» 22 • Between Dad and Son

271 54 20
                                    

Masih di malam yang sama pada pukul sebelas lewat. Juna memutuskan pergi dari rumahnya. Ia tidak ingin bertemu dengan orang-orang di rumahnya sementara waktu sampai emosinya kembali stabil. Cowok itu berusaha menghindari hal-hal yang tidak diinginkan jika ia tetap berada di rumahnya dalam kondisi kacau.

Juna melajukan motornya menuju sebuah perumahan elite yang dekat dengan lokasi ABB. Cowok itu lantas berhenti di depan sebuah rumah besar bergaya campuran urban-modern. Juna melepas helmnya lalu merogoh ponselnya di saku celana. Ia menghubungi seseorang. Lebih tepatnya, menghubungi Si Pemilik dari rumah di hadapannya.

"Lo di rumah?" tanya Juna to the point begitu panggilannya tersambung.

"Hm. Kenapa?"

"Gue mau nginep di rumah lo malem ini."

"Dateng aja. Rumah gue always terbuka setiap saat."

"Gue udah di depan."

"SI ANYING YANG BENER LO?!"

Juna bisa mendengar suara rusuh di seberang sana. Kepala Juna perlahan mendongak. Di saat yang bersamaan, Juna bisa melihat jendela pada salah satu ruangan di rumah besar itu terbuka tirainya dan menampilkan Si Pemilik Rumah yang menatapnya dengan ekspresi cengo dari atas sana.

"Lo kebiasaan banget kayak jelangkung suka tiba-tiba dateng nggak diundang!"

"Buru bukain gerbangnya!"

"SABAR ELAH, BANG!"

Tut

Juna pun mengakhiri panggilannya secara sepihak.

Juna memutuskan untuk menginap di rumah Javier. Dari semua sohibnya, Juna paling dekat dengan anak itu. Sudah sejak dulu rumah Javier menjadi tempat 'langganan' Juna untuk melarikan diri sementara waktu dari masalahnya. Javier sendiri juga sudah paham. Jika Juna tiba-tiba datang ke rumahnya, terutama di waktu yang sangat abnormal untuk dijadikan waktu berkunjung seorang tamu, itu berarti Juna sedang ada masalah.

Gerbang rumah Javier bergeser secara otomatis setelah pemiliknya mengonfirmasi pada sistem karena ada tamu yang datang. As expected, Javier dan keluarganya adalah penggemar dari hal-hal yang berbau futuristik. Juna langsung disambut oleh satpam keluarga Javier begitu motornya melewati pintu gerbang.

"Waduh, Mas Juna. Silaturahminya nggak kurang malem, Mas?" tanya satpam rumah Javier yang bernama Pak Bimo.

Juna terkekeh mendengar kalimat sarkas itu. "Biasa, Pak. Ada urusan mendadak sama Tuan Muda Ardanu."

Pak Bimo ikut terkekeh. Ia sudah hafal betul dengan Juna yang merupakan soulmate anak majikannya sejak masih berada di kandungan. Melihat sendiri pertumbuhan Juna dan Javier di depan matanya membuat Pak Bimo merasa sudah seperti keluarga sendiri dengan kedua bujang itu. Pak Bimo lantas mempersilakan Juna untuk langsung masuk saja.

"Soal Bokap?" Pertanyaan dari Javier menyambut kedatangan Juna di ruang tamu. Cowok itu muncul dari arah dapur seraya menyodorkan segelas teh lemon kepada Juna. Juna menerima sodoran minuman tersebut, mengangguk singkat, lantas meminumnya hingga tandas.

"Kali ini kenapa?" tanya Javier.

Juna pun akhirnya menceritakan semuanya dari awal.

🌹🌹🌹

Keesokan harinya, Lia melangkahkan kakinya memasuki kawasan Akademi Budaya Baru dengan perasaan gusar. Juna tidak bisa dihubungi sejak semalam. Sebenarnya mereka tidak terlalu sering bertukar pesan. Keduanya sama-sama tipe yang lebih suka berinteraksi langsung secara face to face daripada melalui layar ponsel. Namun tetap saja. Lia ini perempuan. Feeling-nya menuntun gadis itu untuk mencari tahu ada apa gerangan dengan Juna.

ABBLS | #3 I.J.U.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang