Elang, bisa ngga sih, berhenti buat onar di kelas?" Bu Ratna, selaku wali kelas IPA 3 itu membenarkan letak kaca matanya.
Kini Elang berada di ruang konseling, mempertanggung jawabkan atas tindakannya yang di luar dugaan.
Ia tidak pernah menduga kalau keisengannya akan membawa petaka. Sumpah, dia nggak bermaksud membuat Adel pingsan.
Tadi, saat Elang hendak menangkap kodoknya, hewan itu justru lebih cepat menghindar. Dan tanpa diduga melompat ke arah Adel yang memang sudah ketakutan setengah mati. Lalu, dengan waktu yang begitu cepat, tanpa pernah Elang duga, Adel jatuh pingsan begitu saja.
"Maaf, Bu." Elang menunduk, menyesali perbuatannya.
Bu Ratna menarik napas. "Selalu bilang maaf. Terakhir kali kamu juga mengacau dan bikin kepala Banu mendapat tiga jahitan gara-gara cengcorang."
Nah, itu hampir serupa. Elang yang menakuti teman-temannya dengan seekor belalang berwarna hijau. Saat itu Banu paling heboh. Karena Elang merasa tertarik, dia mengejar Banu dan menakutinya. Siapa sangka responsnya berlebihan. Banu menaiki meja dengan kalap, lalu tanpa terduga dia kehilangan keseimbangannya dan berakhir jatuh tersungkur ke lantai. Kepalanya mendarat lebih dulu. Begitulah kurang lebih tragedi tiga jahitan pada dahi Banu.
"Ya Elang nggak tau kalo Banu bakal seheboh itu." Padahal cengcorang lucu," gumamnya di akhir kalimat.
"Elang." Kali ini suara Pak Tian yang terdengar. Lebih tegas tapi terdengar lebih bersahabat dari suara Bu Ratna. "Nggak semua hal yang kamu suka, teman-teman kamu juga suka. Jangan sampe merugikan orang lain."
"Maaf, pak."
Pak Tian ini, guru kesiswaan yang baru menjabat satu minggu yang lalu. Menggantikan Bu Lela yang resign entah karena alasan apa.
Selama satu minggu belakangan ini, ia terus saja dihujani berbagai keluhan dari para guru perihal macam-macam tingkah anak didiknya. Hal yang rumlah memang. Anak-anak masa remaja tingkah polahnya kadang bikin geleng-geleng kepala.
"Kata maaf nggak akan pernah berarti kalau kamu aja nggak ada niatan untuk memperbaiki kesalahan."
Elang lantas mendongak sesaat sebelum akhirnya menunduk lagi.
"Sekarang kamu minta maaf sama Adel. Pertanggung jawabkan apa yang udah kamu perbuat."
Setelah mengangguk dua kali. Elang bangkit undur diri. Membawa penyesalannya yang kini membumbung tinggi di dalam hati.Maka, di jam istirahat, Elang memutuskan melangkah menuju UKS untuk menemui Adel yang masih terbaring di sana.
Begitu pintu UKS terbuka, nampak Adel tengah duduk bersandar pada brankar. Langsung berdecih dan memalingkan wajah ketika Elang mendekat.
"Del," panggil Elang yang terabaikan. "Sorry."
"Gue tuh heran sama orang kaya lo. Betingkah mulu hidupnya." Akhirnya Adel menatap Elang. Sorotnya nyalang.
"Gue tau gue salah. Makanya gue ke sini buat minta maaf. Maafin, yah?"
Adel sungguh marah. Dia kesal pada Elang. Tapi begitu melihat mata Elang yang penuh sesal, entah mengapa hatinya seolah melunak.
"Jangan diulangi lagi."Elang mengangguk cepat. Yang justru terlihat lucu di mata Adel. "Nih, gue bawain susu coklat. Buat lo."
"Susu doang? Rotinya mana?"
"Lo mau roti?"
"Iya lah. Susu tanpa roti mana berarti."
"Lo tunggu di sini. Gue beli dulu." Tanpa persetujuan Adel, Elang beranjak dari sana dengan kecepatan kilat. Yang tak pernah Elang tahu, dia meninggalkan Adel yang tengah senyum-senyum sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Dari Kita |NCT Dream
Fanfic[Follow dulu sebelum baca] Ketika keenam siswa dengan karakter berbeda dipersatukan dalam sebuah asrama. Mars tidak pernah menduga sebelumnya. Beban hidupnya sudah sangat berat. Dan kini Pak Tian selaku guru kesiswaannya menambah beban hidup itu. B...