Baby

489 32 124
                                    

Mingi merasa, ada yang sedikit berbeda dari Yunho. Kekasihnya menjadi sedikit sensitif dan manja. Ia juga lebih sering merajuk saat Mingi tak bisa bersamanya lebih lama.

Tidak, Mingi bukan tidak menyukainya. Justru sebaliknya. Hanya saja, perubahan Yunho terlalu tiba-tiba, membuat Mingi sedikit heran dibuatnya. Jadwal mereka sedang tidak terlalu padat saat ini, jadi tak mungkin perubahan Yunho terjadi karena si manis jatuh sakit.

"Min," panggil Yunho yang menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar Mingi. Si pemilik kamar yang sedang membaca sembari duduk di atas tempat tidur seraya bersandar pada dinding menoleh dan tersenyum melihat wajah Yunho. Ia mengulurkan tangan, mengisyaratkan sang kekasih untuk mendekat. Yunho pun masuk lalu menutup pintu dan segera menghampiri Mingi kemudian duduk di atas pangkuannya.

Mingi meletakkan buku bacaan di samping tubuhnya lalu memeluk pinggang Yunho. "Kenapa, yun?" Yunho tersenyum manis, "kangen kamu." Yang lebih muda terkekeh pelan, "kan tadi kita latian bareng, sayang. Pulangnya juga bareng." Yunho mengangguk, "iya, tapi aku masih kangen kamu."

"Mau bobo disini?" tawar Mingi. "Emang boleh?" tanya Yunho. Mingi pun tertawa pelan, "sejak kapan sih aku larang kamu tidur disini, yun?" Yang ditanya mengangkat kedua bahunya, "takutnya kamu keganggu. Kamu kan lagi sibuk ngurusin musik, pasti capek. Aku ga mau kamu sampe sakit." Mingi tersenyum, ia mengecup sekilas bibir kekasihnya. "Kamu sama sekali ga ganggu, yun. Aku malah seneng banget ditemenin tidur sama kamu, enak, ada yang bisa di peluk." Bibir Yunho mengerucut, ia lalu memukul pelan pundak kekasihnya. "Emang aku guling apa?"

Mingi tertawa, "sana, ganti baju dulu. Mau aku nyalain aromatic candle kesukaan kamu ga?" Yunho mengangguk semangat, "sayang mingi. Sebentar ya, aku ganti baju dulu." Yunho turun dari pangkuan Mingi dan berjalan menuju pintu. "Oh iya, mau ku bawain minum ga, min?" Mingi tersenyum, "boleh." Sepeninggal Yunho, Mingi pun menyalakan lilin aroma terapi yang ia simpan. Ia juga segera mengganti pakaiannya dengan pakaian tidurnya.

"Min, nih minumnya." Yunho kembali seraya membawa secangkir teh hangat untuk Mingi. "Makasih sayangnya mingi," ujar si pemilik kamar sembari mengambil cangkir dari tangan kekasihnya. Ia lalu menyeruput isinya, lalu meletakkan cangkirnya di atas meja.

Keduanya pun berbaring, dengan Yunho yang menggunakan lengan Mingi sebagai alas kepalanya. Satu tangan Mingi yang lain ia gunakan untuk memeluk Yunho, sesekali mengusap punggungnya. "Yun."

"Hmm?"

"Aku mau nanya, tapi kamu harus jawab jujur. Maaf kalo kamu agak kesinggung," tutur Mingi. "Ada yang ganggu pikiran kamu, ya? Kamu beda akhir-akhir ini. Ga jelek kok, cuma aku ngerasa ada sesuatu yang bikin kamu beda." Ia lalu mengecup kening kekasihnya, "mau cerita?" Yang lebih muda dapat merasakan kekasihnya bergerak untuk menyamankan diri. "Aku malu," cicit Yunho. "Hei, kenapa malu? Kan sama aku, yun." Mingi kembali mengecup kening Yunho, "gapapa kalo belum siap buat cerita. Aku bisa nunggu kok."

"Kamu nanti ketawa," bisik Yunho. Mingi mendengus geli, "denger aja belom, gimana aku mau ketawa, sayang?" Yang lebih tua menggumamkan sesuatu, setidaknya, itu yang Mingi dengar. "Yun, sayang, cinta, aku ga masalah kok kalo kamu belom siap cerita. Kamu gumam gini aku mana ngerti? Malah beneran pengen ketawa jadinya," tutur Mingi. "Ih! Kamu mah!" Si pemuda Song terkekeh pelan. "Udah ah, kita bobo aja yuk. Kita puas-puasin mumpung besok libur," ujar Mingi.

"..yi."

"Hmm, gimana yun?" Yunho mengerang lalu memeluk erat tubuh kekasihnya, "pengen punya bayi."

"Oh," lirih Mingi. Sedetik kemudian, yang lebih muda menarik diri dan menatap tak percaya pria manis dalam pelukannya. "Hah? Aku ga salah denger, yun?" Yunho berdeham pelan, lalu menarik tubuh Mingi untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah pada dada kekasihnya. "Yaudah, yuk. Kita bikin sekarang," ajak Mingi. "Dih! Ngaco!" Yunho memukul punggung Mingi. "Ngaco apa sih, sayang? Kan kamu pengen punya bayi, yaudah ayok bikin."

A to Z FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang