Library 2

78 10 14
                                    

Dia tidak hilang, dia hanya berada di hati Ku

×××

 
 

Keadaan di meja membuat Riya terasa tercekik begitu hening, hanya terdengar suara detik jam dan dentingan garfu dan pisau yang saling beradu. Namun yang membuatnya tak kalah terkejut ialah saat ucapan Mama Sarah.

"Bukan namanya, tapi kenapa dia ada di sini!?"

"Dia yang akan bertunangan dengan Abang mu, Rafka."

APA!?

Riya tersedak, dengan segera mama Sarah mengambil kan air untuknya. Dan Riya segera meminumnya. "Terimakasih ma."

"hah Apa apaan ini ma!?" Tanya Yudis terlihat kesal, rahangnya mengeras dan tatapannya menajam saat menatap ke arah Riya.

"Kenapa bang? Mama akan menjodohkan mu dengan Riya."

"Ma, apa maksudnya mama Sarah?" Ucap Riya, ia juga bingung kenapa dirinya menjadi seorang yang di suruh untuk menjadi jodohnya Yudis, sosok yang belum ia kenal? Kenapa?

"Riya, dengarkan dulu ya."

"Tunggu ma!" Yudis berteriak, Suasana meja makan kini berbalik menjadi kacau, Riya sendiri menjadi takut apalagi Yudis dan adiknya terus melayangkan tatapan tidak sukanya secara terang-terangan.

Apa salah Riya? Dirinya juga tidak tahu menahu soal ini? Jika jadinya seperti ini dirinya tidak akan menerima tawaran mama Sarah.

Yudis menoleh, menatap Riya tajam. "Apa maksud lo dengan mama? Kenapa lo panggil dia dengan sebutan mama hah!?" Yudis bangkit dari duduknya lantas berjalan mendekati Riya dan diam di belakangnya.

"Gue tahu lo tuh miskin, lihat ini? Baju ini pasti mama yang beliin kan? Jawab!" Argh ... Riya terkejut saat Yudis menarik rambutnya. Dengan susah payah Riya mengangguk.

"Yudis lepaskan dia!" Yudis tidak mendengarkan ucapan mamanya.

"Apa Lo menghasut mama gue!?"

"Dasar jalang! Cewe kaya Lo itu yang suka memanfaatkan keadaan! Dan Lo salah sasaran ... Meski Lo udah buat mama gue suka tapi ingat Lo gak akan bisa-"

"Stop Yudis! Stop." Mama Sarah segera melerai. Sedangkan Riya berusaha menahan tangisnya.

"Arghh mau mama apa sih!?"

"Mau mama kamu nikah dengan Riya!"

"Apa apaan ini ma?" Tanya Sorn, sepertinya gadis itu juga tidak setuju kakaknya menikah ataupun bertunangan dengan Riya.

"Mama hanya menjodohkan Abang mu!"

"Maaf Bu, om dan kalian berdua ... Saya memang orang miskin dan saya juga tahu diri namun terimakasih ibu sudah mengajak saya ke sini tapi saya ke sini bukan untuk di jodohkan dan saya juga menolak perjodohan ini, saya permisi." Dengan langkah cepat Riya keluar dari rumah itu, nyatanya rumah itu adalah kutukan untuk Riya.

Setelah keluar tangisan Riya seketika pecab, terisak lemah. Rasanya Riya ingin marah tapi ia tidak bisa? Ia juga tidak bisa menangis tanpa alasan seperti ini? Bukankah dirinya juga selalu di hina, tapi kenapa hinaan kali ini begitu menyesakan? Dengan langkah gontai Riya pulang dengan beralasan kaki sendal jepit meksi bajunya mewah namun ia akan mengembalikannya nanti ya di tidak pantas memakai pakaian ini. Riya juga mengambil pakaiannya, dan langsung memakainya di toilet. Pakaian yang selalu ia pakai kaos panjang dan celana panjang yang sudah kumal belum lagi jaket hitam itu namun ia begitu menyayangi nya.

Setelah berpakaian ia segera membawa payungnya dan berjalan kaki keluar dari area rumah itu.

"Aku ada di daerah mana?" Pikir Riya, dirinya belum pernah kesini sebelumnya mana jarak dengan tempat tinggalnya sangat jauh. Sudah di pastikan itu

Heart LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang