pt.5

9.5K 1.2K 408
                                    

[TO GET HER]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[TO GET HER]

Aku menutup buku bacaan ku, coklat yang ada di cangkir kesayangan ku sudah dingin. Ku tilik jam yang ada di dinding, itu pukul tujuh malam. Ayah sudah beberapa kali mengetuk pintu kamar, mengatakan bahwa aku harus makan padahal sudah ku katakan bahwa aku ingin memulai diet ku hari ini—tapi kurasa, ayah masih saja keras kepala.

Aku mendengar lagi suara ketukan pintu. Dengan terpaksa, aku beranjak dari ranjang dan membuka pintu tersebut. Ku dapati ayah yang sedang tersenyum, dan tanpa ku duga-duga—Yerin ada di belakang punggung nya.

"Kau datang!" teriakku senang, "Kau sendirian?"

"Ayah akan menyuruh bibi untuk membuatkan kalian snack." Yerin tidak menjawab, justru ayah ku yang bicara lagi. "Anggap saja rumah sendiri, Yerin. Paman tinggal dulu."

"Nde!"

Aku menarik lengan Yerin untuk masuk ke dalam kamar, dan saat itu juga—ku tutup pintu kamar ku. Dia membawa tas besar, yang aku yakin itu berisi buku-buku tebal. Kaca mata nya berembun, apa di luar sedang hujan?

"Kau kesini sendirian?"

"Aku bosan, kepala ku pusing dan aku tidak punya niat untuk masuk les." Jawabnya sambil berbaring di ranjang ku. "Ayah mu tampan."

Ku rotasikan mataku, ketika dia bicara tentang ayah. "Jadi kau membolos?" dia mengangguk, "Kenapa? Kau bukan orang yang membolos."

"Sudah ku bilang, kepala ku pusing." Jawabnya, tanpa minat. "Kau sudah mengerjakan PR? Apa aku boleh menyalin nya?"

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu?" tanya ku lagi, sembari meraih buku PR ku, untuk ku berikan padanya. "Kau ada masalah?"

"Tidak. Tidak ada masalah apapun, Jane."

"Kau ada masalah?" tanya ku sekali lagi.

Yerin menatapku ragu, ekspresi nya menggambarkan perasaan yang bercampur. Dia terlihat khawatir, takut, sedih, dan juga marah pada saat yang bersamaan. Aku berjalan menuju pintu kamar, dan ku putar kunci kamar ku sehingga tidak ada orang lain yang bisa masuk tanpa mengetuk.

"Katakan padaku."

"Ini.. ini masalah besar, sangat besar!"

Yerin menutup kedua wajah nya menggunakan telapak tangan. Aku mendengarnya menangis sesegukan, dan saat itu aku sadar—bahwa masalah yang dia maksud mungkin saja benar-benar serius.

Aku mendekat dan duduk disamping nya. Ku raih tubuhnya mendekat, sebelum aku mulai memeluk dan menepuk punggung nya agar dia bisa berhenti menangis. Aku tidak bertanya lagi, aku tidak berkata apapun lagi. Aku menunggu sampai dia siap bicara.

Sesungguh nya aku ingin seperti ini. Di beri pelukan saat aku membutuhkan. Saat berada di Auckland, aku tidak memiliki teman seperti ini. Disana, teman hanya ada di saat senang. Susah mencarinya saat aku berada di posisi terbawah.

to get her ; together. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang