» 27 • Bad News

215 43 0
                                    

"Gue langsung cabut balik aja, deh, ya?" pamit Felix setelah rombongan muda-mudi itu keluar dari bandara.

"Lo nggak mau ikut kita, Lix?" tanya Ayu.

"Ke mana?"

"Ada, deh! Tempat rahasia, nanti nggak surprise kalo dikasih tau di awal."

"Dih, gaya lo rahasia-rahasiaan," Felix mencibir sambil terkekeh. "Gue nggak ikut dulu. Ngantuk berat gue semalem cuma tidur dua jam doang!"

"Yang nyuruh lo begadang sampe tidur cuma dua jam doang juga nggak ada, Lix," sahut Hilmi.

"Emang nggak ada yang nyuruh gue! Gue sendiri yang mau! Kenapa? Nggak terima lo?"

Javier yang baru saja mengeluarkan kunci motornya dari saku celana pun tertawa. "Buset, Lix, gas pol amat lo ngomongnya."

"Ngomong sama Hilmi emang nggak bisa kalo nggak pake urat," celetuk Raul datar.

"Waduch gimana, nih, Ul? Lo bilang apa barusan, hm? Gue nggak denger!" Hilmi memulai dramanya.

Juna dan Lia yang sejak tadi hanya menyimak hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan teman-teman mereka.

"Kamu jadi ikut kita, kan, Li?" tanya Juna memastikan.

Lia mengangguk dua kali sebagai jawaban.

Tadi, setelah bernegosiasi dengan Richard, Lia memutuskan untuk ikut dengan rombongan Juna. Mereka akan pergi ke Panti Asuhan Pelangi, tempat di mana Juna pertama kali menceritakan tentang hidupnya pada Lia. Walaupun dengan catatan Richard harus ikut serta. Awalnya Lia menolak karena merasa itu tidak perlu, tapi Richard bersikukuh tidak mau mengambil risiko dengan membiarkan tuan mudanya berpergian sendirian setelah penangkapan ayahnya. Lia pun hanya bisa pasrah.

Juna mendekati motor Ninja putihnya. Lia mengekor di belakang. Cowok itu mengenakan helm fullface-nya, naik ke atas motor, lantas menyalakan mesinnya.

"Nih," Juna menyodorkan sebuah helm pada Lia.

"Ini punya siapa?" tanya Lia.

"Punya Abi. Dia bawa dua. Aku pinjem satu buat kamu."

Kedua sudut bibir Lia berkedut geli. "Cie so sweet."

"So sweet gini juga diputusin sama pacarnya."

"Nyindir, nih, ceritanya?" Lia refleks mencubit lengan Juna dan membuat cowok itu cekikikan di tempatnya.

"Jangan ngambek," Juna memakaikan helm milik Abi yang sangat pas pada kepala Lia. "Ayo naik!" lanjutnya seraya menunjuk ke arah jok penumpang motornya menggunakan gerakan kepala.

Lia gugup bukan main. Setelah sebulan terakhir yang penuh ketegangan, Lia sama sekali tak berani berekspektasi akan memiliki hari yang menyenangkan seperti sekarang. Dengan jantung yang berdebar gila, Lia naik ke atas motor Juna dengan bantuan cowok itu. Rasanya sudah lama sekali Lia tidak merasakan sensasi menggelikan seperti ada jutaan kupu-kupu yang beterbangan di perutnya.

"Waduch, waduch! Ini, sih, judulnya mantan tapi sayang!!" seloroh Hilmi dari arah belakang yang sedang mengeluarkan motornya dari deretan motor yang terparkir rapi.

ABBLS | #3 I.J.U.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang