» 12 • Hot & Young

426 69 3
                                    

Pagi hari pukul 06.30 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Hari ini adalah hari keberangkatan personel T.G.T.F. ke Lombok untuk memulai masa liburan mereka. Penerbangan mereka dijadwalkan pada pukul delapan. Juna dan Javier selaku 'donatur' sudah mewanti-wanti untuk tiba di bandara lebih awal agar tidak ada yang terlambat.

Datang tepat waktu atau tiket liburan akan hangus.

Salah satu sudut bandara itu menjadi lapak berkumpul anak-anak absurd tersebut sebelum lepas landas. Hilmi, Hanafi, Fathan, dan Ayu duduk berjejer sambil membahas apa saja yang mereka bawa untuk liburan empat hari di Lombok. Sementara Aruni dengan Prima sedang ke toilet sebentar, Raul membantu Javier untuk memastikan semua hal berbau pertiketan sudah selesai diurus.

Asta dan Felix? Jangan tanyakan dua bocah itu. Mereka sudah persis seperti cicak yang menempel di dinding kaca bandara, menatap kesibukan di lapangan lepas landas, memperhatikan pesawat-pesawat yang bergerak seperti mainan di bawah sana.

Sedangkan Juna sejak tadi mondar-mandir di tempatnya. Matanya terus mengawasi pintu masuk bandara dari kejauhan. Sesekali ia melirik ke arah jam tangannya. Cowok itu sedang menunggu seseorang.

"Juna!"

Juna mendongak begitu merasa namanya dipanggil. Teman-temannya juga ikut menoleh karena panggilan itu. Netra Juna langsung mendapati sosok gadis cantik jelita dengan tampilan kasual berupa rambut sebahu yang digerai, gaun putih tipis selutut dengan potongan lengan pendek bermotif daun monstera, dan sepasang back ankle boots berwarna putih. Gadis itu datang bersama bundanya.

"Halo, Tante," sapa Juna seraya menyalami Bunda Lia.

"Nak Juna," Bunda Lia tersenyum sambil mengusap puncak kepala Juna.

"Maaf, ya, Jun, gue agak telatan datengnya. Tadi kena macet di jalan," ujar Lia merasa sangat bersalah.

"Santai aja, Li, nggak pa-pa," Juna mengangguk maklum.

Demi melihat pemandangan itu teman-teman Juna dan Lia berdatangan mendekat. Termasuk Aruni dan Prima yang baru kembali dari toilet. Tanpa perlu bertanya pun mereka bisa menebak sosok wanita itu adalah ibunda Lia. Mereka menyalami beliau secara bergantian.

"Teman-temannya Lia, ya?" tanya Bunda Lia dengan ramah.

"Iya, Tante," jawab mereka serempak.

"Rame banget, ya, ternyata," Bunda Lia lalu menoleh menatap putrinya. "Bisa-bisa kamu kebetahan di Lombok nggak mau pulang kalo kayak gini."

Semuanya pun tertawa.

Panggilan menaiki pesawat terdengar dari pengeras suara. Itu adalah pesawat yang akan dinaiki oleh anak-anak Degaf. Mereka lalu pamit pada Bunda Lia dan segera mengemasi barang bawaan masing-masing.

"Kita berangkat dulu, ya, Tante?" pamit Juna pada Bunda Lia.

"Iya. Tante titip Lia ke kamu boleh, ya, Nak Juna?"

"Siap, Tan!"

"Tante minta maaf kalo Lia di sana ngerepotin. Maklum, ya, anak tunggal. Manjanya suka nggak liat waktu sama tempat."

"Ih, Bunda apaan, sih!" Lia cemberut. Gadis itu memeluk bundanya untuk terakhir kali sebelum berangkat.

"Kamu jangan nyusahin temen-temen kamu loh, ya, di sana!" pesan Bunda Lia setelah mengecup kening putrinya.

"Lia udah besar, Bunda. Lia bisa jaga diri, kok!" Lia mencoba mencari pembelaan.

Bunda Lia tertawa sambil mengacak rambut anak semata wayangnya itu. "Ya udah sana berangkat. Hati-hati, Sayang, Nak Juna. Kalian jangan lupa berdoa sebelum berangkat."

ABBLS | #3 I.J.U.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang