part 16

795 36 9
                                        

Setelah mendengar jawaban dari Ara, Hisyam tidak bisa lagi menyembunyikan raut kebahagiannya. Setelah mengantar Ara pulang dengan cepat Hisyam melajukan mobilnya menuju rumah. Hisyam harus berterima kasih kepada adiknya, Alya. Setelah sampai Hisyam langsung turun dan memasang muka sedingin mungkin. Hisyam ingin mengerjai Alya, karena Alya membuat Hisyam melamar Ara tanpa persiapan dan tanpa cincin pula sebagai pengikat diantara mereka.

"Abang gimana, berhasil?" tanya Alya antusias

"kalau mau ngerjain Abang nggak gitu juga kali dek" gerutu Hisyam

"Abang sih nggak gercep, kalau nanti mbak Ara diambil orang gimana?" ujar Alya, mendengar perkataan Alya membuat Hisyam melotot

"berani ambil calon istri Abang, Abang patahin kaki mereka semua" ujar Hisyam dingin, perkataan Hisyam membuat kening Alya berkerut

"maksud Abang?" tanya Alya linglung

"katanya pingin cepet punya mbak?"

"emang Abang diterima?"

"menurut adek?"

"aaaaa Umiiiii....., Abang bentar lagi mau nikah" teriak Alya

"dek, nggak perlu teriak segala kali" ujar Hisyam dengan menutup kedua telinganya

"beneran bang?" tanya Umi Zahwa dengan senang

"iyah Umi, Umi bentar lagi punya menantu" celetuk Hisyam

"yey rencana kita berhasil Umi" ujar Alya sambil memeluk Umi Zahwa

"oh jadi ini kerjaan Uni sama adek?"

"kalau nggak gini mana mungkin Abang gercep buat lamar Ara" ujar Umi Zahwa sewot

"kan Abang juga perlu persiapan Umi, masak ngelamar anak orang nggak pakek cincin atau apapun? kan nggak lucu Umi" gerutu Hisyam

"secepatnya kita dateng kerumah Ara, melamar Ara secara resmi dan membicarakan tanggal pernikahan kalian" ujar Umi Zahwa

"beneran Umi?" tanya Hisyam tidak percaya, secepat itu tanggal pernikahannya dengan Ara akan ditetapkan

"iyah, Umi juga udah bicara sama Abi. Abi setuju-setuju aja" ujar Umi Zahwa

"tumben Abi nggak kepo sama calon menantunya?" celetuk Hisyam

"adek udah cerita ke Abi kok" ujar Alya

"adek itu yah" ujar Hisyam sambil mengacak-acak puncak kepala Alya

"Abanggg.. hijab adek jadi berantakan kan?"

"Abang harus tanggung jawab, dan Abang harus ucapin makasih sama Alya" ujar Alya

"makasih buat apaan?"

"ya karna adek, Abang diterima sama mbak Ara"

"adek mau apa?"

"sekarang waktunya adek porotin ATM Abang" ujar Alya dengan tersenyum

"adek baru kemarin loh belanja" peringat Umi Zahwa

"kan kemarin nggak bisa puas Umi, sekarang waktunya adek puas-puasin belanja. Mumpung ada ATM tebal Umi" canda Alya

"besok adek belanja sama mbak Ara, jadi besok habis makan siang, Abang yang harus ngerjain semua kerjaan mbak Ara" perkataan Alya membuat Hisyam melotot, enak saja Alya main bawa pergi calon istrinya. Lagian besok Hisyam sudah punya rencana sedemikian rupa untuk Ara. Kalau Hisyam tidak menuruti kemauan Alya bisa berbahaya

"okeh" ujar Hisyam pasrah

"udah sekarang cepat istirahat, adek besok punya jam kuliah pagi kan?" tanya Umi Zahwa dan diangguki oleh Alya. Hisyam masuk kedalam kamarnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan memejamkan matanya. Jawaban Ara masih saja terngiang didalam pikiran Hisyam

#flashback

"mas, Ara...."

"jawab Ra, saya mohon kamu jujur sama perasaan kamu sendiri" ujar Hisyam dengan sendu

"sebelumnya Ara mau tanya sama mas Hisyam. Apa yang membuat mas Hisyam yakin sama Ara?" tanya Ara dengan menunduk

"karna dari awal hati saya sudah tertaut sama kamu Ra, hati saya memilih kamu. Entah apa yang sudah kamu lakukan pada hati saya sehingga hati saya dengan mudah memilih kamu" denga  cepat Ara mengangkat wajahnya dan melihat kedua mata Hisyam, mencari kebohongan disana, dan naasnya Ara tidak menemukan kebohongan itu

"bantu Ara untuk bisa menjadi istri yang baik buat mas" perkataan Ara membuat Hisyam menjadi linglung

"maksud kamu, kamu menerima saya Ra?" tanya Hisyam dengan tidak percaya. Ara hanya bisa menunduk dan menganggukkan kepalanya. Hal itu sontak membuat Hisyam tidak bisa menyembunyikan lagi senyumnya

"terima kasih Ra"

"Ara yang harusnya berterima kasih sama mas, karna setelah membuat mas kecewa beberapa waktu lalu mas masih saja memberi Ara kesempetan lagi" perkataan Ara membuat Hisyam tersenyum. Awalnya, Hisyam memang kecewa dengan keputusan Ara, tetapi dengan berjalannya waktu Hisyam mulai belajar menerimanya

"secepatnya saya akan datang kerumah dan melamar kamu secara resmi bersama kedua orang tua saya" Ara hanya menganggukkan kepalanya

#flashon

Pagi harinya, Hisyam sudah berada dikantor. Setelah berbincang dengan Anita, Hisyam pun masuk kedalam ruangannya. Senyum Hisyam semakin berkembang melihat Ara yang sudah duduk di meja kerjanya dan fokus dengan setumpukan berkas. Setelah menutup pintu, Hisyam berjalan ke meja Ara

"assalamu'alaikum calon istri" ujar Hisyam dengan tersenyum, Ara yang terkejut langsung mendongakkan kepalanya menatap Hisyam yang sedang tersenyum

"wa'alaikum salam pak" ujar Ara, mendengar itu Hisyam langsung melototkan matanya, Ara yang melihat malah tersenyum

"harus berapa kali mas bilang, kalau kita lagi berdua kamu nggak perlu seformal itu sama mas, sayang" ujar Hisyam. Ara yang mendegar kata terakhir dari Hisyam, malah membuat Ara menjadi geli

"kita lagi di kantor pak"

"mas, sayang. Kalau lagi berdua mas nggak mau dengar kamu panggil mas, bapak. Emang mas bapak kamu, mas kan calon suami kamu" gerutu Hisyam dengan menekankan kata suami. Ara yang mendengar gerutuan Hisyam hanya bisa geleng-geleng kepala. Setelah Ara pikir, Hisyam dan Alya memiliki sifat yang sama yaitu kekanak-kanakan

"iyah mas, udah kan. Jangan ganggu Ara, Ara masih banyak kerjaan. Sebaiknya mas duduk di kursi mas dan baca materi yang sudah mbak Anita kasih buat pagi ini" ujar Ara

"ikut mas metting yah" pinta Hisyam

"mas jangan aneh-aneh kerjaan Ara banyak banget. Lagian mbak Anita yang buat materinya secara keseluruhan, jadi mbak Anita lebih paham detailnya" ujar Ara

"lagian yah, nanti kamu bakal diculik sama Alya" ujar Hisyam cemberut

"diculik?"

"iyah, masak Alya morotin mas. Kalau diporotin sih nggak papa tapi kalau Alya culik kamu kan mas nggak rela, yang" ujar Hisyam

"emang Alya mau ngajak kemana?" tanya Ara

"ngajak belanja" ujar Hisyam

"trus pulang jam berapa, kerjaan Ara gimana?, Ara nggak mau kalau sampai pulang malem lagi" ujar Ara

"kerhaan kamu, mas yang kerjain. Kamu happy-happy saja sama Alya, yah"

"tapi mas"

"nggak ada penolakan, yang. Kamu tau sendiri kan, kalau Alya ngambek gimana" ujar Hisyam, Ara yang tau gimana kelakuan Alya kalau lagi ngambek memilih mengiakan saja.

"makasih yah mas"

"apapun buat kamu, yang" ujar Hisyam dengan senyum hangatnya. Hisyam akan berusaha membuat Ara selalu tersenyum dan membahagiakan Ara.




happy reading
jangan lupa like dan komennya 🤗🤗
terima kasih buat selalu support cerita ini
jaga kesehatan semuanya 🤗🤗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Salam Untuk HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang