Unexpected Things Happen

668 31 71
                                    

Jongho menatap seutas tali dan beberapa bola manik kayu di atas meja kamarnya. Beberapa menit yang lalu, semua benda itu masih berbentuk gelang sederhana yang bergelayut pada pergelangan tangannya. Gelang itu merupakan pemberian Yeosang satu bulan setelah mereka resmi berpacaran. Jongho selalu mengenakannya saat ia sedang tak bersama kekasihnya, tapi kini gelang itu rusak. Jongho sendiri tak tahu kenapa, padahal tali gelang itu cukup kuat. Ia lalu terbatuk, dadanya terasa sedikit sesak.

Air mata pun tiba-tiba keluar begitu saja dan membasahi pipi Jongho. Ia merasa ada yang salah. Dengan cepat ia meraih ponsel dan menekan panggilan terakhirnya. Suara otomatis operator menyapa telinga Jongho, membuatnya mengumpat. Bukan suara itu yang ingin ia dengar sekarang. Saat akan melakukan panggilan kesekian kalinya, ponselnya lebih dulu berdering. "Eomeonim."

"Jong, bisa ke sini sekarang?" Debaran jantung Jongho berdetak lebih cepat saat mendengar nada lawan bicaranya. "Ada apa, eomeonim?"

"Adek kecelakaan, jong." Tubuh Jongho meremang, ototnya terasa lemah saat ini. "Ke.. kead.. keadaan yeo se.. sekarang, gi.. gimana, eomeonim? Yeo... yeo ga.."

"Patah tulang ringan di bagian lengan, jadi harus di gips dulu. Kepala adek juga tadi kebentur tiang, jadi jidatnya memar. Sama lecet di beberapa bagian. Ini sama dokter disuruh nginep dulu biar bisa dipantau. Soalnya benturannya cukup parah," jelas Nyonya Kim. Jongho menghela nafas, sedikit lega setelah mendengar penjelasan yang lebih tua. "Gimana ceritanya, eomeonim? Yeo ga cerita sama jong hari ini mau keluar," tutur Jongho sembari bangkit dari duduknya. Ia berjalan menuju lemari untuk mengambil baju hangatnya.

"Adek tadi pamit mau sepedahan, biar badannya capek, soalnya dia lagi susah tidur. Kirain tuh dia sepedahan di taman, gataunya keliling komplek. Eh, ada mobil ngebut dari belakang, tapi dianya ga denger." Lagi-lagi Jongho menghela nafasnya, "pasti pake earphone." Terdengar kekehan Nyonya Kim di ujung telpon, "kebiasaannya dari dulu."

"Jong jalan sekarang, eomeonim. Oh iya, jangan bilang ke yeo kalo jong mau nyamper." Lagi-lagi Nyonya Kim terkekeh, "makasih ya, jong. Eh, yang lain belom dikabarin loh."

"Jangan dulu, eomeonim. Yang ada ntar rumah sakit jadi rame. Seonghwa hyung kalo udah senewen, cerewetnya ngalahin wooyoung hyung."

"Yaudah deh kalo gitu. Hati-hati di jalan ya, jong. Titip salam buat eomma-mu," ujar Nyonya Kim sebelum keduanya mengakhiri panggilan. Setelah yakin tak ada yang tertinggal, Jongho keluar dari kamarnya dan menghampiri Eomma-nya untuk pamit.

Karena takut tak kebagian kereta, Jongho memilih menggunakan taksi. Tak apalah keluar uang lebih, yang penting ia bisa bertemu kekasihnya. Sepanjang perjalanan, yang ada dipikirannya adalah haruskah ia memarahi kekasihnya soal kebiasaannya atau menanti hingga Yeosang pulih untuk membahas hal itu. Lalu, ponselnya berbunyi, Yeosang mengirimkan pesan.

A to Z FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang