part 12

371 31 4
                                    

Setelah selesai melaksanakan shalat, Ara berjalan menuju dapur. Tetapi tiba-tiba handphone Ara berbunyi dan menampilkan nama Hisyam pada layar. Dengan membuang nafas berat, Ara mengangkat telpon dari bosnya

"assalamu'alaikum, pak" ujar Ara

"wa'alaikum salam, temui saya sekarang juga" perintah Hisyam

"maaf pak, ada keperluan apa yah pak?" tanya Ara

"temui saya sekarang juga, Ara"

"tapi, pak......"

"temui saya atau saya pe......"

"baik pak, saya akan temui bapak, tapi ba'da isya' yah pak"

"sekarang, Ara. Saya tunggu di xxxxxx"

"baik pak" ujar Ara. Segera Ara bersiap dan tidak membutuhkan waktu yang lama sudah selesai. Segera Ara keluar dari kamarnya. Di ruang tengah Ara sudah melihat Bunda Riani dan Riska, Ara berjalan menuju mereka.

"Bun, Ara pergi sebentar yah?" izin Ara

"kok sudah mau pergi lagi?, Ara juga belum makan?" ujar Bunda Riani

"Ara makan nanti aja deh Bun, Bunda sama Riska makan aja dulu"

"Ara makan nanti aja Bun, takut nggak keburu. Ara buru-buru soalnya" ujar Ara

"emang kenapa, Ra?" tanya Riska

"pak Hisyam, Ris"

"emang harus banget sekarang?"

"iya Ris"

"yaudah Ara pergi sekarang, tapi jangan lupa makan yah, sayang" ujar Bunda Riani

"maaf yah Bun, Ara nggak bisa makan bareng sama Bunda" ujar Ara sedih

"udah nggak apa-apa. Bunda makan bareng Riska aja dulu" ujar Bunda Riani

"yaudah Ara pamit, habis makan Bunda harus langsung istirahat. Ara bawa kunci cadangan saja biar nanti kalau pulang Ara nggak ganggu Bunda sama Riska istirahat" ujar Ara dan diangguki oleh Bunda Riani

"Ris, titip Bunda yah" pinta Ara

"kamu tenang aja, Ra" ujar Riska

"Ara pamit, assalamu'alaikum" pamit Ara

"wa'alaikum salam" Ara bergegas keluar rumah

"mbak Ara?" tanya seseorang

"iya saya" jawab Ara

"mari mbak" ajak orang tersebut

"maaf, bapak siapa yah?" tanya Ara dengan sopan

"saya Saka, saya disuruh tuan Hisyam untuk menjemput mbak Ara" ujar orang tersebut yang bernama saka

"tapi....."

"kalau mbak tidak percaya, mbak bisa cek handphone mbak sekarang" ujar Saka, dengan cepat Ara mengecek handphone nya. Dan memang benar Saka adalah orang yang dikirim oleh Hisyam. Ara pun masuk kedalam mobil dan mereka langsung menuju ketempat tujuan. Setelah menempuh perjalan 45 menit, akhirnya mereka sampai. Ara keluar dan berjalan mengikuti Saka.

"apakah benar ini tempatnya?" tanya Ara kepada Saka, dan Ara baru sadar kalau Saka sudah tidak ada. Dan tiba-tiba lampu dalam ruangan mati. Tanpa disangka ada layar besar sedang menyala dan memutar sebuah video. Kumpulan foto-foto candid Ara. Ara yang terkejut, hanya bisa tersenyum dan tanpa sadar sampai meneteskan air mata. Di akhir video, Ara sangat terkejut. Karena di akhir vidoe bertuliskan will you marry me, Ara Ratu Diandra?. Setelah video selesai, lampu yang berbentuk love menyala dan menampikan orang tersebut.

"mungkin kita belum mengenal satu sama lain, tetapi pertemuan kita yang kedua membuat hati saya bergetar hebat karena memandang mata teduh dan senyum kamu yang menenangkan. Mungkin kamu bertanya apakah kita pernah bertemu sebelumnya?. Jawabannya adalah iya. Pertemuan pertama kita adalah ketika saya marah" kepada kamu ketika kamu menabrak saya dengan tidak sengaja. Dan saya tidak menyangka kalau kita akan bertemu lagi. Menurut saya pertemuan kedua kita adalah pertemuan kita adalah pertemuan yang indah, karena saya bisa melihat mata teduh kamu dan senyum kamu yang menenangkan saya. Dan setelah pertemuan kita yang kedua, saya tidak bisa lupa dengan mata dan senyum kamu. Dan selama saya memikirkan itu, jantung saya berdetak dua kali lebih cepat. Dan setelah saya mencari tau apa yang telah terjadi pada diri saya, saya telah jatuh hati kepada kamu Ara. Saya ingin memiliki kamu seutuhnya, membahagiakan  kamu dan menjaga kamu Ara. Ara Ratu Diandra will you marry me?" tanya Hisyam yang sudah berada di depan Ara dengan membawa buket bunga dan cincin. Ara hanya bisa meneteskan air mata. Dengan perlahan Ara berjalan mundur

"maaf pak, Ara tidak bisa, Ara tidak bisa" ujar Ara dengan air mata yang meluncur dengan bebas

"maksud kamu?" lirih Hisyam

"bapak pasti bisa mendapatkan orang yang jauh lebih baik daripada Ara" ujar Ara dengan air mata yang terus meluncur. Dengan cepat Ara berbalik dan beranjak dari tempatnya. Dengan cepat Hisyam mencekal pergelangan tangan Ara, tanpa disangka Hisyam memeluk Ara dari belakang. Ara terus berontak, semakin Ara berontak semakin Hisyam mempererat pelukannya.

"pak lepas" pinta Ara

"Ara mohon lepas pak, bapak bukan mahrom Ara, begitupun sebaliknya"

"tidak sebelum kamu kasih jawabannya, Ra" ujar Hisyam lemah

"bapak pasti bisa dapat yang lebih baik" ucapan Ara membuat Hisyam menggeleng cepat

"hati saya memilih kamu, Ra"

"tapi Ara tidak memiliki perasaan terhadap bapak. Bapak atasan Ara" ujar Ara

"rasa itu akan muncul ketika kita selalu sama-sama, Ra" Dengan sekuat tenaga Ara melepaskan pelukan Hisyam. Dengan sisa tenaga Ara berhasil melepaskan pelukan Hisyam

"Ara yakin bapak pasti bisa dapat yang lebih baik"

"kamu menolak lamaran saya, Ra?"

"bapak pasti bisa dapat orang yang lebih baik lagi" ujar Ara dengan air mata yang terus mengalir. Entah kenapa di sudut hati kecil Ara, Ara merasakan sakit. Dengan ekspresi dingin Hisyam berjalan meninggalkan Ara sendiri. Ara yang melihat itu langsung terjatuh terduduk. Ara menangis sambil memukul dadanya yang terasa sesak

"kenapa sakit sekali, Ya Robb" tangis Ara sambil terus memukul dadanya. Saka yang melihat hanya bisa diam, Saka tau kalau sebenarnya Ara memiliki perasaan terhadap Hisyam. Saka juga yakin sikap Hisyam yang tiba-tiba menjadi hangat pasti karena Ara. Dan sekarang Hisyam menjadi orang yang seperti dulu, Hisyam yang dingin dan Hisyam yang keras.

"antarkan dia pulang" ujar Hisyam dingin

"apakah bos tidak mau mencoba lagi?" tanya Saka hati-hati

"dia sudah memilih"

"apa bos nggak lihat kalau Ara sedang terpuruk?"

"dia sudah memilih" ujar Hisyam acuh dan berjalan menuju mobilnya. Hisyam pun mengendarai mobilnya meninggalkan tempat tersebut. Dan tanpa disangka, Ara berlari mengejar mobil Hisyam. Ara terus berlari sampai terjatuh

"mas Hisyamm....." teriak Ara sambil menangis. Hisyam hanya memandang sendu Ara melalui kaca mobilnya. Di sudut hati kecil Hisyam, Hisyam senang dengan panggilan Ara teradapnya. Tapi disisi lain, Hisyam sudah terlanjur kecewa dengan keputusan Ara.







happy reading
jangan lupa vote sama komennya yah

selamat Ied Adha semuanya
mohon maaf lahir dan batin 🙏🙏🙏🙏

Salam Untuk HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang