part 9

399 32 2
                                    

Pagi ini, Ara sudah berada dalam ruangan Hisyam. Ara sudah mengambil sebuah keputusan dan semoga keputusan ini adalah yang terbaik

flashback

Ara berada dalam ruangan dokter Aisyah
"Bunda Riani harus cepat melakukan operasi, karena keadaan beliau yang terus menurun" ujar Dokter Aisyah

"separah itukah keadaan Bunda, Umi?" tanya Ara dengan air mata yang meluncur dengan bebas

"kita harus cepat buat operasi Bunda, Ara. Melihat kondisi Bunda yang semakin menurun kita harus cepat melakukan tindakan terhadap beliau" ujar Dokter Aisyah

"baik Umi, akan Ara usahakan" ujar Ara

"kenapa kamu tidak mau menerima bantuan dari Rifat, Ara?" tanya Dokter Aisyah. Ara hanya tersenyum

"tidak, Umi. Ara sudah terlalu banyak merepotkan Mas Rifat" ujar Ara

"tapi Rifat tulus untuk membantu kamu, Ara" ujar Dokter Aisyah

"tidak Umi, terima kasih. Kalau begitu Ara permisi. Assalamu'alaikum" ujar Ara

"Wa'alikum salam" ujar Dokter Aisyah

flash on

Sudah satu jam Ara menunggu, tetapi Hisyam belum datang juga. Apa hari ini Hisyam tidak masuk kantor?. Mengingat Hisyam memiliki kantor sendiri yang jauh lebih besar dan lebih maju daripada kantor tempat dia bekerja. Dengan membuang nafas lelah, Ara pun berdiri. Ketika hendak melangkah keluar, pintu pun terbuka menampilkan Hisyam dengan wajah terkejut, dan dengan cepat Hisyam pun menormalkan ekspresinya. Hisyam berjalan menuju kursi kebesarannya sambil menatap Ara. Hisyam dapat menangkap kegelisahan yang ada pada diri Ara.

"apa kamu tidak ada kerjaan?, dan siapa yang mengizinkan kamu berada dalam ruangan saya?" tanya Hisyam dengan intimidasi

"maaf pak, kalau saya lancang masuk tanpa izin Bapak. Tapi ada yang harus saya katakan" ujar Ara dengan tangan memilin ujung jilbabnya

"katakan" ujar Hisyam dingin

"saya mau menjadi sekertaris Bapak" ujar Ara dengan menunduk. Ucapan Ara barusan membuat Hisyam tersenyum menang. Satu langkah terbuka untuk lebih mendekati Ara

"bagus, pilihan yang tepat" ujar Hisyam

"sekarang kemasi barang - barang kamu dan pindah ke meja yang ada di depan saya sekarang" ujar Hisyam

"bukannya mejanya ada di depan pak?" tanya Ara dengan hati - hati. Hisyam berjalan menuju Ara, sontak membuat Ara perlahan mundur sampai punggungnya mengenai tembok. Ara pun mencoba menghindar, tetapi naas kedua tangan Hisyam sudah berada di sebelah kanan dan kiri tubuh Ara. Hisyam pun perlahan memajukan wajahnya. Ara semakin gelisah memilih menundukkan kepalanya agar tidak bersitatap dengan Hisyam.

"saya sudah pernah bilang, saya membutuhkan asisten pribadi. Kamu ingin mengganti tempat Anita di depan?. Dan satu hal lagi, kamu adalah tawanan saya Ara" bisik Hisyam tepat ditelinga Ara. Dan tanpa di duga pintu terbuka.

"apa yang kamu lakukan Hisyam" teriak Rifat setelah melihat ke intiman Hisyam dengan Ara. Api yang ada di dalam hati Rifat secara tiba - tiba terbakar. Hisyam pun menggeram kesal karena Rifat merusak suasana hatinya. Kedua tangan Hisyam terkepal dan Ara yang melihat mata Hisyam yang sudah tersulut emosi hanya bisa menggeleng. Berharap tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi kepada mereka. Hisyam yang masih bertahan dengan posisinya, membuat Rifat murka dan menarik Hisyam untuk menjauh dari Ara. Setelah Hisyam menjauh dengan sigap Rifat berada di depan Ara. Dengan menatap Hisyam penuh marah. Hisyam yang melihat itu semakin terbakar emosi.

"loe minggir, loe nggak ada urusan sama urusan gue" ujar Hisyam berapi - apa

"urusan Ara itu urusan aku, jadi kalau kamu punya urusan sama Ara berarti itu juga urusan aku" ujar Rifat. Hisyam yang mendengar pun hanya berdecak kesal

"emang hubungan loe sama Ara apa?. Ara pacar loe?. nggak kan?, loe sama Ara nggak ada urusan apa - apa. Jadi sekarang loe minggir, karena ini urusan bos sama sekertaris pribadinya, paham?" ujar Hisyam. Rifat pun hanya melihat Ara dengan tatapan meminta penjelasan. Ara yang tidak siap mengecewakan Rifat, hanya bisa menunduk. Ara tidak tau kalau keputusannya akan mengecewakan Rifat. Apa boleh buat, Ara harus segera mengumpulkan uang untuk biaya operasi Bundanya. Kalau saja Ara tau keberadaan Abang dan Ayahnya, Ara tidak akan sebingung sekarang. Ara bisa meminta bantuan Abangnya untuk membantu membayar biaya operasi Bundanya.

"Ara kamu..."

"maaf mas, ini sudah keputusan Ara. Ara harap mas Rifat ngerti" ujar Ara lembut. Hisyam hanya tersenyum mengejek kepada Rifat. Rifat berjalan mendekati Hisyam

"kalau kamu nyentuh Ara sedikit saja, aku akan lupakan kalau kita sahabat" bisik Rifat

"pada akhirnya Ara akan menjadi tawananku" bisik Hisyam. Mendengar ucapan Hisyam barusan, membuat Rifat langsung menghadiahi wajah Hisyam dengan bogeman. Ara yang melihat sangat terkejut, Rifat bisa berbuat kekerasan seperti tadi. Hisyam yang tidak terima ingin membalas bogeman Rifat tetapi sebelum itu, Ara sudah menghalangi niat Hisyam.

"Sebaiknya mas Rifat keluar dulu, nanti Ara jelaskan" mohon Ara. Rifat yang ingin berbicara pun hanya bisa berjalan keluar setelah melihat wajah penuh permohonan dari Ara

"kotak p3k nya ada dimana, pak?" tanya Ara

"dilaci" ujar Hisyam dingin. Ara berjalan menuju laci dan berjalan kembali menuju Hisyam. Ara pun membersihkan luka dengan hati - hati. Hisyam hanya menatap lekat Ara. Dengan cepat Ara menyelesaikan pekerjaannya. Ketika Ara hendak bangun, dengan cepat Hisyam mencekal pergelangan tangan Ara dan membuat Ara kembali duduk dan lebih dekat dengan Hisyam.

"kamu memanggil Rifat pakai embel - embel mas. Tetapi dengan saya kenapa kamu harus pakai embel - embel pak?" tanya Hisyam menyelidik

"karena bapak atasan saya" jawab Ara

"Rifat juga atasan kamu Ara" teriak Hisyam dengan nafas memburu

"ayo kita menikah Ara" ujar Hisyam. Perkataan Hisyam membuat Ara membulatkan matanya. Dan entah setan dari mana, Hisyam dengan berani mencium kening Ara dalam. Hati Hisyam berdesir hebat berhasil mencium kening Ara. Ara dengan segera mendorong tubuh Hisyam sampai belakang. Beraninya dia mencium keningnya?.

"bapak jangan kurang ajar yah" murka Ara dengan sigap Hisyam menindih tubuh Ara dan menatap mata Ara

"saya benar - benar serius Ara. Ayo kita menikah" ujar Hisyam dengan tulus. Ara mendorong tubuh Hisyam dan bergegas keluar dari ruangan Hisyam. Bosnya sudah gila. Ara tidak mengerti jalan fikiran bosnya satu itu.










happy readinggg
maaf yah lama, lagi over time nih 😂😂
jangan lupa like sama komennya yah guys
dan terima kasih banyak untuk kalian yang nungguin cerita ini 🙏🙏🙏🙏

Salam Untuk HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang