Fight

888 48 48
                                    

Seonghwa berbaring menyamping di atas ranjangnya. Ketukan pintu yang ia kunci, diabaikan. Ponsel yang ia pasang mode senyap terus menerus menyala. Kedua telapak tangannya mengepal, wajahnya sembab dan memerah, tak lupa dengan kedua matanya yang membengkak karena terus-menerus mengeluarkan airmata.

Hari ini seharusnya menjadi hari yang baik baginya, tapi ternyata keinginan kecilnya tak terwujud. "Bunaa, buka pintunya dong. Buna belom makan malem. Uyong udah buatin bubur nih buat buna," ujar Wooyoung dari balik pintu. Seonghwa tak beranjak dari posisinya, apalagi mengeluarkan suara untuk menjawab panggilan Wooyoung. Selang beberapa menit, ketukan kembali terdengar. "Buna, ocang boleh masuk ga?" Tetap tak ada pergerakan atau pun suara dari Seonghwa, ia benar-benar tak ingin diganggu.

Sementara di ruang tengah, Wooyoung dan Yeosang kini duduk dengan kedua kaki yang ditekuk, menempel pada dada mereka. Keduanya sibuk menggigit jari, mata mereka sesekali melirik ke arah pintu kamar Hongjoong-Seonghwa. San dan Jongho? Keduanya sedang berdiskusi bagaimana caranya agar Seonghwa mau keluar, sedangkan Mingi sedang memangku dan memeluk Yunho yang sudah terisak dalam diam. "Ini udah hampir tengah malem, apa mungkin buna udah tidur?" Pertanyaan Mingi dijawab oleh gelengan Wooyoung, "buna ga akan pergi tidur sebelum mandi. Daritadi kita ga denger suara apapun, bahkan bayangan buna dari celah pintu aja ga keliatan."

"Udah dapet kabar dari ayah?" tanya Yeosang. Keempat pria menggeleng, sementara Yunho semakin menelusupkan wajah pada perpotongan leher Mingi dan meremat pakaian kekasihnya. "Yun.."

"Semuanya salah orang itu," lirih Yunho memotong ucapan Mingi. "Aku denger apa yang orang itu bilang, dia sengaja dateng hari ini khusus buat ayah. Dia juga natap sinis buna, seakan-akan buna udah ngambil ayah dari dia." Mingi sedikit mengeratkan pelukannya, bermaksud menenangkan Yunho. "Orang itu bikin ayah sama buna berantem," lanjutnya.

***

Flashback

Seonghwa memasuki ruang tunggu dengan wajah merengut, ia menghempaskan tubuhnya pada sofa yang berada di tengah-tengah ruangan. "Kamu kenapa? Sakit? Aku ambilin obat ya," ujar seorang staf padanya. Seonghwa menggeleng pelan, "ga usah, noona. Aku cuma agak lemes aja kok."

"Yaudah, aku ke depan dulu ya buat panggilin yang lain. Biar kalian bisa cepet balik," ujar yang lebih tua. Seonghwa tersenyum lemah dan kembali menggeleng, "biarin mereka puas-puasin ngobrol sama Atiny, noona. Aku gapapa kok." Sang staf menghela nafas, ia mengambil botol minuman yang sudah disediakan sebelum acara dimulai. "Kalo gitu aku tinggal sebentar ya, minuman kamu udah ku taro di meja." Seonghwa mengangguk kemudian menutup matanya.

Belum ada dua menit, seseorang masuk ke dalam ruang tunggu. "Buna kok ninggalin panggung duluan? Buna sakit? Kita ke dokter ya, bun. Sebentar, biar yuno panggilin manager hyung dulu." Yunho yang tadi menghampiri Seonghwa segera berbalik untuk memanggil manager mereka, tapi langsung ditahan oleh Seonghwa yang membuka matanya. "Buna cuma agak lemes kok, yun. Kamu kenapa kesini? Emang udah selesai?" Yunho menggeleng, "yuno habis dari kamar mandi. Terus inget buna ninggalin panggung duluan, yuno takut buna kenapa-kenapa, makanya yuno susul." Yang lebih tua tersenyum tipis, "makasih udah khawatir. Tapi buna beneran gapapa kok."

"Bun," terdengar suara Hongjoong dari arah pintu masuk. Wajah Seonghwa berubah datar, ia tak menyahuti panggilan Hongjoong. "Yuno balik ke panggung dulu ya, bun." Seonghwa mengangguk pelan, menatap punggung Yunho yang semakin menjauh. Hongjoong berjalan mendekati kekasihnya, "buna sakit?" Seonghwa menggeleng, tapi tak menatap Hongjoong yang mendudukan dirinya di atas meja yang berada di depan sofa. "Bun," panggil Hongjoong seraya mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Seonghwa. Tangan yang langsung ditepis oleh sang pacar. "Bun?"

"Kamu ngapain disini?" Kening Hongjoong mengerut, mencoba mengingat apa yang yang terjadi sejak awal acara hingga kekasihnya pergi meninggalkan panggung lebih dulu. "Ayah ada salah sama buna?" Rahang Seonghwa mengeras, "kamu balik sana. Ntar dicariin sama dia." Hongjoong semakin tak mengerti, "dia? Dia siapa, bun?"

A to Z FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang