Berbeda dengan hari minggu yang sangat ditunggu, maka senin menjadi hari yang paling banyak menanggung keluhan. Seperti halnya Mars yang sudah berada di depan gerbang utama SMA Cakrawala yang terbuka lebar-lebar.
Bersama matahari terik yang mengundang bulir-bulir keringat memenuhi dahi, dia harus rela mengawasi hanya untuk memastikan atribut lengkap setiap siswa-siswi yang datang. Untung saja perutnya cukup kenyang sarapan nasi goreng buatan Elang meski keasinan.
Mengecek jam di tangan kiri, Mars lalu berdecak. Sepuluh menit lagi menuju upacara bendera. Sepasang iris hitamnya semakin menajam, mengabsen setiap siswa-siswi yang memasuki gerbang. Sebetulnya tidak hanya sedang mengawasi, Mars juga tengah mencari sosok perempuan yang biasanya tidak bisa jauh dengannya.
"Dia kemana, sih? Nggak mungkin bolos, kan?" monolognya sembari berupaya sabar menunggu kedatangan gadis itu. Hanya saja sampai bel tanda masuk berbunyi, presensi Starla sama sekali tak terlihat.
Tanpa pernah Mars tahu kalau gadis yang dicarinya itu kini tengah berada di bangunan paling belakang sekolah. Tempat di mana biasanya menjadi pelarian siswa-siswi nakal untuk bolos pelajaran, menghindari upacara, atau bahkan merokok.
Starla tengah terduduk di lantai kotor seraya bersandar pada pilar. Dia yang terbiasa ceria, entah kenapa hari ini seperti sangat membenci manusia. Setelah berangkat sekolah tanpa sarapan, dia langsung menuju ke gedung belakang sekolah hanya untuk membaca novel daripada harus bertemu dengan Mars meski rindu.
Satu tangannya menggulirkan lembar buku di pangkuan. Saat Starla hampir terhanyut pada alur cerita di lembar yang baru, sebuah suara tiba-tiba saja mengusik. Mengundang Starla untuk mencari sumbernya.
"Kasiin semua duit lo!"
Starla lantas berdiri. Tapi tidak langsung mendekat. Di tilik lekat-lekat dulu siapa perempuan yang tengah dipalak oleh dua orang brandal sekolah itu. Dari picingannya, Starla menangkap perempuan bertubuh ramping dengan rambut panjang yang dikepang dua, serta kacamata bulat bertengger di pangkal hidung. Starla tahu kalau gadis itu adalah Karin. Anak kelas dua belas IPA 5. Kalau tidak salah Karin memang kerap menjadi bahan bully oleh banyak siswa.
Starla hanya menebak, sih. Bukan tidak peduli, tapi memang tidak kenal dekat saja. Hanya saja berbeda dengan hari ini. Sebab, dengan mata kepalanya, dia disuguhi langsung bagaimana Karin diperlakukan.
"Cuma dua pulih lima ribu?" bentak si salah satu berandal setelah Karin menyerahkan uang di dalam saku.
"Nggak ada lagi." Pelan sekali suara lembutnya terdengar. Karena takut, kepalanya ikut tertunduk.
"Jangan bohong lo!"
Karin praktis mundur seraya menepis tangan si lelaki, menghindari tubuhnya yang hampir digerayangi. Pun, bukan bermaksud melecehkan. Tapi tetap saja setiap perempuan tidak nyaman akan perlakuan itu.
"Berani ya lo ngelawan!"
"Nggak gitu maksud gue."
"Bacot lo!" Satu tangannya sudah berada di udara. Siap dilayangkan jika suara melengking tidak tiba-tiba menginterupsi.
"Berandal sekolah, kok, beraninya cuma sama cewek cupu?" Dari balik pilar, Starla memunculkan diri. Dagunya terangkat tinggi dengan langkah kelewat angkuh.
Lelaki dengan gaya rambut yang menurut Starla terlalu jamet itu mendengkus geli. Tidak perlu bertanya siapa perempuan berambut panjang itu? Sebab seantero sekolah pun tahu siapa Starla. Si siswi berprestasi dengan kadar berisik yang terlampau tinggi.
"Pacarnya si Ketos." Salah satu menepuk bahu temannya. Seperti tengah memperingati untuk tidak perlu mencari masalah dengan Starla.
Tapi karena emosinya sudah lebih dulu tersulut, dia masa bodo. Apalagi saat melihat tampang angkuhnya, si lelaki dengan penampilan urakan itu tidak bisa untuk tidak menarik dagu Starla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Dari Kita |NCT Dream
Fanfic[Follow dulu sebelum baca] Ketika keenam siswa dengan karakter berbeda dipersatukan dalam sebuah asrama. Mars tidak pernah menduga sebelumnya. Beban hidupnya sudah sangat berat. Dan kini Pak Tian selaku guru kesiswaannya menambah beban hidup itu. B...