[TO GET HER]
Pagi ini aku terbangun dengan pikiran kusut. Kemarin, ada sisa-sisa perdebatan yang dibiarkan menggantung. Aku tidak tahu apakah itu karena aku dan dia tidak punya jalan keluar, atau.. dia yang memang memilih menggantung semua nya karena rasa takut pada hal-hal yang tidak di harapkan. Yang masih ku ingat, semalam itu aku tertidur ketika basah di pipi belum sepenuh nya kering.
Aku paham benar bahwa rentang waktu yang sama tidak selalu membawa hasil yang sama. Bertahan dan menahan, setiap orang memang selalu punya cara sendiri untuk menyikapi semua persoalan; dan untuku, dan juga untuknya—mungkin membiarkan semua ini berlalu tanpa tahu kejelasan nya adalah satu-satunya hal benar yang memang harus dilakukan. Melupakan.
"Jane yakin?"
Ayah bertanya ketika roda mobil sudah berhenti di depan pagar sekolah. Hari ini, ayah sengaja menyempatkan waktu nya untukku. Mengantarku sekolah, dan bahkan beliau juga berjanji akan menjemputku nanti sore. Mungkin, kejadian kemarin tidak hanya meninggalkan susah di dalam hidupku—tapi juga anugrah.
"Ini tidak seperti kaki Jane patah. Hanya keseleo." Ucapku padanya, dia masih menatapku dengan tatapan khawatir. "Jane bisa ke kelas sendiri."
"Ayah akan antar."
"Jane malu!" ucapku keras, "Ayah terlalu tampan untuk murid-murid itu."
Namun khas nya Kwon Jiyong, aku memang tidak pernah bisa melawan kehendak nya. Ayah keluar dari mobil, kemudian mengambil tongkat milikku sebelum membantuku turun. Ku lihat semua orang sedang menatapku prihatin, mungkin mereka merasa kasihan karena melihat kaki ku yang memang sedang di perban.
"Tahu begini, Pak Lee saja yang mengantar." Ucapku pada ayah, kami berjalan menyusuri halaman sekolah menuju kelas. "Ayah terlalu muda untuk punya putri seumuran anak SMA. Aku membenci tatapan itu! Apa mereka berpikir untuk menjadi ibu tiriku?"
Ayah tertawa kali ini, dan tawa itu membuat perhatian semua orang tertuju pada kami. Aku merotasikan mata, ketika melirik ayah yang memang terlihat tampan dan seolah sedang tebar pesona.
"Kelas Jane dimana?"
"Lewat lorong. Kelas 2-3, ayah."
"Kelas nya ada di lantai satu?"
"Iya." Jawabku, sembari tetap berusaha melangkah. "Tidak ada tangga kok, ada tapi sedikit."
Aku menggenggam jas kerja ayah, ketika ku sadari ada seseorang yang memperhatikan kami dari area parkir. Sorot mataku mungkin bisa dia baca, iya.. ini sorot mata penuh kesedihan yang di sebabkan olehnya. Dadaku tiba-tiba sakit, dan kaki ku berubah menjadi jelly seperti tidak punya tenaga.
Aku melamun sampai aku tidak memperhatikan langkah kaki ku. Hampir terjatuh, namun ayah merengkuhku lagi sebelum hal itu terjadi.
"Jane? Paman?"
Kami mendengar suara seseorang dari arah belakang. Aku tidak ingin berbalik karena aku tidak ingin melihat wajah orang itu, namun sayangnya—reaksi tubuh dan otakku berbeda. Kami berbalik, dan kudapati Taehoo sunbae sedang berdiri di hadapan kami. Sayang, pria tampan berkaca mata ini tidak bisa menghalangi perhatian ku yang memang hanya di miliki dia. Aku berdiri di hadapan Taehoo sunbae, menjawab sapaan nya—tapi mataku masih tertuju disana; padanya.
"Taehoo!" ayah berucap kencang, "Kau juga baru datang?"
"Biasanya Taehoo datang lebih pagi, paman." Jawabnya pada ayah, "Terjadi masalah sedikit tadi pagi di rumah. Karena itu, Taehoo berangkat sedikit siang." Manik mata Taehoo sunbae tertuju padaku, sorot matanya berubah khawatir. "Kau baik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
to get her ; together.
Fanfiction[smut] Taehyung mengambil nya dari ku. Sesuatu yang seharus nya tidak menjadi milik nya. Cr cover : Pinterest/oidis.site