library 21

14 2 0
                                    


Apakah ini ilusi? Tapi kenapa mengganggu hatiku

×××

Hujan malam ini turun kembali, Riya menyentuh jendela yang terasa dingin di telapak tangannya, pandangannya jauh ke depan melihat gelapnya malam dengan pohon-pohon tinggi yang menyelimuti.

Bosan, satu kata itu selalu memenuhi pikirannya. Belum lagi ia merindukan Adiknya Chean, Yeri dan Yorim bagaimana keadaan mereka, makan teratur apa tidak, apakah mereka belajar dengan benar atau tidak. Ah ... Rasanya Riya begitu merindukan mereka. Namun Riya tidak bisa melakukan apapun selain diam di rumah ini.

Sampai sebuah cahaya dari luar jendela membuyarkan lamunannya, Riya melihat mobil Yudis masuk ke pekarangan rumah. Riya pun segera turun ke bawah untuk membukakan pintu untuk Yudis.

"Kak kamu udah pulang?" Riya bertanya saat melihat Yudis datang, Riya pun segera membawakan barang-barangnya.

"Iya ..."

"Mau makan dulu atau mandi dulu?"

"Aku akan mandi, kamu siapkan makanan untuk ku." Riya mengangguk semangat, ia sangat senang melihat Yudis tidak terlihat dingin dan Riya akan berhati-hati agar Yudis tidak marah kepadanya.

Setelah menyiapkan air untuk Yudis dan menyimpan barang-barang nya, Riya segera menyiapkan makanan untuk Yudis.

"Hai bagaimana hari mu Riya?" Yudis duduk di kursinya, ia nampak senang berbeda dengan tadi pagi. Riya pun menoleh melihat Yudis yang sudah duduk. Ia pun segera membawa piring untuk Yudis.

"Menyenangkan kak."

Yudis menatap Riya membuat Riya merasa tidak nyaman,"ada apa kak?"

"Aku tidak salah dengarkan? Kamu panggilan aku dengan ..."

"Kak?" Riya ikut duduk di depan Yudis, lantas mengambil kan nasi dan lauk untuk Yudis.

"Tumben sekali pakai kak?" Tanyanya terheran sambil melihat Riya.

Riya tersenyum malu-malu,"karena engga sopan kalo panggil langsung nama hehe .. " Yudis ikut tertawa pelan. Lantas memakan makanannya.

"Jadi baru nyadar sekarang hm?" Riya mengangguk.

"Kamu tidak makan?" Tanya Yudis, Riya hanya diam. "Makanlah temani aku," ucap Yudis lagi, membuat Riya tersenyum dan ikut makan bersama.

"Besok aku izin ke rumah mama ya? Bolehkan?" Tanya Riya takut-takut, karena ia tidak ingin suasana hati Yudis jadi marah seperti tadi pagi.

"Mau apa?" Tanya Yudis menatap Riya dalam.

"Emm kangen adik-adik aku, boleh ya ..."

Yudis hanya menatap Riya dan mengangguk,"boleh tapi setelah aku pulang kerja. Aku yang antar kamu."

"Kenapa tidak pagi aja?"

"Mau atau tidak!?"

"Baiklah ... Terimakasih." Riya hanya menghela nafas panjang, Yudis yang menentukan dan ia tidak bisa membantah. Setelah selesai  makan Riya membereskan piring-piring kotor dan membersihkan meja makan. Sedangkan Yudis sudah pergi ke ruang tamu dan melihat televisi.

Riya melepaskan cincin nya karena takut saat ia bersih-bersih jatuh dengan sendirinya, apalagi saat mencuci piring akan mudah jatuh.  Namun tanpa sadar Riya melupakan cincin itu, Riya pergi dari dapur setelah membuatkan Yudis kopi dan menghampiri Yudis yang tengah bersantai itu.

"Ini kopinya." Riya meletakkan kopi di atas meja, Yudis hanya menoleh sedikit lantas kembali fokus ke televisi. Suasana malam itu begitu canggung, Yudis dengan televisinya dan Riya dengan pikirannya yang kemana mana.

"Riya."

Yudis menatap Riya yang tidak menjawab, Riya terlihat melamun membuat Yudis mendekati Riya dan duduk di depan Riya.

"Hei kamu kenapa?" Yudis menepuk pipi Riya pelan hingga Riya tersadar dengan lamunannya.

"Eh, kak eh maaf ..."

"Kenapa? Belum juga tidur?"

"Aku pamit tidur dulu, selamat malam kak."

"Malam."

Riya pun segera pergi ke kamarnya, ia tadi kepikiran tentang pekerjaan nya namun Riya tidak bisa mengatakannya kepada Yudis karena Riya tahu Yudis akan marah besar.

×××

Pagi ini hujan kembali turun, meski gerimis cukup membuat Riya kedinginan. Bahkan ia belum juga bangkit dari kasurnya rasanya tubuhnya lemas dan pegal-pegal, entah mengapa. Tapi badannya benar-benar terasa remuk.

"RIYA!"

"Riya kamu belum juga keluar!?"

Riya seketika bangun saat mendengar teriakan marah Yudis dari luar kamarnya, membuat Riya bergegas turun dari kasur sampai ia tersandung hingga jatuh. Namun Riya tidak mengkhawatirkan itu meski terasa sakit tapi Riya bisa menahannya karena rasa takutnya menjalar begitu saja di seluruh tubuhnya saat mendengar suara Yudis yang pagi ini begitu menakutkan.

"Ada apa kak?" Riya mendekati Yudis yang terlihat marah.

"Kamu tanya ada apa hah!?" Yudis kembali membentak membuat Riya menunduk takut, namun Riya juga bingung apa salahnya atau mungkin karena Riya belum menyiapkan makanan untuk Yudis pagi ini, namun jam berapa sekarang? Hingga Yudis marah-marah sepagi ini.

"Ma-maaf aku akan menyiapkan makanannya, tunggu-arghh." Tangan Riya di tarik begitu saja oleh Yudis hingga tubuhnya merapat pada Yudis, cengkraman tangan Yudis begitu kuat pada lengan Riya membuat Riya meringis.

"Kak sa-sakit ..."

"Kamu masih tidak paham hah!" Yudis menghempaskan tubuh Riya hingga Riya mundur dan membentur meja bar dapur.

"Arghh ..." Riya  meringis merasakan tubuhnya kembali merasa sakit, Riya terisak pelan.

"Jangan cengeng! Kamu masih tidak sadar apa kesalahan kamu hah!?" Yudis kembali mendekati Riya yang terduduk di lantai, dan mencengkram bahunya kuat.

"Kamu tidak tahu hah berapa berharganya barang ini!?" Yudis memperlihatkan cincin pernikahan yang Riya lupakan itu. Riya sendiri terkejut karena cincinnya ada di tangan Yudis. Ia melihat tangannya yang memang cincin itu tidak ada.

"Aku, aku minta maaf ke-kemarin---" Yudis memotong pembicaraan Riya karena Yudis mendekati Riya, begitu sangat dekat.

"Kemarin apa hm? Kamu mau membuat alasan apa? Jika kamu memang tidak ingin menikah dengan ku kenapa dari awal kamu menyetujuinya dan sekarang kamu tidak akan bisa pergi dariku karena hidup mu ada di tangan ku!" Yudis berbisik dengan penuh penekanan. Riya sendiri hanya memejamkan matanya, ia takut karena kesalahannya Yudis marah kepadanya.

"Buka mata kamu!" Dengan takut-takut Riya membuka matanya dan menatap mata tajam Yudis yang mengkilat.

"Kamu harus aku kasih hukuman ..." Riya menggeleng pelan namun Yudis tidak perduli, ia mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Riya membuat Riya membulatkan matanya dan melihat Yudis yang begitu menikmati ciumannya sedangkan Riya tidak bergerak sama sekali. Ia benar-benar terkejut.

×××

Thanks for reading!!
Jangan lupa like, komen dan share....

Heart LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang