengundang banyak rezeki bagi nya meski ia harus hujan-hujanan namun itu semua tidak masalah untuk nya.. Di umurnya yang ke 22 tahun ini, ia tidak pernah mengeluh meski sebenarnya dirinya juga ingin melanjutkan pendidikannya tapi ia hanya bisa mengenang mimpi mimpi itu.

Heart LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang