Behind the Scene

587 39 131
                                    

Seonghwa menghela nafas panjang. Wooyoung duduk bersila di lantai kamar Hongjoong-Seonghwa dengan wajah yang merengut serta kedua lengan menyilang di depan dadanya. "Kamu kenapa sih?" Wooyoung mendengus, "masa buna harus ikut ayah pulang? Kan cuma tiga hari, ayah bukan anak kecil."

Yang lebih tua mendengus pelan, "eomeonim minta buna ikut. Masa iya buna nolak pas jadwal lagi kosong?" Wooyoung mengerang, "uyong ikut ya, bun."

"Yang bener aja kamu. Yang disuruh ikut satu, masa bawa buntut? Ga sopan ah," balas Seonghwa yang selesai menyiapkan keperluannya. "Habisnya nanti kan sepupunya ayah yang ngeselin itu dateng. Nanti pasti mulutnya ngoceh ga penting lagi deh. Buna selalu diemin dia, makanya dia ngelunjak. Kalo ada uyong kan lumayan, bun. Ada yang jagain telinga buna dari ocehan-ocehan ga bermutu," ujar Wooyoung beralasan. Ia bangkit lalu memeluk Seonghwa dari belakang, yang lebih tua mengusap pelan lengan Wooyoung. "Uyong ga suka kalo ada yang nyakitin buna," lirih yang lebih muda. "Buna gapapa kok."

Terdengar ketukan pelan, membuat keduanya menoleh. Hongjoong berdiri di depan pintu menatap heran Seonghwa dan Wooyoung. "Ngapain peluk-peluk buna? Pacar kamu kan san," ujar Hongjoong. Wooyoung mengerucutkan bibirnya, "ayah, buna ga usah ikut ya. Buna disini aja nemenin uyong." Hongjoong menghela nafas, "cuma tiga hari. Kalo udah selesai, ayah sama buna langsung balik kok. Nanti dibawain oleh-oleh deh."

"Ih, uyong maunya buna disini aja, ga usah ikut ayah." Hongjoong menghela nafas, "kamu mau ikut?"

"Ga! Nanti disana uyong ga ada yang nemenin, yah." Wooyoung mengeluarkan suara rengekan, "bunaaa.."

"Buna ga ngasih kamu peluk lagi ya kalo kamu masih kayak gini," ancam Seonghwa. Wooyoung menghentakkan kakinya kesal kemudian melepaskan pelukannya lalu keluar dari kamar. Hongjoong menggelengkan kepala seraya menutup pintu. Ia lalu menghampiri Seonghwa dan memeluknya. "Ayah juga sebenernya males pulang. Kita ga usah ke sana aja ya, bun. Nanti ayah ngomong ke eomma," ujarnya. Seonghwa menghadiahi punggung kekasihnya dengan pukulan pelan, "ga sopan, ah. Halmeoni sama harabeoji tuh kangen loh sama cucu-cucunya. Masa ayah ga mau nemuin sih?"

"Males aja ketemu sama yang lain," tutur Hongjoong. "Mereka mulutnya kadang ga bisa dijaga, kayak sengaja pengen ngajak berantem. Pengen hajar, tapi kasian halmeoni, nanti kepikiran. Ga di lawan, merekanya lanjut mulu. Ngeselin," lanjutnya. Seonghwa yang tadinya menopang dagu pada bahu kekasihnya pun menarik diri lalu mengalungkan kedua lengannya pada leher yang lebih muda. "Suka nasehatin yang lain, tapi nasehatnya ga pernah di pake sendiri. Heran banget deh sama pacarnya Park Seonghwa," lirihnya.

"Ga perlu ngumbar semua pengorbanan yang udah ayah lakuin buat sampe ada di titik ini, ga perlu denger omongan kosong dari mereka yang gatau apa yang kita laluin, ga usah mikirin yang ujung-ujungnya bikin capek sendiri." Seonghwa mengecup bibir Hongjoong, "eomeonim sama abeonim bangga, beomjoong hyung juga bangga. Buna sama yang lain pun sama. Kita semua bangga sama pencapaian ayah, udah, itu aja yang harus ayah inget."

Hongjoong mendengus, ia mengeratkan pelukannya seraya menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Seonghwa, hembusan nafasnya yang mengenai kulit Seonghwa membuat yang lebih tua merasa geli, tapi ia tak mengatakan apa-apa.

Seonghwa mencubit sisi tubuh kekasihnya saat Hongjoong menjilat lehernya, "jangan iseng. Buna harus jawab apa kalo ditanya sama eomeonim sama halmeoni?" Hongjoong terkekeh, gagal sudah rencananya untuk menjahili kekasihnya dengan memberi tanda. "Ayah mandi gih, nanti kita bisa ketinggalan kereta."

***

Kakek dan Nenek Hongjoong meminta semua anggota keluarga untuk berkumpul karena merindukan cucu-cucunya. Karena jadwal sedang kosong, Hongjoong mau tak mau menuruti permintaan mereka. Sang Eomma memintanya untuk mengajak serta Seonghwa, sang Nenek mengatakan ia rindu pada kekasih cucunya itu.

A to Z FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang