Sudah 1 minggu Ara harus bolak balik ke Rumah Sakit untuk menemani Bunda Riani yang harus mendapatkan perawatan intensif. Setelah melakukakan cuci darah 2 minggu yang lalu kesehatan Bunda Riani semakin menurun dan membuat Ara sangat khawatir. Ara akan menemani Bunda Riani di Rumah Sakit ketika Ara pulang kerja, Ara hanya pulang untuk mengambil baju ganti untuk Ara sendiri maupun Bunda Riani. Bunda Riani sudah membujuk Ara untuk pulang dan istirahat, tetapi Ara tidak mau karena tidak ada yang menjaga Bunda Riani kecuali Ara sendiri. Ara pun keluar dari kamar mandi dengan pakaian kerjanya, lalu menghampiri Bunda Riani dengan senyuman.
"Bunda, Ara berangkat dulu yah" ujar Ara dengan tersenyum
"iyah sayang" ujar Bunda Riani
"nanti mau dibawain apa, Bund? tanya Ara
"nggak perlu sayang" jawab Bunda Riani
"Ara masakin aja yah, jadi Ara kesini sedikit telat yah, sekalian masakin makanan kesukaan Bunda sama ambil baju ganti buat Bunda" ujar Ara
"nggak usah masakin buat Bunda, Ara pasti capek pulang kerja harus masak dulu" tutur Bunda Riani
"Ara nggak capek Bunda, karena Ara saaayang sekali sama Bunda" kekeh Ara
"Bunda juga sayang sama Ara" ujar Bunda Riani dengan memeluk Ara dengan erat
"Bunda cepat sembuh, yah. Bunda juga harus tetap semangat" ujar Ara dengan lembut lalu melerai pelukannya
"Ara berangkat dulu yah, Bund. Kalau Bunda butuh apa - apa panggil suster saja" ujar Ara
"iyah sayang. Ara hati - hati yah dijalan" ujar Bunda Riani
"siap komandan" ujar Ara
"Ara berangkat, Assalamu'alaikum" ujar Ara sambil mencium tangan Bunda Riani dengan takzim dan tidak lupa mencium pipi Bunda Riani dengan lembut
"Wa'alaikum salam sayang. Hati - hati sayang" ujar Bunda Riani. Ara pun melangkahkan kakinya keluar. Kaki Ara berhenti di sebuah halte dan menunggu angkutan umum. Tidak menunggu waktu yang lama sebuah angkutan umum berhenti di halte tersebut. Perjalanan dari Rumah Sakit menuju kantor tempatnya bekerja tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu 20 menit. Setelah turun, Ara bergegas berjalan menuju kantornya. Karena ada meeting mendadak yang akan dilakukan. Ara pun menuju ruang meeting, Ara pun membuang nafas secara kasar karena meeting tersebut belum dimulai. Dengan cepat Ara duduk disamping Riska dengan perasaan lega.
"minum dulu, Ra" ujar Ara sambil menyodorkan air putih kepada Ara. Ara pun menerima botol tersebut sampai sisa setangah
"Alhamdulillah" ujar Ara
"kamu nggak kenapa-napa kan, Ra?" tanya Riska
"nggak apa-apa kok, Ris. Cuma tadi pagi Ara nggak lihat handphone, jadi nggak tau kalau ada meeting secara mendadak" jelas Ara
"semangat yah Ra, aku bakal bantu kamu sebisa aku" ujar Riska. Pintu pun terbuka dan menampakkan Rifat dengan seseorang yang berjalan di belakangnya. Semuanya berdiri memberi hormat kepada Rifat. Setelah Rifat duduk barulah mereka duduk kembali. Rifat menatap Ara dengan senyum.
"Assalamu'alaikum, pagi semuanya" sapa Rifat
"Wa'alaikum salam, pagi juga Pak" ujar peserta meeting
"saya minta maaf karena saya melakukan meeting secara mendadak. Saya hanya ingin memperkenalkan seseorang yang ada disamping saya. Beliau adalah Muhammad Hisyam Al-Farizi. Beliau juga akan menjadi atasan kalian mulai hari ini" jelas Rifat
"apa Pak Rifat sudah tidak memimpin perusahaan ini lagi?" tanya salah satu karyawan
"saya masih menjadi atasan kalian. Karena sebenarnya perusahaan ini saya dan Hisyam yang membangunnya. Mungkin Hisyam lebih sukses karena Hisyam juga memiliki perusahaan lain" jelas Rifat. Hisyam memperhatikan satu persatu karyawan yang ada diruangan tersebut. Pandangan Hisyam terkunci pada satu sosok. Lama Hisyam menatap wajah gadis yang cantik natural tanpa make up yang berlebihan. Tanpa sadar bibir Hisyam membentuk bulan sabit yang jelas.
"Saya membutuhkan sekertaris pribadi jadi kalau ada yang berminat silahkan mencalonkan diri kalian" ujar Hisyam secara tiba-tiba. "Dan aku berharap kamu mencalonkan diri juga, wahai belahan jiwaku" batin Hisyam sambil menatap Ara
"baiklah kalau begitu, silahkan kalian mencalonkan diri kalian. Kirim data lengkap kalian kepada sekertaris saya, Mbak Anita" ujar Rifat.
"Mbak Anita, tolong dibantu rekan-rekannya yah" pinta Rifat
"baik pak" ujar Mbak Anita
"baik rapat kita akhiri, terima kasih dan Wassalamu'alaikum" ujar Rifat
"Wa'alaikum salam" ujar semuanya. Para peserta pun meninggalkan ruangan meeting. Hisyam masih terus memperhatikan Ara. Entah kenapa memandang Ara saja membuat cara kerja jantungnya berdetak tidak normal.
"Ra, kita ikutan yuk!" ajak Riska
"kamu aja deh Ris, Ara enggak mau" ujar Ara
"kenapa, Ra?" tanya Riska
"Ara nggak mau, nggak punya waktu sama Bunda. Ara bersyukur sama posisi aku sekarang karena Ara punya banyak waktu sama Bunda Ris"
"siapa tau itu rezeki kamu, Ra" ujar Riska
"Insya Allah itu rezeki kamu, Ris" ujar Ara menuju meja kerjanya. Ditempat lain, senyum Hisyam tidak pernah pudar mengingat wajah Ara. Wajah Ara selalu berputar dalam ingatannya. Hisyam sadar apa yang dilakukan selama ini adalah salah. Hisyam melihat sendiri bagaimana pacarnya memiliki kekasih lain dan lebih parahnya hubungan mereka sudah sangat intim. Irwan yang ketahuan memiliki pacar dan sering keluar masuk club membuat Umi Zahwa murka dan mengakibatkan Umi Zahwa harus dirawat intensif dirumah sakit. Hisyam sangat menyesal karena membuat Umi Zahwa murka kepadanya. Setelah apa yang terjadi, Hisyam sadar akan kesalahannya dan berjanji akan mencoba memperbaiki dirinya.
"aku berharap, kamu adalah khumaira ku. Yang akan menemani aku dalam keadaan apapun. Izinkan aku menyebut nama mu dalam setiap do'a ku. Aku ingin merayu Allah agar kamu bisa menjadi Khumaira ku, Ara Ratu Diandra. Akan aku jadikan kamu ratu dalam rumah ku" ujar Hisyam tersenyum dengan membaca laporan data pribadi Ara yang Hisyam dapat dari orang kepercayaannya. Hisyam pun mendial nomor Umi nya
"Assalamu'alaikum, Umi" ujar Hisyam dengan senang
"Wa'alaikum salam, tumben telfon Umi?" tanya Umi Zahwa
"Umi tau aja kalau Hisyam ada perlunya" ujar Hisyam dengan terkekeh
"Hisyam kenapa sih?. Kok nadanya beda kayak biasanya. Kamu lagi seneng kenapa?"
"kalau Hisyam mau nikah gimana?"
"nikah sama siapa?. Sama cewek yang nggak punya akhlak itu iyah?. Hisyam seneng lihat Umi sakit lagi kayak kemarin?" murka Umi Zahwa
"Umi kok bilang gitu sih, Hisyam nggak mau Umi sakit lagi. Hisyam mau nikah sama seseorang yang baru saja Hisyam temui Umi" jelas Hisyam
"sama siapa?" tanya Umi Zahwa penaran
"nanti dirumah Hisyam akan kasih tau Umi. Do'a kan Hisyam supaya bisa deketin dia Umi"
"dihalalin Hisyammmmm"
"dideketin dulu baru dihalalin Umi"
"cepat pulang, jangan buat Umi penasaran" omel Umi Zahwa
"iyah Umi sayanggg, Hisyam beresin dulu kerjaan Hisyam"
"iyah, jangan lupa jemput adek"
"iyah Umi, yaudah Hisyam tutup dulu. Assalamu'alaikum" pamit Hisyam
"Wa'alaikum salam, hati-hati jangan ngebut-ngebut"
"iyah Umi" jawab Hisyam dan mematikan telfonnya. Hisyam bergegas membereskan pekerjaannya dan menjemput adeknya. Kalau Hisyam sampai telat buat jemput adeknya bisa-bisa kena omel adeknya plus Umi Zahwa
happy reading guys........
maafnya kalau part ini nggak jelas 🤣🤣🤣🤣
![](https://img.wattpad.com/cover/221482364-288-k309041.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Salam Untuk Hatimu
Romance"Ara bersyukur bisa hidup bersama Mas Hisyam, walaupun Mas Hisyam tidak pernah sekalipun melihat Ara. Ara akan melepas Mas Hisyam ketika Ara sudah benar-benar lelah mempertahankan Mas disisi Ara" Ara Ratu Diandra "saya tidak pernah menginginkan kamu...