SMA Cakrawala

434 15 0
                                    

Di hari selasa pagi yang nampak lebih cerah daripada hari kemarin tak serta merta membuat hati seorang Mars Prayoga ikut bersinar terang. Terhitung sepuluh bulan sebelum dia lulus dari SMA Cakrawala, tapi rutinitas yang dia jalani sudah sangat membosankan.

Kata banyak orang, masa putih abu-abu itu akan menjadi masa-masa paling indah untuk dikenang kelak. Tapi bagi Mars, itu hanya omong kosong. Masa putih abu-abi tak seindah yang orang-orang bilang.

Mars Prayoga, Tujuh belas tahun, empat bulan. Meski kata kebanyakan orang tingkat kegantengan Mars itu berada di another level. Memiliki kulit putih, badannya tinggi, hidung yang runcing serta sepasang mata yang bulat penuh pesona. Tapi Mars tidak pernah merasa besar kepala. Baginya, cantik dan ganteng itu relatif.  Orang-orang sering salah mengira Mars memiliki darah blasteran. Padahal turunan sunda asli. Anak tunggal dari keluarga kaya raya. Kabarnya Ayah Mars itu pemilik perusahaan properti besar yang telah memiliki cabang di beberapa negara Asia Tenggara.

Salah satu most wanted SMA Cakrawala. Ketua osis sekaligus langganan ikut serta olimpiade dan berhasil menyabet beberapa piala.

Nampak sempurna dari berbagai sisi, bukan?

Yang kebanyakan orang tahu Mars itu sosok sempurna dengan kehidupan yang begitu tertata.  Memang benar. Tapi tak banyak orang tahu seberapa banyak tuntutan dalam hidupnya yang harus ia perankan.

Salah satu contohnya, ulang tahun sweet seventeen yang berlangsung empat bulan lalu. Di balik gemerlapnya pesta malam itu, tidak banyak dihadiri teman-teman sebaya kecuali teman anggota osis. Selebihnya yang datang adalah para kolega bisnis Ayahnya. Kabar buruk lainnya yaitu di malam ia menginjak umur tujuh belas tahun, dia harus suka rela dipertunangkan dengan perempuan pilihan keluarganya.

Begitu cincin putih berhias permata berhasil disematkan pada jari manis si gadis, suara riuh rendah tepuk tangan terdengar sangat memuakkan untuk Mars. Terlebih ketika senyum merekah itu terbit dari bibir terpoles liptint merah muda, rasanya Mars ingin menghilang saja dari muka bumi ini.

Mars memijat pangkal hidungnya. Kepalanya mendadak berdenyut pening. Selalu seperti itu jika ia kembali mengingat hal-hal menyebalkan dalam hidupnya. Belum lagi catatan di atas meja yang seolah menambah beban hidup.

Itu adalah catatan beberapa siswa yang kerap melanggar aturan sekolah. Nama Jullio Arya berada di urutan paling atas.

Mars menduga, aturan ada untuk dilanggar menjadi jalan ninja seorang Jullio Arya. Entah sudah berapa kali dia yang memergoki Julli tengah merokok di belakang sekolah di setiap kali kesempatan, atau pula dia yang berjemur di tengah lapangan menghadap tiang bendera lantaran datang terlambat.

Mars tidak pernah tahu apa tujuan hidup dari Jullio Arya dan bahkan dia tidak mau peduli. Seharusnya begitu. Tapi, pembina osis sekaligus guru kesiswaannya menaruh tugas untuk ikut andil mendisiplinkan siswa-siswi yang bermasalah. Salah satunya adalah Julio Arya.

Lantas apa yang harus Mars lakukan? Kedisiplinan hidup itu datangnya dari diri sendiri. Kalau dirinya saja enggan untuk menerima aturan, maka peran orang lain tentu saja diabaikan. Bagi Mars, Julli itu terlalu sulit untuk terkendali.

Bahkan kini dari jendela sekretariat osis yang menembus jauh ke lapangan, Mars hanya bisa geleng-geleng kepala ketika dari dalam kelasnya, ia bisa melihat Juli sedang lari mengitari lapangan. Entah apa lagi yang kapten futsal itu langgar. Mars sedang tidak ingin berminat meladeninya. Dia terlampau menikmati ketidak hadirannya Bu Nani yang harusnya mengisi jam pelajaran Bahasa Indonesia dan memilih menenangkan diri di sini. Sebab terlalu berisik jika diam di kelas.

Ngomong-ngomong soal futsal, Juli adalah kapten futsal. Jelas saja ini adalah salah satu keuntungan baginya yang kerap mengharumkan nama sekolah dalam bidang olahraga turnamen antar sekolah. Ini juga menjadi alasan mengapa sekolah selalu memberi keringanan untuk Juli. Barangkali sudah di drop out kalau saja namanya tidak banyak berperan dalam piala-piala yang tinggi menjulang. Kabarnya Juli juga pernah hampir diundang di camp pelatihan Nasional. Tapi karena prilakunya minus, jadi urung dan kesempatan itu digantikan oleh Galaksi, teman sebayanya.

Cerita Dari Kita |NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang