» 13 • Young Blood

421 67 22
                                    

Suara alarm membangunkan Juna dari tidur nyenyaknya. Pukul empat pagi. Dengan nyawa yang belum terkumpul seutuhnya, cowok itu beranjak berdiri menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Saatnya menunaikan ibadah shalat subuh.

Juna bertemu Raul yang sama-sama mau sholat subuh begitu keluar dari kamarnya. Mereka pun beriringan mengambil wudhu dan pergi ke ruang sholat yang ada di vila. Namun, persis di persimpangan lorong, mereka berpapasan dengan Lia yang baru saja menuruni tangga. Kondisi vila yang gelap membuat mereka terkejut bukan main saat pandangan mereka bertemu. Ketiganya serempak berjengit dan berteriak kaget.

"Gila gue kira lo siapa tadi!" ujar Juna dengan jantung yang mencelos.

Lia mengusap-usap dadanya. Wajah gadis itu sampai pucat pasi karena terkejut. Ketiganya lantas saling tatap. Mereka kemudian terkekeh, menertawai kebodohan mereka sendiri.

"Lo ngapain keluar pas gelap-gelap gini?" tanya Juna.

"Gue mau ke kamar mandi ngambil wudhu," jawab Lia.

"Oh, lo mau sholat juga?"

Lia mengangguk.

"Mau jamaah bareng kita? Kebetulan gue sama Raul juga mau sholat," ucap Juna sambil menunjuk sarung dengan perpaduan warna hitam dan putih yang melingkar di lehernya.

"Boleh. Gue wudhu dulu sebentar."

"Lo berani nggak ke tempat wudhunya? Perlu ditemenin?"

"Nggak usah nggak apa. Lo duluan aja sama Raul ke ruang sholatnya. Gue nyusul nanti."

"Oke."

Sepeninggal Lia, Juna bisa melihat bagaimana Raul kini menatapnya dengan satu alis terangkat.

"Apa?"

Raul menggidikkan bahu. "Modus lo keliatan banget biar bisa sholat bareng."

Juna hanya bisa nyengir sebagai respons.

Kalian bisa membayangkan apa yang terjadi setelah itu. Mereka melaksanakan ibadah shalat subuh berjamaah. Juna tampak gagah dengan kaus polos hitam, sarung yang melilit di pinggang, serta peci di kepalanya. Juga dengan Raul yang berpenampilan tak jauh berbeda di dekatnya. Sementara Lia tampak anggun dengan mukenanya. Juna berperan sebagai imam Raul dan Lia hingga sepuluh menit ke depan. Hingga saat mereka mengucapkan salam terakhir, ketiganya dikejutkan oleh sebuah suara.

"Bagus yee mainnya imam-imaman di belakang."

Juna, Raul, dan Lia kompak menoleh ke belakang. Hilmi, Hanafi, dan Fathan duduk di sofa ruang tengah. Duo H tampak cengengesan mendapati bahan ledekan seperti ini. Sedangkan Fathan terlihat masih mengumpulkan nyawa. Mereka sedang mengantre untuk menggunakan ruang sholat.

Hilmi dan Hanafi tidak lagi mengeluarkan kalimat ledekan. Mereka tahu diri dengan memberikan kesempatan pada Juna, Raul, dan Lia untuk berdoa setelah sholat.

"Gue ke kamar dulu, ya, Jun?" pamit Lia. "Hil, Han, Than, gue duluan!" lanjutnya sambil tersenyum pada empat cowok itu.

Selepas kepergian Lia, Hilmi memasang senyum tengilnya begitu Juna mendekat.

"Gimana rasanya jadi imam Mbak Crush, Jun?" tanya Hilmi sambil menaik-turunkan alis.

"Seneng nggak? Seneng nggak? Ya seneng lah masa enggak!" sahut Hanafi sambil ber-high five dengan Hilmi.

"Lo juga, Ul!" Hilmi kini menodong Raul. "Gimana rasanya jadi nyamuk pas mereka sholat?"

"Biasa aja," jawab Raul tak peduli. "Justru keberadaan gue bener. Mereka nggak boleh sholat bareng kalo belum sah."

ABBLS | #3 I.J.U.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang