Munculnya Rifat secara tiba - tiba membuat mood Hisyam langsung memburuk. Hisyam tau kalau Rifat memiliki perasaan terhadap Ara sejak lama. Melihat tatapan Rifat terhadap Ara, membuat hati Hisyam bergejolak.
"kita pergi sekarang" ujar Hisyam terhadap Ara dengan nada dingin
"Ara belum selesai makan, pak" ujar dengan Ara dengan kesal
"kalau kamu mau pergi, pergi aja. Biar Ara balik sama aku" ujar Rifat
"dia datang sama gue, jadi dia balik sama gue" ujar Hisyam, menyadari suasana menjadi buruk, Ara pun hanya bisa membuang nafas berat
"okeh, Ara balik sekarang. Tapi, Ara balik sendiri" ucapan Ara membuat Hisyam semakin kesal
"kamu menguji kesabaran saya, Ara" bisik Hisyam dengan nada intimidasi membuat bulu kuduk Ara meremang
"mas, Ara balik dulu yah. Mas Rifat makan yang banyak biar nggak mudah emosi" ujar Ara langsung beranjak berjalan menuju mobil Hisyam. Hisyam pun tersenyum dengan penuh kemenangan
"DIA MILIKKU" bisik Hisyam penuh penekanan. Rifat hanya tersenyum
"kita lihat, siapa yang akan memilikinya" ejek Rifat, Hisyam pun langsung berjalan menuju mobilnya dan melihat Ara sudah duduk di depan. Hisyam pun membuka pintu mobil dan melajukan mobilnya menuju kantor. Tidak butuh waktu lama untuk sampai dikantor. Ara pun keluar, dan menutup pintu mobil dengan keras. Hisyam yang berada didalam mobil sampai terlonjak kaget dan tidak lama membuat Hisyam tersenyum. Hisyam gemas dengan tingkah laku Ara sekarang, seperti seseorang yang sedang marah terhadap kekasihnya.
Disisi lain Ara pun merutuki kebodohannya yang membanting pintu mobil bosnya dengan keras. Bagaimana kalau dia nanti dimarahi oleh bosnya?. Hisyam membuat mood Ara menjadi buruk. Dengan cepat Ara berjalan menuju meja kerjanya dan mengerjakan pekerjaannya."Abanggg" teriak seseorang dan membuat Ara terlonjak kaget
"maaf, mbak siapa yah?" tanya Ara dengan sopan
"maaf mbak, Alya kira Abang didalem" ujar Alya cengingisan
"mbak siapa yah?, kok ada diruangan Abang?" tanya Alya
"saya Ara mbak, sekertaris pak Hisyam" ujar Ara
"sekertaris?" gumam Alya
"tapi mbak Anita kan ada diluar?" tanya Alya
"saya...."
"ngapain adek kesini?" tanya seseorang tiba - tiba yang tak lain adalah Hisyam
"Abang gitu banget sama adek sendiri" ujar Alya membuat Hisyam berdecak kesal
"adek bolos kuliah yah?, Abang laporin ke Umi loh" ujar Hisyam
"apaan sih, orang adek udah pulang kok" kesal Alya
"makanya kalau punya adek itu, adeknya diperhatiin jadi tau jadwal kuliah adeknya" Ara yang mendengarkan perdebatan itu hanya bisa tersenyum
"emang Abang nggak ada kerjaan apa harus urusin jadwal kuliah adek?"
"seenggaknya Abang tau lah kegiatan adek ngapain aja" sungut Alya
"paling makan tidur kerjaan adek" ledek Hisyam
"Abanggggg" teriak Alya
"apa sih dek" ujar Hisyam sambil menutup kupingnya, Hisyam baru ingat kalau di ruangannya juga ada Ara. Mengingat itu Hisyam hanya tersenyum kikuk. Alya yang menyadari perubahan ekspresi Abangnya hanya memincingkan matanya.
"Abang kenapa?" tanya Alya
"saya pamit keluar dulu pak, mbak Alya" ujar Ara
"mbak temani saya makan yah?" pinta Alya
"maaf mbak Alya, saya masih ada kerjaan" tolak Ara dengan halus
"nggak papa kan bang, kalau adek minta mbak...."
"Ara, mbak" sahut Ara
"kalau mbak Ara ikut adek makan?" tanya Alya
"biasanya juga kamu makan sendiri" ujar Hisyam
"punya Abang kok pelit banget" decak Alya
"ayo mbak Ara temani Alya makan" ujar Alya
"tapi mbak...."
"ayo mbak, biarin Abang yang beresin kerjaan mbak Ara" ujar Alya sambil menggandeng tangan Ara keluar dari ruangan Hisyam. Hisyam yang melihat hanya geleng - geleng kepala melihat kelakuan adeknya
Ditempat lain
Rifat sedang berperang dengan perasaannya. Dengan cepat dia meninggalkan tempat makan tersebut dan menjalankan mobilnya. Ditengah jalan, Rifat melihat seseorang yang sangat dikenalnya. Dengan cepat, Rifat mengikuti orang tersebut, semakin lama mobil tersebut semakin melaju dengan kencang. Sepertinya pengemudi tersebut menyadari kalau ada seseorang sedang mengikutinya. Lama kelamaan Rifat kehilangan jejak mobil tersebut
"sial" kesal Rifat dengan memukul setir mobil
"apa itu dia?" gumam Rifat
"kalau itu memang dia, kenapa dia...." ucapan Rifat menggantung karena ada telpon masuk
"assalamu'alaikum"
"..............."
"baik saya segera kesana" ujar Rifat, lalu melanjutkan kembali mobilnya
Di tempat lain
Pengemudi itu bisa bernafas lega karena berhasil kabur dari kejaran Rifat. Sejak awal dia sudah curiga dengan mobil yang membuntutinya dari awal. Dan dia sangat mengenal mobil tersebut milik siapa.
"maaf Rifat, aku belum siap bertemu dengan kamu dan yang lain" gumam orang tersebut
"sekarang bukan waktu yang tepat buat aku muncul di tengah - tengah kalian. Aku masih butuh waktu untuk bisa bertemu dengan kalian" ujar orang tersebut
Hari pun sudah semakin sore, Riska sedang menunggu Ara untuk pulang bersama. Tidak membutuhkan waktu lama Ara pun berjalan menghampiri Riska
"langsung pulang?" tanya Riska
"iya Ris, Ara langsung pulang aja. Soalnya Bunda udah di rumah" ujar Ara
"Bunda udah pulang?, kapan?, kok aku nggak tau?" tanya Riska beruntun membuat Ara terkekeh
"tadi siang, di antar sama mas Rifat. Mas Rifat juga nggak bilanga kalau Bunda sudah boleh pulang" jelas Ara
"yaudah ayo, tapi mampir beli martabak dulu yah, soalnya aku janji sama Bunda bawain martabak" ujar Riska
"kamu itu" ujar Ara tersenyum. Mereka pun bergegas menuju halte. Tidak membutuhkan waktu lama, angkutan umum tersebut sudah berada di depan mereka. Dengan cepat mereka naik dan mencari tempat duduk
"oh iya Ra, tadi siang kamu sama jalan sama siapa?" tanya Riska
"siapa?" tanya Ara balik
"cewek tadi siang loh Ra" ujar Riska dengan kesal
"oh itu, adeknya pak Hisyam"
"pasti nyebelin kayak pak Hisyam kan?" tebak Riska
"enggak kok, dia seru. Pokoknya berbanding terbalik dengan pak Hisyam" jelas Ara dengan tersenyum
"kamu nggak curiga sama dia?"
"curiga kenapa?"
"kamu kan baru kenal sama dia Ra, masak udah deket banget kayaknya"
"nggak boleh su'udzan Ris, nggak baik ah"
"kamu nggak boleh berfikiran buruk sama dia, dia anaknya baik, lucu dan suka bercanda kok"
"iya Ra. Oh iya gimana kerjaan kamu?" tanya Riska
"baik, mbak Anita juga baik kok, malahan mbak Anita sering bantuin aku nyelesaiin kerjaan yang super duper banyak" kekeh Ara
"kamu juga nggak ada masalah kan sama kerjaan kamu?" tanya Ara baik
"nggak kok Ra, semuanya lancar terkendali" ujar Riska membuat Ara tersenyum. Seperti ini lah mereka, sering membicarak hal sepele yang membuat mereka terhibur dan semakin dekat dengan satu sama lain.
jangan lupa vote sama komennya yah
terima kasih guys 🙏🙏🙏🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
Salam Untuk Hatimu
Romance"Ara bersyukur bisa hidup bersama Mas Hisyam, walaupun Mas Hisyam tidak pernah sekalipun melihat Ara. Ara akan melepas Mas Hisyam ketika Ara sudah benar-benar lelah mempertahankan Mas disisi Ara" Ara Ratu Diandra "saya tidak pernah menginginkan kamu...