Their Talk

859 41 16
                                    

Jongho terbangun di tengah malam dengan keringat dingin membasahi leher dan keningnya. Nafasnya terengah, tak lupa pipi dan pelipisnya yang kini basah. Ia mencubit pipinya dengan keras, mencoba meyakinkan diri jika ia sudah benar-benar terbangun. Umpatan keluar dari mulutnya sesaat setelah ia menghela nafas lega.

Ponselnya yang terletak di atas nakas diambil, dengan segera ia mencari kontak kekasihnya.

Ponselnya yang terletak di atas nakas diambil, dengan segera ia mencari kontak kekasihnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jong.."

"Sayang.."

Yeosang menatap Jongho dengan sayang, mencoba memberikan senyumannya yang disukai oleh Jongho. "Mau cerita soal mimpi kamu?" Jongho kembali menghela nafasnya, mencari posisi nyaman sebelum mulai berbicara. "Kita dapet libur dari agensi. Terus aku ngajak kamu buat liburan keluar kota, yang lain udah punya rencana masing-masing. Kamu nentuin tempatnya, aku yang nyiapin semua keperluan kita."

Yeosang tersenyum manis menatap Jongho dengan tatapan yang sama. "Kamu milih diem aja di dorm, atau pulang ke rumah soalnya cuaca lagi ga ngedukung. Tapi aku tetep pengen liburan berdua sama kamu," lanjut Jongho. "Akhirnya, kamu milih kita pergi ke villa punya orang tua temen kamu, kata kamu biar kita ga keluar uang banyak." Yang lebih tua terkekeh, "kelamaan bergaul sama buna, makanya mikirin hemat mulu." Jongho tersenyum tipis, "aku nyewa mobil. Terus kita berangkat pagi, soalnya kamu pengen jalan-jalan sore disana. Aku bahagia banget, bisa pergi berdua sama kamu, ngabisin waktu beberapa hari ke depan cuma sama kamu."

Senyum di wajah Jongho mulai menghilang, "tapi pas di tengah jalan, cuacanya berubah. Mendung banget, kamu minta kita berhenti dulu di rest area tapi aku ngotot buat tetep jalan soalnya kita bentar lagi nyampe." Jongho memejamkan matanya, menarik nafas dalam-dalam. "Tiba-tiba kedengeran suara klakson truk dari belakang, aku.. aku ga sempet ngalihin jalur mobil. Mobil kita ketabrak, aku ga inget mobil kita kelempar kemana.. aku cuma inget tanganku nyoba nahan badan kamu.. tapi.. tapi.."

"Jong.."

"Badan kamu penuh luka, mata kamu ketutup. Aku ga bisa apa-apa, bahkan manggil kamu pun aku ga bisa, yang." Jongho menangis, "terus kamu buka mata kamu, kamu senyum pas liat aku. Kamu.. kamu.."

Jongho meremat rambutnya dengan tangannya yang bebas, "tangan kamu nyentuh pipi aku, rasanya dingin. Aku nangis tapi aku ga bisa bersuara dan kamu.. kamu.. kamu nutup mata kamu lagi setelah kamu bilang kamu cinta sama aku."

"Sayang, itu cuma mimpi. Aku disini, kita lagi video call, ngobrol. Jangan dipikirin lagi, pliis?" Yeosang tak suka tak bisa melakukan apapun untuk kekasihnya saat ini. Andai ia ada bersama Jongho, sudah pasti ia akan memeluk yang lebih muda dengan erat, meyakinkan Jongho bahwa itu hanyalah mimpi. "Kenapa aku maksa buat pergi liburan? Kenapa aku ga ikutin mau kamu? Kenapa aku ga bisa jagain kamu? Aku benci diri aku, yeo. Aku ga becus jadi pacar kamu. Aku.. aku.."

Suara isakan dari ujung sana menghentikan racauan Jongho, ia pun menatap layarnya. Wajah Yeosang terlihat memerah, ia kini menangis. "Jong ga boleh benci sama diri sendiri, yeo ga suka." Yang lebih tua menggosok matanya dengan lengan pakaiannya, "jong jangan mikirin mimpi itu lagi. Yeo kan ada disini, yeo masih hidup. Yeo ga akan ninggalin jong cepet-cepet, jadi jong jangan gini lagi. Yeo ga suka jong nyalahin diri sendiri." Meski masih menangis, Jongho terkekeh pelan. "Kok jadi kamu yang nangis sih, yang? Kan aku yang mimpi buruk," tutur Jongho seraya menghapus sisa airmatanya.

A to Z FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang