Bagian 11

2.9K 400 62
                                    

Lupakan saja...

Andai bisa, sudah sejak tadi dan tidak akan istilah untuk mencoba. Mau bagaimana lagi... Huang Renjun menunduk, senyum menawannya hadir. Teringat kejadian sore kemarin disebuah cafe, sang pemilik cafe yang cerewet tampak memikat dengan pesonanya. Dia terus berbicara, tentu saja menjelaskan berbagai makanan penutup produksi cafe miliknya.

"Pasti bahagia sekali ya?"

"Ah?"

"Anda akan segera menikah"

Senyum tulus Renjun memudar, dia melihat sang pemilik cafe kembali berbicara. Senyumannya terlalu indah. Entah, mengapa Huang Renjun merasa perntanyaan tadi sedikit menyinggung hatinya.

"Tidak juga"

Tidak pernah Renjun duga tatapan polos dengan sedikit rasa ingin tahu bisa membuatnya gatal. Membuang wajah ke samping Renjun menghela napasnya.

"Jika kau mempunyai ibu mertua yang keras kepala" Sebenarnya ini merupakan kebenaran terdalam dihatinya. Renjun terkejut, mengapa dia mengatakannya pada orang asing?.

"A... Maaf membuat Huang-ssi tidak nyaman. Aku terlalu usil"

Renjun berbalik hanya untuk menemukan pandangan mata yang meneduhkan.

"Ini bukan salah siapa-siapa" 

Sang pemilik cafe mengambil piring cheescake dan menyendoknya. Kemudian perlahan memberikannya ke depan wajah Renjun.

Renjun kebingungan, pemilik cafe itu memberi isyarat baginya agar membuka mulut. Ragu-ragu Renjun menerima suapan itu.

"Ini berkat dari saya...  Semoga kelak anda bahagia bersama pasangan anda... "

"Bukankah adik sepupu Mark sangat manis?!" 

Tersentak, Renjun linglung sesaat. Pandangannya bertemu dengan binar semangat dari mata sahabatnya. 

"Y-ya" Gugup menjawab, Haechan yang terlalu bersemangat tidak menyadarinya.

"Akh.. Aku iri padamu, aku juga ingin cepat-cepat bertemu adik ipar" Haechan merajuk. 

Mengabaikan ekspresi Renjun yang tidak fokus, Haechan terus bercerita tentang adik sepupu kekasihnya. 

"Haechan..." Panggil Renjun lembut, menghentikan tingkah aktif Haechan.

"Hmm?" Haechan memiringkan kepalanya.

Seharusnya Renjun tidak bertanya tentang ini...

"Apakah..." Renjun menatap Haechan penuh kebimbangan, "Adik sepupu Mark... Seperti kita?" Akhirnya dia terkalahkan dari rasa ingin tahu.

Sayangnya,

Haechan menghancurkan ekspetasinya dengan menggeleng kepalanya.

"Huang Renjun-ssie sangat tampan... Saya dua kali terpesona... waktu disupermarket dan hari ini. Mungkin, kalau kita bertemu kembali... saya bisa-bisa terpesona lagi untuk yang ketiga kalinya"

Ucap seseorang yang tidak tahu, jikalau perkataannya membuat Renjun susah tidur dimalam hari.

* * *

Kim Yeri hampir menjatuhkan rahangnya. Mulutnya susah sekali terkatup begitu Huang-sajangnim memperlihatkan foto seseorang di ponselnya.

Mati bos!

Anda ketahuan! Yeri benar-benar tidak bisa menolong kali ini. Semua ini salah bosnya sendiri yang tidak bisa menahan diri untuk tidak bersikap mencurigakan.

"Sajangnim" Yeri memutar otak memberikan seribu alasan.

"Jangan salah kirim... Orang yang harus menerima itu pokoknya yang ada di foto ini"

"Hah?" Kebingungan melanda pikiran Yeri. Apakah Huang-sajangnim menginginkan dirinya mengirim boneka sihir? Sebagai ancaman telah menganggu calon suaminya.

"Kau ini banyak melamun. Kan aku sudah bilang tadi. Minta tolong berikan sebuket bunga tulip dan berikan kepada orang tadi" Renjun berbicara, nadanya terdengar kesal.

Eh!

Buket bunga bukan boneka sihir?.

Huang-sajangnim memang berhati lembut, menggertak orang saja pakai buket bunga. 

"Jangan lupa tulipnya berwarna orange ya, kalau tidak ada..." Renjun memotong ucapannya. Semburat merah dipipinya muncul.

"Berikan yang warna merah saja dan Jeno tidak perlu tahu"

Yeri mengangguk setuju, bunuh diri namanya sampai memberitahu Jeno. Apalagi keduanya sedang tahap mempersiapkan pernikahan. 

"Jika demikian, saya permisi" Yeri pamit undur diri. Yeri bahkan tidak menyadari Huang-sajangnim terus-terusan menatap layar ponselnya. 

Berkat tidak tidur semalam, dia menstalking akun instagram Mark. Tidak, dia tidak tertarik merebut kekasih sahabatnya. Itu hanya untuk... Mengetahui akun instagram milik seseorang.

Siapa lagi kalau bukan... pemilik cafe dengan pengguna instagram NanaJaem13.

Tunggu!

Plakk!

Renjun menepuk jidatnya.

"Aku lupa memberitahu Somi dimana alamatnya"

* * *

Belum sempat dia memesan bunga 'ancaman' bagi selingkuhan(?) bosnya. Sang bos malah sudah memanggilnya ke ruangan. 

Jeno memandang Yeri tajam, sebelum dia melemparkan sebuah paperbag. Untung Yeri terbiasa, jadi dia bisa menangkap lemparan bosnya itu.

"Berikan" Perintah Jeno terlalu ambigu. Sekali lagi, untung Yeri sudah terbiasa. Jadi, dia paham maksud bosnya itu. Dia mengintip isi paperbag tersebut. Kesukaan selingkuhan(?) bosnya ada disana.

Yeri tertegun.

Hei bos, selama berbulan-bulan anda memperhatikannya diam-diam. Mengapa disaat tunangan anda mengambil tindakan, justru anda bergerak?.

Tidak takut Huang-sajangnim mengamuk?.

Semua keluhan dia telan sendiri.

"Baik, saya undur diri dahulu Lee-Daepyonim"

"Jangan sampai Renjun tahu" Suara tegas Jeno terdengar.

Membuat Yeri ingin menangis.

Blue HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang