Just The Two of Us

499 27 60
                                    

Mingi baru saja keluar dari kamar mandi, dengan hanya mengenakan jubah handuk ketika pintu kamarnya diketuk. Keningnya mengerut, hampir semua anggota kelelahan dan memilih untuk langsung beristirahat.

Ketika ia membuka pintu, tubuhnya langsung mendapat pelukan erat. "Kenapa, yun?" Satu tangan Mingi langsung melingkari pinggang kekasihnya. "Maaf," bisik Yunho. "Maaf kenapa?" tanya Mingi yang berjalan mundur untuk menutup pintu. "Kamu marah," jawab yang lebih tua.

"Hah? Aku marah? Marah kenapa, yun?" Tak ada jawaban, hanya pelukan Yunho yang semakin erat yang Mingi dapatkan. "Yun, sayang. Hei, kenapa sih? Siapa yang bilang aku marah?"

"Ga ada."

"Lah, terus gimana kamu tau aku marah?" Yunho semakin mengeratkan pelukannya, "ada yang share video kamu keliatan kecewa pas aku nyamper buna." Mingi terkekeh, mengecup leher kekasihnya beberapa kali lalu mengangkat tubuh Yunho yang langsung melingkari pinggang Mingi dengan kedua kakinya.

Ketika Mingi ingin merebahkan tubuh Yunho, yang lebih tua seakan tak ingin melepaskan kekasihnya. "Yun, ini aku cuma pake jubah handuk, bahaya."

"Lebih bahaya kalo yang meluk kamu sekarang bukan aku," balas Yunho yang tetap tak mau melepas Mingi. Yang lebih muda memukul pantat kekasihnya, "asal ngomong aja kamu tuh." Ia pun mengalah, Mingi mendudukkan diri di atas tempat tidur lalu membalas pelukan Yunho tak kalah erat.

"Aku emang kecewa, aku ga nyangkal kok. Tapi aku ga marah sama kamu," tutur Mingi. "Omongan ga jelas ga usah terlalu dipikirin, yun. Ga bagus buat kamu," lanjutnya. "Tapi tadi pas perjalanan balik kamu diem," balas yang lebih tua. "Badan aku rasanya lengket banget, yun. Kamu tau aku risih banyak gerak kalo udah ngerasa lengket," ujar Mingi memberi alasan. "Jadi kamu ga marah nih?"

"Engga, sayangku. Ini aku harus ngapain biar kamu percaya?" tanya Mingi. "Gatau," jawab Yunho. "Yaudah, ini kamu turun dulu, yun. Aku mau pake baju," ujar yang lebih muda. "Ih, gamau. Gini dulu," balas Yunho. "Yun.."

"Gamau! Kalo kamu lupa, aku takut kalo kamu udah mulai diem kayak tadi." Mingi menghela nafas, "yun, kesayangannya min, aku gamau lepas kendali sekarang. Jadwal kita masih panjang banget ini, mau jalan kayak penguin besok?" Yunho berdecak, menarik diri tanpa turun dari pangkuan kekasihnya. "Otak kamu aja mesum," ujarnya. Mingi gemas, ia mengecup bibir yang lebih tua. "Aku ga mesum, kamunya aja yang menggoda banget. Sadar ga, kamu pake sabun favorit aku?"

"Lemah kamu," cibir Yunho. "Iyalah, soalnya sama kamu."

"Bisa aja ngebalesnya," omel Yunho yang kemudian turun dari pangkuan Mingi. Yang lebih muda terkekeh sambil berdiri, mengambil pakaian yang berada di koper dan berjalan menuju kamar mandi untuk berpakaian. Sekembalinya Mingi, ia mendapati Yunho berbaring menyamping sambil mengotak-atik ponselnya. "Belum ngantuk?" tanya Mingi setelah duduk di sisi tubuh Yunho.

Yang ditanya menggeleng pelan, "masih sebel didiemin kamu." Lagi-lagi Mingi terkekeh, ia menyisir rambut Yunho dengan jemarinya. "Kamu belum keramas loh ini," ujarnya. "Buru-buru, takut kamunya keburu tidur." Si pemuda Song tersenyum, "keramas dulu gih. Mau aku bantuin?" Yunho berdecih, "sendiri aja. Sama kamu mah ntar makin lama." Ia bangkit, mengambil handuk kering lalu berjalan menuju kamar mandi.

Lima belas kemudian, Yunho keluar dari kamar mandi, dengan handuk yang menutupi kepala. Mingi mengulurkan satu tangannya, "sini, aku bantu keringin rambut." Yunho duduk di atas tempat tidur, Mingi berada di belakangnya, menggesekkan handuk dengan rambut basah yang lebih tua. "Laper ga? Mau pesen sesuatu?" tanya Mingi setelah yakin rambut kekasihnya hampir kering.

"Ga, mau dipeluk kamu aja." Mingi tersenyum. Ia melempar sembarang handuk yang sudah basah lalu menyandarkan punggung pada sandaran tempat tidur. "Sini," ujarnya. Yunho pun memposisikan diri di antara kedua kaki Mingi, memeluk tubuh yang lebih muda sembari menyandarkan kepala di bahunya.

A to Z FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang