[26] Hampir Saja

6.7K 749 24
                                    

"Nanti kau mau ikut ke kantor Ahjussi Jae, kan?," tanya Taeyong pada Ten yang saat ini tengah duduk di sampingnya dengan memakan buah-buahan yang sudah di kupas.

"Hmm, aku mau. Lagipula aku juga rindu dengan Jaehyun Hyung" jawab Ten.

"Yak!! Apa maksudmu?!" Teriak Taeyong tidak terimah saat sahabatnya itu mengatakan 'Rindu' pada suaminya. Sungguh, dia tidak suka ada orang lain rindu pada suaminya selain dirinya juga sang anak.

Ten mengangkat bahunya acuh, tidak mengidahkan wajah sang sahabat yang tengah menatap dirinya dengan tajam,"entah. Aku hanya tiba-tiba rindu dengan suamimu itu" jawabnya.

"Calon suamimu kan juga ada disana. Kenapa tidak merindukannya saja" ujar Taeyong. Tangan nya mengelus perutnya yang bergetar, seakan sang anak ikut tidak terimah jika ada bottom lain yang merindukan sang Daddy.

"Aku bosan melihat wajah Johnny Hyung setiap hari" kata Ten. Membuat mata Taeyong melebar dan sedetik kemudian tangan letik si nyonya muda Jung menampar pelan lengan sang sahabat.

"Tidak boleh bicara seperti itu Tennie. Kalau paman Johnny dengar dia bisa sakit hati," ujar Taeyong memperingati.

"Maaf. Tapi aku bicara jujur"

Taeyong hanya menggelengkan kepalanya. Ia mengerti, mungkin sikap Ten saat ini adalah bawaan bayi sahabatnya itu.

"Aku mau mempersiapkan Jiya dulu, abis itu kita langsung berangkat" ujar Taeyong seraya bangkit untuk menghampiri sang putri yang sedang bermain dengan Bibi Yoon di halaman belakang.

Ini sudah lewat sebulan sejak insiden dimana Taeyong di larikan ke rumah sakit karena pendarahan ringan. Dan sekarang kandungan sang nyonya muda Jung sudah menginjak usia tujuh bulan, tetapi besar perutnya sudah seperti sembilan bulan saja. Bahkan Jaehyun kadang takut melihat sang istri berjalan sendiri dengan perut super besarnya itu. Apalagi saat menuruni tangga, suami Jung Taeyong itu tidak akan membiarkan sang istri turun sendirian jika tidak ada yang menemani.

Maka dari itu. Jaehyun memperkerjakan orang khusus untuk mengikuti sang istri kemanapun. Awalnya Taeyong sempat protes karena ia masih bisa berjalan sendiri, dan tidak perlu di ikuti oleh siapapun. Tetapi karena kekerasan kepala sang suami, akhirnya Taeyong menerima saja dengan pasrah.

"Joy Nuna? Bantu aku naik ke kamar Jiya" pinta Taeyong kepada Joy-- wanita yang di pekerjakan oleh sang suami untuk menemaninya kemana pun.

"Perutmu sangat besar Yongie. Apa kau sudah pernah melakukan USG?" Tanya Joy. Tangan nya mengelus perut besar milik Taeyong. Ia hanya heran melihar perut majikannya itu. Setahu-nya kandungan Taeyong barulah tujuh bulan, tetapi kenapa besarnya sudah seperti hamil tua dan tidak lama akan melahirkan saja?.

"Aku sama Jae Ahjussi tidak pernah melakukan USG selama kami pergi kontrol. Kata Ahjussi, ia ingin jenis kelamin anak kami menjadi kejutan saja disaat dia lahir" jawab Taeyong. Tangannya ikut mengelus perut besarnya, senyum terbit saat ia merasakan pergerakan didalam sana.

"Apa jangan-jangan kau hamil kembar Yongie?," ujar Joy.

"Apa? Itu tidak mungkin Nuna. Saat pertama kali aku kontrol kandungan, kata dokter di dalam sini hanya ada satu detak jatung. Jadi? Bagaimana aku bisa hamil kembar?" Jawab Taeyong. Tangannya memutar knop pintu kamar Jiya yang di dominasi warna pink. Lalu menuntun anak gadisnya itu yang sedari tadi hanya menyimak selama perjalanan menuju kamarnya.

"Jiya mau pakai baju mana?" Tanya Taeyong setelah membuka lemari berwarna pink milik Jiya.

"Baju walna pink, Mommy" jawab anak itu seraya mengikuti intruksi Joy yang menuntunya membuka baju.

"Okey"

• • • •

"Kalian lama sekali" ujar Ten saat melihat Taeyong, Joy serta Jiya yang di gandeng oleh Joy baru menampakan kaki mereka di lantai dasar.

"Maaf. Jiya ribet milih jepit rambutnya" kata Taeyong. Tangannya mengambil tas kecil milik Jiya di kursi sofa. Tas itu berisikan mainan Barbie sang anak.

"Ayo kita berangkat"

• • • • •

"Aunty Doyie!!!" Teriak Jiya saat melihat sekretaris kedua sang Daddy itu di depan meja resepsionis.

"Jiyaa!" Doyoung ikut memekik saat melihat anak atasannya itu berlari menghampirinya.

Di belakang Jiya. Ten, Taeyong serta Joy hanya menggelengkan kepala mereka. Jiya memang akan sangat senang jika di ajak ke kantor Daddy-nya. Soalnya di sana anak gadis Jung Jaehyun itu bisa bertemu dengan tante-tante cantik serta baik. Seperti Yeri dan Nayeon-- wanita yang bekerja di bagian resepsionis, sedangkan Yeri, dia adalah karyawan yang bekerja di divisi pemasaran.

"Selamat datang nyonya, Jung" sambut Doyoung serta Nayeon kepada Taeyong. Dan di balas oleh delikan tidak suka oleh sang nyonga Jung.

"Aku kan sudah bilang, jangan panggil aku seperti itu. Cukup panggil nama saja" ujarnya. Membuat Doyoung dan Nayeon meringis menahan gemes karena wajah cemberut istri dari atasan mereka itu. Pipi cubby Taeyong yang semakin bulat karena di kembungkan oleh sang empuh, mampu membuat Nayeon menahan diri untuk tidak mengigit pipi mirip mocci itu.

"Oke maaf. Apa Taeyong ingin menemui Bos?" Tanya Doyoung.

"Tidak. Aku kesini mau ketemu dengan Winwin. Kata yuta Hyung dia ikut datang kesini" Memang tujuan utama Taeyong kesini untuk menemui teman yang satunya itu. Sudah lama sekali ia tidak menemui teman semasa sekolahnya. Apalagi Winwin dan Jungwoo, ia sangat merindukan dua teman nya itu.

Dan soal yuta?, lelaki keturunan jepang itu adalah atasan Yeri di divisi pemasaran. Yuta adalah tunangan Winwin. Yang kabarnya akan melangsunkan pernikahan dalam waktu dekat ini. Dan tadi saat Taeyong menelfon Winwin, Yuta lah yang mengangkat dan katanya lelaki manis berdarah China itu sedang di kantor milik suaminya.

"Yongie! Tennie!"
Kedau lelaki manis itu menoleh saat mendengar suara seseorang memanggil nama mereka.

"Winnie!" Itu Taeyong yang dengan cepat mau menghampiri sang sahabat. Bahkan tanpa sadarnya, nyonya muda Jung itu berlari, membuat semua mata yang menatap itu melebarkan mata mereka khawatir.

"Yongie jangan lari!" Ten berteriak. Ia ngeri sendiri melihat Taeyong yang berlari dengan perut besarnya, utung sahabatnya itu tidak memakai sepatu yang memiliki sol yang tinggi.

"TAEYONG!!!" Teriak Winwin saat melihat tubuh Taeyong yang akan jatuh karena terpeleset di lantai kantor yang memang licin.

Hening.

Keadaan sekitar langsung hening saat teriakan khawatir Winwin. Semua orang menahan nafas mereka melihat istri dari atasan mereka yang akan jatuh jika saja tidak ada seseorang yang menagngkap tubuh lelaki cantik itu.

"Sudah berapa kali aku bilang jika jangan pernah berlari Jung Taeyong!"

Taeyong terdiam. Ia masih mencernah apa yang terjadi. Di tatapan nya wajah sang suami yang kini berkeringat hebat karena pacuan jantung yang sangat cepat. Deruh napas yang memburu sang suami menerpa wajah lelaki cantik itu.

"Maaf..."

Jaehyun menghela napasnya lega. Sungguh! Nyawanya rasanya akan melayang saat melihat sang istri berlari tadi. Jika saja ia terlambat berlari menghampiri, ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada sang istri.

Taeyong meringis mendengar detakan jantung suaminya yang berdetak sangat cepat. Ia merasa bersalah sudah membuat suaminya itu takut serta khawatir.

Saat ini ia masih di dekapan suaminya. Ia juga tidak tahu apa yang akan terjadi jika suaminya tidak menagkap tubuhnya yang terpeleset di lantai kantor yang memang keramiknya sangat licin.










TBC.

Maaf jika tidak sesuai ekspetasi kalian🙏

Ohiya, itu aku bikin kandungan yongie tujuh bulan saja, karena sungguh aku sudah lupa kalo kandungannya sudah berapa bulan🙏😭 nanti akan aku perbaiki di saat aku mau revisi lagi.🙏


SeeYou💚

MARRY • JAEYONG✔  [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang