When They're not Together

642 35 48
                                    

Dua minggu. Empat belas hari.

Jumlah waktu yang didapatkan kedelapan anggota Ateez untuk dihabiskan sesuka hati. Tak ada jadwal, tak ada kelas, mereka bebas melakukan apapun dan kapanpun dalam kurun waktu tersebut.

Pilihan pertama sebagian besar anggota tentu saja pulang ke rumah orang tua masing-masing. Padatnya jadwal membuat mereka sangat merindukan keluarga, apalagi hampir tak ada waktu untuk sekedar menelpon untuk menanyakan kabar.

"Uyong, masih belom selesai? Udah jam berapa ini?" tanya Seonghwa setengah berteriak. "Bentar lagi, buna. Topi uyong belum ketemu," jawab Wooyoung. "Lemari kamu, bagian paling atas, sebelah kiri." Wooyoung kembali membuka pintu lemarinya untuk kesekian kali, tangannya meraba bagian paling atas. Ia mendapatkan benda yang ia cari dan segera mengenakannya, kemudian berjalan keluar seraya menenteng tasnya. "Makasih, buna. Uyong pulang duluan ya, nanti uyong kabarin kalo udah nyampe rumah."

Seonghwa menghela nafas pelan saat Wooyoung memeluknya dari samping, "besok jangan lupa beresin apa yang mau dibawa ke Jepang ya. Alat mandi sama skin care jangan lupa, kulit kamu tuh sedikit sensitif." Wooyoung mengangguk singkat, melepaskan pelukannya kemudian pergi.

"Buna, aku nganter yeo sekalian ya. Kalo ga sekarang takutnya nanti yeo ketinggalan kereta," tutur Jongho yang sudah siap dengan menenteng dua tas berukuran sedang. "Tungguin sampe keretanya berangkat ya, dek. Pastiin ocang duduk deket jendela, biar bisa kamu awasin. Di tasnya ga ada jelly kan?"

"Eomma udah nyiapin persediaan buat ocang kok, bun. Jadi yang disini ga ocang bawa," sahut Yeosang yang merapihkan pakaian luarnya. "Udah rapi belom bun? Ocang ga keliatan aneh kan?" Seonghwa menggeleng, "kamu keliatan aneh pun sama aja, si adek tetep cinta sama kamu." Yeosang mengerucutkan bibirnya, "buna mah." Jongho dan Yeosang pun pamit.

"Udah pada berangkat, bun?" Seonghwa menoleh, Hongjoong yang baru bangun keluar kamar dengan mata setengah terpejam. Maklum saja, ia baru pulang pukul empat pagi. "Udah, baru aja adek sama ocang pamit." Seonghwa membiarkan Hongjoong memeluknya, merasa sedikit geli ketika hidung sang kekasih menyentuh kulit lehernya. "Buna naik kereta jam berapa?"

"Jam sebelas kurang," jawab Seonghwa. "Mandi gih, buna siapin sarapan ayah." Pelukan Hongjoong semakin mengerat, "ntar dulu. Masih kangen." Seonghwa menghela nafas panjang, pacarnya menjadi sedikit manja jika mereka harus berpisah. "Yaudah, buna ga jadi pulang, ikut ayah aja." Hongjoong langsung mengangkat kepalanya, mencuri kecupan dari bibir Seonghwa. "Ga gitu juga, buna sayang. Ayah emang masih kangen," ujarnya. Seonghwa kini mengalungkan kedua lengannya pada leher Hongjoong. "Kalo yuno sama mingi liat ayah gini pasti langsung difoto, dikirim di groupchat."

Hongjoong terkekeh pelan, "untung aja mereka udah berangkat kemaren sore." Seonghwa menepuk bahu Hongjoong, "udah ah. Mandi, eomeonim udah nungguin ayah loh dirumah." Hongjoong menurut, setelah mengecup wajah dan bibir kekasihnya beberapa kali. Kemudian berlari saat Seonghwa akan mencubitnya karena gemas.

***

Biasanya, Hongjoong dan Seonghwa hanya akan saling mengabari ketika sudah sampai di hari pertama. Awalnya, memang hanya itu yang dilakukan keduanya. Tetapi, selang satu jam, Seonghwa mengirim pesan pada Hongjoong.

A to Z FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang