[TO GET HER]Kami berdua masih terpaku pada objek yang sama. Memandangi raut bahagia kedua bocah yang tersenyum ikhlas ke arah lensa yang memotret mereka. Aku merasakan sentuhan hangat pada tangan ku, Jane menggenggam nya. Erat sekali.
Dalam tatapan, serta kerutan pada kening nya—aku bisa tahu kalau dia juga menyimpan tanya. Tanya yang cukup besar. Apa dulu kami seakrab itu? Apa yang terjadi di masa lalu? Pertanyaan itu mengalir di sela keheningan kami.
"Jane!" Suara seseorang membuyarkan lamunan nya. Itu suara teman nya yang berisik. Namanya Yerin kalau tidak salah. "Sunbae.. selamat pagi." dia memberiku salam.
"Yerin.." tatapan nya masih kosong, dia melepaskan genggaman tangan nya dari tanganku. "Kenapa kau baru datang? Biasanya kau datang lebih dulu daripada aku."
"Aku bangun kesiangan, lagipula kan acaranya di mulai pukul 9. Kau saja yang aneh karena datang kepagian."
"Lalu, kenapa kau mencariku?"
"Ada yang ingin ku bicarakan dengan mu," gadis itu menatapku sebentar, seakan meminta ijin untuk membawa Jane pergi dari sini. "Apa kau.. sibuk?"
"Tidak apa-apa, kita bicarakan ini nanti." Ucapku pada Jane, aku tahu sebenarnya dia tidak ingin pergi. "Aku ada di kantin kalau nanti kau mencariku."
Aku mendekat, memangkas jarak dan ku berikan kecupan pada kening nya. Setelah kepergian nya, aku kembali menatap potret kami. Semakin aku memandang nya, semakin besar rasa bersalah yang ku rasakan di dalam dada. Rasa nya seperti ada seutas tali yang melilit leherku, menggantung ku hingga aku merasa tercekik. Apa Jane adalah cinta pertama ku? Lalu, apa artinya Jisoo? Perasaan apa yang kurasakan padanya? Apa perasaan itu hanya rasa iri yang ku miliki karena aku tidak mau melihat dia dan Taehoo bahagia tanpa aku?
Apa itu cinta?
Pertanyaan seperti itu juga pernah di tanyakan oleh Plato pada gurunya. Cinta baginya adalah hal yang tidak meracuni jiwa, bukan pula yang mementingkan diri sendiri. Tapi itu Plato, aku sendiri tidak menyetujui nya. Aku merasa pernyataan itu tidak cocok untuk di gunakan di jaman sekarang—dimana ketulusan menjadi hal yang mahal. Karena bagiku sendiri, cinta adalah tentang intimasi, gairah dan komitmen. Mengutip dari Triangular theory of love, milik Robert. J; tanpa ekspresi, bahkan cinta terhebat pun akan mati.
Sampai kemarin pun, aku sebenarnya tidak benar-benar tahu bagaimana rasanya jatuh cinta, mencintai, dan dicintai. Saat aku merasa patah, saat aku mengira cinta pertama ku gagal di masa lalu—selama itu pula aku terus mencari sesuatu yang, sekarang aku tahu jika sebenarnya tidak pernah ada.
Aku selalu menilai, sesuatu yang ku temukan tidak pantas ku sebut cinta.
Aku tersesat dalam ruang dan waktu, serta kerinduan untuk merasakan nyaman yang pernah ku rasakan di masa itu. Rasa nyaman yang ku dapat dari Jisoo.. aku bertanya sekarang; apa itu benar cinta? Karena setelah ada nya kepergian, serta penghianatan, rasa—dendam dan sakit yang kurasakan bukan karena hati ku yang telah di khianati. Tapi karena aku merasa tidak adil, jika mereka bahagia dan aku tidak.
"Bukan hal yang mengangetkan, sebenarnya.." ku belai gambar gadis kecil dengan gummy smile cerah ini. Dada ku berdebar, setiap kali kulitku bersentuhan dengan foto itu. "..kau terlalu familiar, untuk bisa di sebut orang asing."
Ya, aku terlalu nyaman bersama nya. Sampai aku merasa ada satu tiang lagi yang membuat beban ku terasa ringan. Jane seperti tempat dimana segala perasaan ku bisa berlabuh. Bukan hanya bahagia dan tawa, tapi juga sakit dan luka. Aku baru sadar, kalau semua ini memang bukan kebetulan.
Bukan Jisoo, tapi Jane. Aku jatuh cinta padanya.
Nyatanya, walaupun aku selalu berteriak pada Taehoo kalau dia telah menyakiti ku dengan penghianatan nya bersama Jisoo, sesungguhnya aku tidak benar-benar tahu. Mana yang benar, aku sakit karena aku memang merasa di khianati, atau aku sakit karena aku tidak mau melihat mereka bahagia? Kurasa, aku memang egois sejak lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
to get her ; together.
Fanfiction[smut] Taehyung mengambil nya dari ku. Sesuatu yang seharus nya tidak menjadi milik nya. Cr cover : Pinterest/oidis.site