Ara dan Riska pun sudah sampai di rumah sakit. Setelah selesai beberes mereka langsung menuju ke rumah sakit. Ara tidak tega meninggalkan Bunda nya sendiri di rumah sakit sendirian.
"assalamu'alaikum" ujar Ara dan Riska bebarengan
"wa'alaikum salam" jawab Bunda Riani
"Bunda kok jam segini belum tidur?" tanya Ara dengan khawatir, Bunda Riani hanya tersenyum
"kok malah senyum, Bunda ada yang sakit?. Bilang sama Ara apa yang sakit Bun?" tanya Ara
"Bunda nggak apa-apa sayang. Bunda belum ngantuk, Bunda juga lagi nungguin Ara kok" jawab Ara tersenyum
"Bunda harus banyak istirahat supaya cepat sehat lagi, supaya cepet pulang dan kumpul lagi dirumah" ujar Ara dengan tersenyum dan di angguki oleh Bunda Riani
"nak Riska kok ada di sini?, Riska nggak dicari sama mama malam-malam keluar rumah?" tanya Bunda Riani
"Mama sama Papa lagi keluar kota Bun. Daripada Riska sendiri di rumah nggak ada temannya lebih baik Riska temenin Ara jagain Bunda" ujar Riska
"Maaf yah nak Riska kalau kita sering ngerepoti nak Riska" ujar Bunda Riani dengan tidak enak hati
"enggak apa-apa Bun, lagian Bunda sama Ara sudah kayak keluarga sendiri bagi Riska" ujar Riska dengan tersenyum
"sekarang Bunda istirahat biar cepat sembuh" bujuk Riska dan mendapatkan anggukan dari Bunda Riani. Tidak butuh waktu lama, Bunda Riani sudah terlelap. Ara dan Riska pun menuju sofa yang sudah di sediakan
"Ra, kamu sudah pikir matang-matang buat nggak ikut daftar jadi sekertarisnya pak Hisyam?" tanya Riska
"keputusan aku udah final Ris, aku takut nggak bisa ada waktu untuk Bunda Ris" jawab Ara dengan sendu
"Ra gajinya bisa bantu kamu buat biaya operasi Bunda, Ra" ujar Riska
"aku nggak mau ambil resiko Ris. Kamu tau sendiri gimana keadaan Bunda sekarang. Aku memang butuh uang buat biaya operasi Bunda. Tapi aku juga takut kalau nggak bisa jagain Bunda karena nggak ada waktu sama Bunda Ris" ujar Ara
"ini juga sulit buat aku Ris. Tapi aku bisa apa, aku nggak bisa ngorbanin Bunda, Ris" lanjut Ara dengan meneteskan air mata
"aku bakal bantu kamu buat jagain Bunda. Kamu tau sendiri kan Ra, Mama sama Papa lebih sering keluar kota. Aku seneng kok bisa bantu jagain Bunda" ujar Riska
"aku harap kamu pikir lagi matang-matang Ra, kesempatan ini nggak datang dua kali" lanjut Riska. Ara sangat bersyukur karena memiliki sahabat yang selalu ada buat Ara. Setelah percakapan yang terjadi di antara mereka, mereka memutuskan untuk istirahat, karena besok mereka harus kembali bekerja.
Malam berganti pagi, pagi ini Ara sudah bangun, sudah membersihkan tubuh Bundanya. Sekarang Ara lagi menyuapi Bunda Riani, sedangkan Riska sedang bersiap dan memakan sarapannya.
"Ra, kamu sudah sarapan?" tanya Riska
"sudah kok Ris, itu makanan buat kamu" ujar Ara
"makasih Ra" ujar Riska dan mendapat anggukan dari Ara. Ara sudah selesai menyuapi Bunda Riani dan sedang bersiap untuk pergi bekerja. Setelah selesai minum obat, Bunda Riani harus istirahat, tetapi Bunda Riani menunggu Ara dan Riska untuk pergi bekerja.
"Bunda, Ara pamit yah, Bunda baik-baik yah, supaya cepat sembuh dan cepat pulang" ujar Ara tersenyum dan mendapat anggukan dari Bunda Riani
"kamu hati-hati yah sayang, Riska juga hati-hati yah" ujar Bunda Riani
"ntar malem Riska bawa nasi goreng kesukaan Bunda dek, Bunda pasti udah kangen kan sama nasi gorengnya?" ujar Riska
"boleh, Bunda udah kangen sama nasi gorengnya" ujar Bunda Riani.
"assalamu'alaikum Bun" pamit Ara dan Riska bersamaan. Ara pun mencium tangan Bunda Riani dan mencium pipi Bundanya.
Mereka berdua sedang menunggu angkutan umum di halte, tiba-tiba ada mobil berhenti di depan mereka
"kalian mau berangkat?" tanya seseorang
"iya pak, kita lagi nungguin angkot" ujar Riska
"bareng sama saya aja" ujar seseorang tersebut
"bo...."
"tidak mas, terima kasih" sahut Ara
"sekalian Ra, udah jam segini juga, ntar kalian telat loh" ujar seseorang tersebut, Riska pun melihat jam tangan dengan terkejut
"bareng pak Rifat aja deh Ra, udah jam segini juga ntar kita telat kalau kelamaan nunggu angkot" ujar Riska, Ara sebernarnya tidak enak karena terus merepotka Rifat terus, setelah menimbang apa boleh buat, dia juga takut kalau telat lagi
"yasudah kita ikut sama mas Rifat, maaf dan terima kasih yah mas" ujar Ara dengan tidak enak hati
"nggak papa Ra, yaudah ayo kalian masuk" ujar Rifat dengan tersenyum. Riska tau kalau Rifat memiliki perasaan lebih terhadap Ara. Entah apa yang membuat Rifat tidak pernah mengungkapkan nya terhadap Ara.
Setelah beberapa lama mereka sampai di kantor. Ara dan Riska keluar dari mobil Rifat, membuat seseorang bertanya-tanya apa hubungan Ara dengan Rifat tidak terkecuali seseorang yang sedang berada didalam mobil dengan perasaan campur aduk. Apa hubungan sahabatnya dengan Ara?. Apa mereka memili hubungan khusus?. Apa mereka sudah sangat dekat?. pertanyaan itu selalu berputa dalam otaknya. Hisyam, yah orang itu adalah Hisyam. Hisyam harus mencari tau apa hubungan mereka berdua. Melihat mereka berdua membuat dada Hisyam bergemuruh. Hisyam turun dengan kesal, dan langsung menghampiri mereka bertiga.
"khemm" dehem Hisyam
"tumben loe jam segini udah dateng?" tanya Rifat, sebisa mungkin Hisyam menormalkan perasaan kesalnya
"Abi lagi dikantor, jadi gue bisa kesini dulu" ujar Hisyam
"terima kasih pak, kami berdua masuk duluan. Assalamu'alikum" ujar Ara
"sama-sama, wa'alaikum salam" ujar Rifat dengan tersenyum. Hisyam yang melihat hal tersebut semakin geram terhadap Rifat
"Ara Ratu Diandra, ke ruangan saya sekarang" ujar Hisyam dengan dingin, Ara yang mendengar pun terkejut. Bagaimana bisa atasan barunya mengetahui nama lengkapnya? padahal bos nya baru seminggu berada di perusahaan tersebut. Rifat hanya menautkan alisnya, ada urusan Ara dengan Hisyam?, apa Ara mencalonkan dirinya sebagai sekertaris pribadi Hisyam?. Segala pertanyaan muncul di benak Rifat
hayo..... apa yang akan terjadi sama Ara??
lanjut?????
jangan lupa vote sama komentarnya yah
KAMU SEDANG MEMBACA
Salam Untuk Hatimu
Romance"Ara bersyukur bisa hidup bersama Mas Hisyam, walaupun Mas Hisyam tidak pernah sekalipun melihat Ara. Ara akan melepas Mas Hisyam ketika Ara sudah benar-benar lelah mempertahankan Mas disisi Ara" Ara Ratu Diandra "saya tidak pernah menginginkan kamu...