Bagian 3

6.2K 842 21
                                    

.

.

Matahari mulai beranjak kembali keperaduannya, meninggalkan singgasananya. Orang-orang kota Seoul sedikit demi sedikit menghentikan rutinitas mereka dan memilih kembali pulang untuk beristirahat sebelum menyongsong esok hari yang sama padatnya dengan hari ini.

Pemandangan gemerlapnya lampu-lampu yang dinyalakan oleh orang-orang untuk menerangi malam hari diluar sana selalu Jeno amati dari balik jendela apartement mewahnya. Entah mengapa dia menyukainya, menurutnya itu membantunya untuk melamun atau bisa diperhalus menjadi merenung. Yah, banyak hal yang harus direnunginya termasuk Huang Renjun, kekasih cantiknya.

Kata orang-orang dirinya sangatlah tampan dan sangatlah cocok dengan Huang Renjun yang sangat cantik. Untuk apa menunggu lagi? Biasa pernikahan. Topik yang selalu disinggung orang-orang tanpa menyadari bahwa topik itu sangat sensitif untuknya. Sebenarnya Jeno juga bingung apa lagi yang dia cari?. Renjun sangat mengerti dirinya luar dalam, tidak banyak menuntut, cerdas, setia dan sangat dewasa. Sosok yang sempurna dan cocok dijadikan pendamping hidup. Dia juga sebenarnya berkencan dengan Renjun itu serius tidak main-main. Tapi, sebersit keinginan untuk menikahinya belum muncul dihati Jeno. 

Apa karena ibunya tidak menyukai Renjun?

Jeno tidak tau jawaban pastinya...

.

.

Mungkin ini yang dinamakan karma, setelah semalam dia habis-habisan mengejek sahabat kentalnya tentang pernikahan. Jeon Somi jadi kena batunya. Sang ibu menyodorkan selembar foto pria yang menurutnya cukup tampan.

"Dia anak pemilik NCT Group, kalau bisa menikahinya maka masa depanmu akan sangat cerah" Sang ibu memberikan kedipan matanya.

"Tidak hanya hidupmu, perusahaan kita juga akan terjamin" Somi hampir saja berdecih. Dia paling tidak suka jika hidupnya harus dilibatkan didalam bisnis keluarganya. 

"Tidak tertarik" Somi melempar foto tersebut ke atas meja didepannya.

Dhuak

"ADUH! IBUUU!!"

Somi memandang ibunya tidak percaya, ibunya dengan tega memukul putri kesayangannya dengan tas Gucci miliknya. Somi meringis memegangi bagian belakang kepalanya, dia akan mencicit lagi tapi ibunya menatapnya galak.

"Ini kesempatan langka bodoh! Ibu bahkan harus merelakan harga diri ibu diinjak-injak demi mencarikan calon suami yang sempurna untukmu!" Sang ibu berseru.

"Ak-"

"Tidak mau tau, temui dia besok siang. nanti akan ibu kirim alamatnya" Setelah berkata begitu sang ibu pergi meninggalkan Somi yang cemberut.

"Aku benci perjodohan!" Decihnya.

.

.

Lee Jeno baru saja membuka pintu apartementnya dan dia segera akan menutupnya kembali melihat siapa yang datang.

"Tuan muda" 

Jeno benci mendengar suara memelas putus asa yang memanggilnya itu. Dengan enggan Jeno menghentikan niatnya menutup pintu.

"Untuk apa kemari?"

Pria paruh baya itu membungkuk.

"Nyonya bilang bahwa beliau akan mempertimbangkan tuan muda Huang Renjun" Jeno yang tadi mengalihkan pandangannya menjadi sedikit terkejut. Dia beralih kembali memandang pria paruh baya depannya.

"Maksudnya?"

"Anda pasti dengan mendengar apa yang baru saya katakan" Jeno memicingkan matanya.

Blue HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang