Library 18

17 2 0
                                    

Pernikahan udah di ujung mata tapi cinta kita masih jauh dari kata permata, yang indah dan sempurna.

***

Pernikahan akan berlangsung dengan hitungan hari saja, Riya bahkan sudah tinggal di apartemen beberapa hari ini bersama adik-adiknya yang begitu gembira dan antusias menunggu hari pernikahan kakaknya. Tidak khayal belaka karena mereka benar-benar bermimpi hidup mewah seperti ini, setidaknya mereka bisa merasakannya.

Riya sendiri, hari demi hari jantung nya terasa berdetak kencang, entah karena cemas, ataupun berkhayal tentang dirinya dan Yudis yang sebentar lagi menikah. Namun atas dasar apa pernikahan ini? Apakah benar-benar ia pantas untuk menikah dengan Yudis?

Astaga ... Riya bahkan bingung. Yudis mencintai gadis lain, ia pun tidak suka dengan Yudis yang sombong dan kelakuannya yang bikin kesal. Namun kenapa Yudis sengaja mengadakan acara pernikahan palsu ini?

Hari ini seperti biasanya Riya akan bekerja di Caffe, bertemu dengan Iqbal dan Rangga bosnya. Mereka juga antusias hanya saja Iqbal terlihat tetap tidak setuju dengan pernikahan ini.

"Maafkan aku, bang ..." Itu yang selalu Riya ucapkan kepada Iqbal, Iqbal sendiri tidak marah ataupun kesal kepada Riya, ia hanya tidak habis pikir dengan jalan pikir Yudis. Bisa-bisanya dia ingin menikahi Riya tanpa rasa sayang dan ingin memiliki. Iqbal membayangkan nya saja ketika Yudis dan Riya bersama apa yang akan terjadi kepada Riya nanti? Kejadian tempo lalu saja sudah membuatnya muak.

Iqbal benar-benar tidak ikhlas!!

"Bang ..."

"Apa Riya!?" Iqbal benar-benar tidak ingin diganggu.

"Abang marah?" Riya menatap Yudis yang terlihat kalut, tidak biasanya. Iqbal yang ceria dan humoris itu hilang dari beberapa hari lalu.

"Dia mana bisa marah sama kamu RI," ucap Rangga dari belakang lantas duduk di samping Iqbal dan merangkul pundaknya, sekarang mereka benar-benar terlihat bersahabat bukan bos dan bawahan.

"Dia marah pada Yudis saja, gue juga sama Ri kesel banget sama Yudis yang kekanakan soal pernikahan ini..." Rangga menatap Iqbal yang masih mengalihkan pandangannya ke arah jendela, dimana Iqbal benar-benar sedang tidak 'Mood'

"Maafin teman kami, Riya ..." Untuk pertama kalinya, Riya melihat Rangga tidak terlihat dingin, galak malah wajahnya yang begitu memelas membuat Riya terkejut.

"Ah tidak tidak, jangan minta maaf ... Ini bukan salah bos Rangga dan bang Iqbal. Aku... Aku hanya ingin minta kepada kalian agar tidak membocorkan hal ini kepada Yudis, aku tidak mau Yudis tau tentang pekerjaan ku ini."

"Kami tidak akan memberitahu mu, jika Yudis melakukan hal yang tidak baik kamu bisa berbicara kepada kami."

"Terimakasih ..." Riya pun menatap Iqbal yang seakan marah kepadanya, ia pun berinisiatif untuk membuat minuman kesukaannya. Setelah Rangga pergi dan Riya sudah selesai membuat MilkManggo ia pun menghampiri Iqbal yang masih setia duduk di pojokan, Riya duduk di hadapannya sambil menyodorkan minuman manis itu tanpa berkata apapun sampai beberapa menit kemudian Iqbal sendiri yang menoleh meski sedari tadi ia berusaha untuk mengabaikan Riya namun tetap saja tidak bisa. Pesona Riya jauh menarik perhatiannya.

"Apa ini?"

"Milky manggo."

"Tahu."

"Ihh! Aneh."

"Maksudnya buat siapa?" Tanya Iqbal geram, padahal sudah tahu ia sedang kesal tapi Riya masih saja menguji kesabarannya.

"Ya buat Abang lah ... Kalo gak mau sih biar aku aja yang minum ..." Riya pun berpura-pura untuk mengambil gelasnya kembali namun sebelum Riya mendapatkan nya Iqbal sudah lebih dulu mengambilnya dan meminumnya sampai tandas.

Heart LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang